Suara gadis ini terdengar sangat lembut, membuat perasaan Lillia menjadi lebih tenang. Lillia pun tersenyum sambil menyahut, "Nggak apa-apa. Omong-omong, kamu sangat cantik hari ini."Mendengar ini, gadis itu pun tersenyum dan bergegas maju beberapa langkah untuk membawa jalan. Meskipun berlari saat mengenakan gaun, tingkahnya ini tetap terlihat bermartabat.Di dalam mobil RV, gadis itu meletakkan gaun baru di atas ranjang. Begitu melihatnya, Lillia mendapati bahwa itu adalah gaun rancangannya lagi."Sepertinya, kamu sangat menyukai desainnya Lorraine," ucap Lillia sembari tersenyum."Sebenarnya, manajerku yang meminjam semua gaun ini," jelas gadis itu dengan agak malu."Semua orang suka desain Lorraine," sahut Nikita dengan nada menyanjung. Dia pun tidak lupa untuk melirik Moonela."Terima kasih. Nona Nikita, dandananmu kurang cocok dengan gaun di ranjang ini. Gimana kalau aku perbaiki gaun yang sedang kamu kenakan?" timpal Moonela yang bersikap profesional dan tidak peduli dengan san
Ketika keduanya masuk, kebetulan acara dansa sudah dimulai. Moonela tidak mengizinkan Lillia bermalas-malasan. Dia langsung membawa Lillia ke kerumunan.Demi memodifikasi gaun Nikita, hampir semua bulu di gaun Lillia dicabut. Meskipun begitu, garis-garis di dalam justru memberi kesan yang makin misterius.Pada dasarnya, Lillia memang cantik dan seksi, terutama pinggang rampingnya yang tidak bisa disaingi oleh siapa pun. Jadi, kemunculan Lillia langsung menyita perhatian semua orang."Nona, apa kamu mau berdansa denganku?" Seorang pria blasteran menghampiri Lillia dengan penuh antusiasme sambil bertanya dengan sopan."Eee ...." Ketika Lillia hendak menolak, dia tiba-tiba mendapati tatapan galak Moonela. Dia buru-buru tersenyum dan menyahut, "Tentu saja boleh."Pria itu membawanya ke lantai dansa. Karena gaunnya backless, tangan pria itu langsung menyentuh punggungnya. Sikap pria ini sudah sangat sopan, tetapi Lillia masih merasa kurang nyaman. Lagi pula, selama 3 tahun pernikahan, dia j
Namun, Lillia sangat berwaspada terhadap orang seperti Cedron. Mungkin karena Cedron adalah teman Claude, jadi dia selalu merasa kedua pria ini bersekongkol.Lillia menoleh menatap Cedron lekat-lekat, lalu bertanya, "Kamu tahu aku dan Claude akan bercerai, 'kan?"Cedron tertegun sejenak sebelum merentangkan tangannya dengan santai dan membalas, "Ya, aku baru tahu beberapa hari lalu.""Tapi, kamu tenang saja. Aku sangat profesional dalam bekerja, nggak akan melibatkan urusan pribadi. Mengundang Lorraine bukan keputusanku sendiri, melainkan seluruh tim desainer. Tapi, suaminya Lorraine baru meninggal. Aku takut timku mengganggunya, makanya mencari tahu darimu," lanjut Cedron.Kemudian, Lillia bertanya, "Biar kutanya dulu, apa produser akan mempersiapkan asisten lain untuk desainer atau ....""Tentu saja desainer membawa asisten sendiri. Dengan begini, kinerja dan hasilnya baru bisa maksimal," sahut Cedron dengan tatapan misterius.Apabila produser mempersiapkan asisten, metode ini akan m
Selama 3 tahun pernikahan, Lillia sudah menggunakan semua cara. Dia pernah memeriksakan diri di rumah sakit dan dokter mengatakan hanya masalah pada folikel. Lillia telah mendapatkan suntikan untuk merangsang ovulasi, lantas mengapa masih belum hamil?Itu sebabnya, Lillia langsung memasang ekspresi paham. Melihat ini, Claude yang berekspresi muram pun bersuara, "Memangnya kamu nggak tahu jawabannya?"Lillia mengangkat alisnya dan menimpali, "Kalau aku tahu, nggak mungkin masih belum hamil sampai sekarang.""Apa hanya ada masalah ini di pikiranmu?" tanya Claude sembari menggertakkan giginya. Bisa dilihat, betapa kesalnya dia terhadap Lillia.Yang dipikirkan wanita ini hanya mengandung dan melahirkan anak. Sekarang, keduanya mau bercerai juga karena tidak bisa mengandung? Sepertinya di mata Lillia, suami hanya peralatan supaya dia bisa mengandung.Begitu mendengar ucapan ini, Lillia sontak termangu. Setelah bereaksi kembali, dia mendapati dirinya telah digendong oleh Claude. Lillia melaw
