Lillia berdiri sambil memegang piringnya dan ekspresinya terlihat dingin. "Karena aku sudah bilang banyak kepadamu selama tiga tahun ini, tapi kamu nggak peduli. Aku nggak ingin bilang lagi. Kamu ingin tahu sekarang, aku juga merasa nggak berarti lagi."Lillia pergi ke dapur dan mulai mencuci piring. Setelah selesai mencuci piring, Claude memeluknya dari belakang dan mencium telinganya. "Lillia, ceritakan kepadaku. Tiga tahun yang lalu ....""Kalau ingin bercinta, cepatlah. Jangan menggangguku tidur, besok aku harus cepat bangun." Lillia memotong rayuan Claude.Claude meremas pinggang Lillia. "Kenapa kamu harus begini?"Lillia yang kesakitan karena diremas Claude, mengernyitkan alisnya. "Kamu ingin bercinta, nggak? Kalau nggak, keluarlah. Lagi pula, aku nggak pulang selama seminggu, kamu juga nggak datang ke rumah ini. Setelah bosan dengan Nikita, jadi mau pulang mencariku ya?""Aku pulang ke rumah keluarga selama seminggu ini, kenapa kamu malah sembarangan berspekulasi? Kamu terus ber
Lillia benar-benar tidak takut lagi sekarang. Bukan hanya tidak menjaga harga diri Claude, dia juga tidak peduli pada ucapan Priya."Wanita itu nggak bisa apa-apa, ngapain dia bekerja di luar? Suaminya sudah begitu hebat dan kaya, tapi dia masih mau pergi mencari uang. Dasar wanita kampungan, benar-benar picik!" gerutu Priya.Claude tidak menyukai Lillia dulu. Jadi, dia tidak pernah peduli pada omelan seperti ini. Sekarang, dia justru merasa setiap patah kata Priya sungguh menyayat hati."Nek, kamu selalu bicara seperti ini pada Lillia?" tanya Claude tiba-tiba."Kenapa? Yang kubilang ini kenyataan, 'kan? Selama 3 tahun ini, kita yang membiayainya, tapi wanita itu masih belum hamil sampai sekarang," sahut Priya.Claude berkata dengan dingin, "Sudah kubilang, aku yang nggak mau punya anak. Kenapa kamu terus menyulitkannya? Untuk apa kamu menyuruhnya pulang hari ini?"Priya bisa mendengar amarah dari nada bicara Claude. Dalam sekejap, dia menjadi terbata-bata saat membalas, "A ... aku ...
Lillia secara refleks mematikan fitur berbagi lokasi. Dia mondar-mandir sesaat di kamarnya. Ketika sedang mempertimbangkan harus menelepon Claude atau tidak, ponselnya sudah berdering. Claude yang meneleponnya.Lillia menarik napas dalam-dalam, lalu menekan tombol menjawab panggilan dan bertanya dengan nada tenang, "Kenapa?""Kamu sudah tahu aku ada di Kota Grambel, 'kan?" tanya Claude dengan kesal. Jelas, ini karena Lillia mematikan fitur berbagi lokasi."Ya ... kenapa memangnya?" tanya Lillia dengan ekspresi datar.Claude menyahut, "Kalau begitu, kenapa kamu nggak berbagi lokasi denganku? Kirim alamatmu dan tunggu aku di sana.""Ngapain kamu datang?" tanya Lillia dengan nada agak kesal. Dia tidak meminta pria ini datang."Kirim alamat," ujar Claude.Lillia pun menggigit bibirnya, lalu akhirnya mengirim alamatnya kepada Claude. Lillia merasa agak bingung sekaligus kesal karena tidak tahu tujuan pria ini kemari.Claude mengemudikan mobilnya ke tempat Lillia. Setibanya di lokasi, dia me
Lillia pun hendak meninggalkan Claude. Tiba-tiba, Claude berkata, "Kamu seharusnya tahu cara mencocokkan pakaian, 'kan? Kenapa nggak bisa membantuku?"Lillia berbalik dan berjalan ke arah koper. Setelah mencari sesaat, dia memilih pakaian berwarna abu untuk Claude. "Kalau mau ikut aku, pakai pakaian yang warnanya lebih terang. Pakaian dengan warna gelap mudah menyerap sinar matahari, nanti kamu kepanasan.""Oke." Terlihat kegembiraan pada sorot mata Claude.Setelah Claude selesai mandi, Lillia pun membawanya untuk sarapan. Saat ini, Moonela mengirimnya sebuah tangkapan layar.Nikita mengklarifikasi bahwa Lillia adalah adik sepupu Claude, banyak akun resmi yang meneruskan berita ini. Namun, Lillia tidak peduli.Matahari sudah bersinar terik pada pukul 07.00. Lillia memilih kain di pasar, sedangkan Claude terus mengikutinya di belakang."Ini bukan wol asli. Wol asli nggak akan menusuk tangan begini. Selain itu, rasanya agak dingin saat baru disentuh. Setelah itu, baru menjadi hangat," je
