Belum sempat Claude berbicara, suara Kelly sudah duluan menyela omongan mereka.“Ada apa ini?” Nada bicara Kelly sangat lembut. Kobaran api di antara Claude dengan Lillia seketika menghilang.Lillia melihat ke sisi Claude, lalu berkata dengan tatapan sinis, “Aku akan mengajak Nenek untuk berterima kasih dan minta maaf ke rumah kalian. Nenek nggak pernah sekali pun bermaksud buruk terhadap Keluarga Hutomo. Dia hanya ingin berbagi hal yang paling bagus bersama teman terbaiknya. Nenek juga sangat bersedih atas kejadian kali ini. Kamu nggak mencari tahu masalah ini. Orang yang bersalah atas masalah kali ini adalah orang yang mencelakai kakekmu!”Seusai berbicara, Lillia hendak meninggalkan tempat.Namun, Kelly malah menimpali, “Maksudmu, kamu dan nenekmu nggak bersalah sama sekali? Kakeknya Pak Claude hampir saja kehilangan nyawanya. Nggak masalah kalau kamu nggak pergi menjenguknya. Sekarang kamu bahkan nggak nanya kondisinya sama sekali, malah mempermasalahkan siapa yang benar dan siapa
Hans segera mengiakan.“Apa masalah keracunan Pak Jeff nggak perlu diselidiki lagi? Aku merasa aneh dengan masalah Bu Ohara mengirim jamur kepada Pak Jeff. Biasanya dia jarang memberi orang hadiah yang biasanya bisa dibeli di pasaran. Hal ini sangat nggak sesuai dengan karakternya,” ucap Hans sekali lagi. “Aku … hanya nggak habis pikir saja …,” ucap Hans dengan terbata-bata. Dia segera menegakkan tubuhnya melihat ke depan.“Mengenai masalah keracunan, aku ada rencanaku sendiri. Nanti setelah aku kembali, aku akan tanya langsung masalah ini sama Nenek Ohara.” Sebelumnya Claude berpikir Ohara bisa berbuat seperti itu juga karena mereka sama-sama tahu rahasia soal jati diri Lillia. Namun setelah kepikiran waktu itu Ohara mentraktirnya makan untuk memutuskan hubungan, tetiba Claude merasa omongan Hans sangat masuk akal.“Tadi aku baru sempat nanya Liman. Kata Liman, ponselnya Bu Lillia terserang jenis virus yang bisa hilang sendiri.” Hans membocorkan sedikit rahasia.Claude menggigit bibir
Setelah membaca pesan curhatan hati para penggemar, Lillia spontan melihat ke sisi Liman.Tatapan mereka saling berpapasan. Pada saat ini, ada dua orang berjalan ke sisi mereka.Lillia menyadari jarak orang tersebut sangatlah dekat dengan dirinya. Ketika mengangkat kepalanya, tampak ekspresi senyum sinis wajah Claude.“Apa yang lagi Bu Lillia dan Pak Liman obrolkan? Sepertinya seru sekali?” Cedron mencondongkan kepalanya dari belakang Claude. Senyuman di wajahnya sangatlah lebar.“Nggak apa-apa. Kenapa kamu bisa ada di sini?” Lillia merasa semuanya terlalu kebetulan.“Apa kami nggak diperbolehkan ke ibu kota?” Nada bicara Claude sangat tidak bersahabat.Lillia juga malas meladeni Claude. Dia menggeser langkahnya untuk menjauhi Claude.Liman menyimpan ponselnya. Dia melihat Claude, lalu bertanya, “Orang yang nanya Bu Lillia itu Pak Cedron, kenapa Pak Claude semarah ini?”“Aku lagi nanya sama Bu Claude. Kenapa Pak Liman begitu membelanya? Apa kamu lupa kamu pernah mendatangkan kerepotan
Setelah Cedron kembali ke kamar, hal pertama yang dia lakukan adalah melepaskan sepatu untuk melihat kondisi kakinya. “Kamu sadis sekali, malah injak kakiku!”Claude tidak berbicara, hanya menatap Cedron dengan datar saja.“Kamu bilang kamu cemburu, tapi malah cari masalah sama dia. Kenapa kamu orangnya konflik banget, sih?” Cedron mengangkat pahanya sembari menunjukkan ekspresi tidak mengerti.Claude duduk di sofa sembari menatap ke luar jendela tanpa berbicara.Cedron melihat beberapa saat, lalu tertawa.“Apa kamu gila?” Kening Claude berkerut ketika melihat Cedron.Cedron spontan berkata, “Kamu yang gila. Sepertinya kamu terkena penyakit rindu. Aku sungguh nggak habis pikir. Apa mesti dia wanitanya? Kamu datang jauh-jauh ke ibu kota cuma buat daki gunung. Aku sungguh nggak ngerti apa yang ada di benakmu.”Claude mendengus dingin. “Kamu kira aku benar-benar datang untuk daki gunung?”“Tentu saja bukan. Kamu datang untuk melihat apakah istrimu direbut lelaki lain atau nggak,” balas Ce