Lillia menelepon Moonela untuk memberitahunya akan pulang dulu, lalu bertanya apakah Moonela juga ingin pulang?Entah apa yang dilakukan Moonela, suaranya terdengar kurang jelas. "Ya, kamu pulang saja dulu. Aku lagi sibuk ... ih! Sebal deh!"Lillia seketika tidak bisa berkata-kata. Dia tahu Moonela pasti sedang bersama pria tampan. Wanita ini baik dalam segala aspek, tetapi obsesinya pada pria tampan benar-benar tak tertolong.Lillia berkata tanpa daya, "Ya sudah, aku pulang dulu. Sopir akan menunggumu di luar.""Oke," sahut Moonela yang sudah tidak sabar untuk mengakhiri panggilan. Kemudian, Lillia langsung pulang.Keesokan paginya, Lillia merias diri dulu sebelum berangkat ke Grup Hutomo. Mungkin karena Claude telah berpesan pada bawahannya, jadi Lillia langsung dibawa naik ke lantai atas setelah menyebutkan namanya."Pak Claude menunggumu di ruang kantor, silakan masuk." Sesudah membantu Lillia mengetuk pintu, staf itu langsung pergi.Lillia mendorong pintu untuk masuk, lalu melihat
Selama ini, Ohara tinggal di desa untuk merawat suaminya. Dia tidak pernah datang ke kota, lantas bagaimana mungkin dia tahu lokasi rumah Lillia?Mendengar bentakan itu, Lillia merasa sangat tidak tega pada neneknya. Dia khawatir sesuatu terjadi pada Ohara jika berada di stasiun sendirian. Jadi, Lillia segera berkata, "Nenek, berikan ponselmu pada sopir itu. Aku akan bicara dengannya.""Oh, ya, ya!" sahut Ohara yang buru-buru menyerahkan ponselnya kepada sopir itu.Si sopir pun menegur dengan jengkel, "Kenapa kamu membiarkan orang tua keluar sendirian? Dia saja nggak tahu mau ke mana. Kalian hanya membuang-buang waktuku."Lillia meminta maaf dengan rendah hati, "Maafkan aku, Pak. Tolong antar nenekku ke gerbang utara Kompleks Aera. Aku akan menunggu di sana dan membayarmu 3 kali lipat. Tolong, ya?"Kompleks Aera adalah perumahan orang kaya. Melihat sikap Lillia yang sopan, bahkan ingin membayar 3 kali lipat, sopir itu tentu menyetujuinya, "Oke. Kalau kamu nggak ada di sana, aku langsun
Begitu Lillia turun dari mobil, Ohara pun tiba. Ketika melihat neneknya tiba dengan selamat, Lillia akhirnya merasa lega."Nenek, telepon aku dong kalau kamu mau datang. Aku bisa menjemputmu. Aku khawatir kalau kamu bepergian jauh sendirian," ujar Lillia sambil membayar.Kemudian, Lillia merangkul Ohara dan mengangkat kantong yang dibawanya. "Yang pelan sedikit. Kita pulang dulu."Ohara tiba-tiba berdiri diam di tempatnya. Dia menggeleng sambil berkata, "Nggak perlu ke rumahmu lagi. Aku kotor sekali, aku hanya ingin kasih Claude bunga pagoda ini."Setelah mengatakan itu, Ohara membuka kantong yang dibawanya dengan tangan bergetar. Dia ingin menunjukkan barang di dalamnya kepada Lillia. Terlihat beberapa bungkus bunga pagoda yang sudah dikeringkan dan dibungkus rapi dengan plastik."Waktu itu, kamu pernah bawa Claude pulang. Aku menyeduh teh bunga pagoda untuknya, dia bilang suka. Kebetulan sekali, bunga pagoda mekar baru-baru ini. Aku menyuruh Vardan memetiknya supaya bisa dikeringkan
Tiba saat pulang kerja, Ohara telah mempersiapkan semua hidangan dan menyeduh teh. Namun, sebelum mereka mulai makan, Ohara melihat ke arah pintu sesekali dan bertanya, "Kenapa Claude belum pulang juga?"Lillia melihat Ohara sekilas, lalu teringat kembali dengan perkataan Vardan. Tenggorokannya serasa tercekat dan tidak bisa berkata-kata. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana seorang wanita tua yang matanya telah hampir rabun dan tidak pernah bepergian selama ini, bisa datang ke kota yang asing ini sendirian. Ohara juga bahkan membawa begitu banyak benda.Apakah ini karena Ohara merasa dirinya sudah tidak bisa hidup lama lagi, sehingga dia datang untuk melihat Lillia? Ohara selalu merasa khawatir Lillia berada di kota ini sendirian dan tidak ada yang bisa membantunya. Dia sangat takut setelah kematiannya, Lillia masih belum kunjung hamil juga dan tidak punya siapa pun lagi.Mengingat hal ini, Lillia merasa tidak tega. Dia menahan air matanya, lalu berdiri sambil tersenyum. "Dia sedang