Claude mengangkat alisnya sambil bertanya, "Kamu cemburu lagi?""Jangan mimpi di siang bolong, ya!" tegur Lillia sambil mengerlingkan matanya dengan sinis.Claude menatapnya, lalu berucap, "Kamu pasti sangat menderita karena berpura-pura menjadi istri yang penurut selama 3 tahun ini."Lillia pun merasa canggung mendengarnya. Demi menyenangkan hati Claude, dia memang berusaha untuk bersikap lembut selama ini.Sesudah pramusaji datang, Lillia menyerahkan menu kepadanya. Kemudian, dia tidak berbicara lagi dan hanya menonton video dengan volume yang cukup besar.Claude pun tahu wanita ini tidak ingin menghiraukannya sehingga ikut mengeluarkan ponsel untuk membaca pesan yang dikirimkan Cedron. Hari ini, Cedron mengirimnya cukup banyak pesan.Begitu melihatnya, Claude baru mendapati Cedron mengirimnya beberapa tautan Instagram. Dia pun mengekliknya, lalu menemukan bahwa seseorang memotret dirinya dan Lillia saat memasuki hotel. Tidak banyak komentar yang ditinggalkan netizen, tetapi telah me
Lillia meliriknya sekilas, tetapi segera mengalihkan pandangannya. Kemudian, dia membalas, "Oh, itu nggak ada hubungannya denganku juga."Meskipun masih merasa agak kesal, semuanya akan tenang kembali pada waktunya. Lillia menerima semua ini dengan lapang dada. Dia belum bisa melupakan cinta mendalam yang diberikannya kepada Claude selama 3 tahun.Elgan yang mendengarnya pun menunjukkan ekspresi puas. Dia berucap, "Ya, kamu benar."Begitu bergabung dengan tim produksi, Lillia menjadi luar biasa sibuk. Baik pemeran utama ataupun pemeran pendukung, dia tetap harus mengukur ukuran tubuh mereka untuk membuat pakaian.Tentunya, Lillia juga harus mencocokkan pakaian berdasarkan warna kulit, karisma, paras, dan riasan pemeran utama pria serta wanita.Sesudah sibuk sebulan lebih, LMOON menyelesaikan kostum para pemain, kecuali beberapa kostum yang akan dikenakan di akhir.Setelah syuting dimulai, Lillia pun tinggal di hotel yang dipersiapkan oleh tim produksi. Pagi-pagi, dia hendak menemui pem
Ketika syuting, penampilan Moira tampak sangat buruk karena merasa tidak puas dengan kostum yang dipakainya. Jaivyn sampai membanting naskahnya dengan geram."Moira, kamu bisa berakting nggak sih! Aku menyuruhmu menunjukkan kesedihan dan kemarahan karena kehilangan kerabat. Kenapa yang terlihat hanya kemarahan! Di mana kesedihannya!" bentak Jaivyn sampai wajahnya memerah.Mata Moira pun berkaca-kaca. Dia menggigit bibirnya tanpa berbicara. Di sisi lain, Viola justru segera memberi tahu Jaivyn, "Lillia membuatnya marah pagi tadi, makanya kondisinya jadi nggak prima."Jaivyn langsung memelototi Lillia dan menghardik, "Apa-apaan kamu ini? Dia pemeran utama, kamu seharusnya menjaga omonganmu!"Lillia yang berjongkok di samping sontak termangu karena dirinya ikut terlibat. Dia segera membalas, "Ya, aku sudah mengerti.""Suruh pemeran utama pria maju dulu!" perintah Jaivyn sambil melirik Moira sekilas. Kemudian, dia berbalik dan menyuruh orang lain membuat persiapan.Viola membawa Moira untu
Claude telah berhubungan dengan banyak orang di kalangan industri. Beberapa yang terlihat suci justru sangat nakal di belakang. Beberapa yang reputasinya baik dan terlihat sopan justru menyiram asistennya dengan air panas, bahkan memaki dan memperlakukan asisten seolah-olah mereka bukan manusia.Claude berpikir, jika Moira bisa melihat kemampuan Lillia, asistennya tidak mungkin berbicara begitu kepada Jaivyn.Lantaran Lillia tidak bisa dihubungi, Claude terpaksa menelepon Jaivyn. Saat ini, Jaivyn baru selesai bertelepon. Ketika melihat nama Claude, dia tak kuasa merinding dan buru-buru menerimanya."Pak Claude ...," sapa Jaivyn dengan agak takut. Menurutnya, Claude dan Elgan sama-sama sulit untuk dihadapi."Apa yang terjadi di antara Lillia dengan Moira? Kamu bisa memberitahuku?" tanya Claude dengan nada bicara yang cukup sopan.Jaivyn menyeka keringat di dahinya sebelum menyahut, "Kami masih menyelidikinya. Lillia bilang Moira tidak puas dengan kostum yang dipakainya, tapi Moira memba