Claude menarik Cedron.“Itu masalah mereka, ngapain kamu ke sana?”Cedron menatapnya, lalu bertanya dengan tersenyum, “Apa kamu yakin?”Claude melirik Cedron sekilas, lalu melepaskan lengan pakaiannya.“Oke, aku lihat dulu,” ucap Cedron, lalu mengikuti langkah kaki Claude.Liman dikerumuni oleh beberapa investor. Bahkan Edbert juga merasa agak marah. “Padahal acara masih belum dimulai, kalian berdua pun sudah menimbulkan kerepotan buat aku. Sebenarnya kami semua sudah nggak senang ketika Bu Lorraine mengingkari janjinya. Sekarang dia nggak minta maaf, malah menumpahkan minuman ke pakaian Pak Ericko.”“Semua ini kerjaanku. Kenapa kamu malah dorong tanggung jawab ke dirinya?” ucap Liman dengan sinis.Senyuman di wajah Edbert semakin lebar lagi. “Liman, sepertinya Keluarga Widodo nggak akan memperbolehkan kamu buat menyinggung banyak orang.”Saat Liman hendak berbicara, tetiba Lillia berkata, “Apa kamu ingin aku menghukum diriku dengan minum alkohol, baru kamu akan terima?”“Sebelumnya sa
Cedron melihat Liman. Sepertinya ada yang sedang dia pikirkan.“Bu Lorraine, masih ada perjanjian kerja sama di antara kita. Aku harap kamu bisa lebih pengertian di hadapan polisi nanti.” Pada saat ini, Edbert masih tidak merasa takut sama sekali.Claude menyipitkan matanya melihat Liman sekilas. Tatapannya tertuju pada wajah Cedron.Cedron menerima isyarat matanya, lalu mengangguk dengan perlahan.“Lorraine datang untuk menghadiri acara. Namanya juga cari uang, untuk akan memperbesar masalah?” ucap seorang lelaki berperut buncit dengan tersenyum. Dia memberi isyarat mata terhadap pelayan di samping. Pelayan pun membalikkan tubuhnya hendak berjalan pergi.Pelayan lain mempersiapkan kursi ke sisi Lillia dan juga Liman.Lelaki berperut buncit berkata pada Lillia, “Lorraine, kontrak sudah ditandatangani. Nggak ada bagusnya bagi kamu dan Liman untuk memperburuk masalah. Meski kamu nggak pikirkan dirimu sendiri, kamu juga mesti pikirkan Liman. Dia itu bekerja di dunia hiburan, apalagi di ib
Claude tidak menjawab, melainkan berkata pada Cedron, “Kamu tahu sendiri kakekku adalah tokoh hebat di Kota Pinang. Nggak ada orang di Kota Pinang yang berani meracuninya.”Raut Cedron tampak serius. “Apa karena kamu telah menyinggung Harvey? Tanpa disadari, kamu sudah menyinggung beberapa orang di ibu kota?”“Aku sendiri juga nggak begitu jelas. Tapi ada satu hal, waktu itu Harvey menjualku ke luar perbatasan, bisa jadi karena ada rantai bisnis di belakang sana. Aku menyinggungnya setara dengan menyinggung rantai bisnis itu.” Usai berbicara, Claude berjalan ke lantai bawah.Cedron spontan gemetar. “Apa aman membiarkan Lillia tinggal di sini?”“Bukannya ada Liman? Apa yang kamu khawatirkan?” Terdengar nada menyindir dalam ucapan Claude.Cedron berpikir, sepertinya Claude masih sangat memedulikan masalah ini. Dia pasti sangat marah lantaran Lillia tidak memasukkan dirinya dalam rencananya.….Liman sudah marah selama setengah jam.Lillia mengambil camilan ke hadapannya. “Apa benar kamu
Cedron ditendang Claude keluar kamar. Begitu membalikkan tubuh, dia pun bertemu dengan Lillia dan Liman.Saat ini Cedron merasa agak canggung. Hanya saja, dia tetap melambaikan tangan untuk bersalaman dengannya. “Hei, sudah kembali, ya?”“Emm.” Lillia mengangguk. Tatapannya terlihat dingin seperti biasa.Cedron merasa sangat bosan. Dia berjalan ke sisi Lillia, lalu bertanya, “Gimana kalau kita ngobrol sebentar?”“Aku masih ada urusan, nggak ada waktu untuk mengobrol bersamamu.” Saat perjalanan pulang, Lillia sudah memesan tiket pesawat. Dia hanya ada waktu tiga jam saja.“Hanya ngobrol sebentar saja. Pak Liman, apa kamu mau ikut?” Cedron tersenyum pada Liman.Liman menggeleng. “Kalian ngobrol saja. Aku kembali ke kamar dulu.”Setelah Liman pergi, Cedron bertanya pada Lillia, “Mengenai masalah Pak Edbert, apa kamu ingin mendengarnya?”Lillia menatap Cedron sembari membalas, “Aku tahu ada orang kuat di belakangnya. Hanya saja, masalah hari ini sudah berlalu.”“Apa kamu benar-benar merasa