Part 77Mulut Hana ternganga mendengar penuturan sang suami. Memang, karena kesibukannya bekerja, ia jadi lupa menceritakan tentang kondisi rumah. Terlebih melihat keadaan Hana yang terkadang kepayaha karena ngidamnya. "Ya sudah, kita ke Rumah Sakit sekarang, Mas.""Bagaimana denganmu? Kondisimu kan sedang hamil.""Tidak apa-apa.""Yakin gak akan mual?"Hana hanya tersenyum. "Kalau mual ya gak tahu, A. Anak ini gak bisa diprediksi.""Kalau begitu pulang ke apartemen saja. Biar aku sendiri yang pergi ke Rumah Sakit, lagi pula kau harus banyak istirahat. Aku gak mau kalau kau sakit.""Iya, aku nurut keputusanmu saja, A."Putra tersenyum sembari memandang istrinya lekat. Ia merasa terenyuh, sosok istrinya kini adalah wanita penurut. Tak membantah apapun keputusannya, meski terkadang ada debat kecil dan kesalahan kecil. Namanya rumah tangga, pasti ada ujian dan masalah, sebagai bumbu keharmonisan pernikahan."Kenapa senyam-senyum gitu dari tadi?""Hmmm ... Karena kamu istriku yang canti
Part 78Putra sampai di lokasi tujuan, sedangkan kondisi dan suasana mereka masih terlihat berantakan. Mariana belum sadarkan diri. Reni langsung menyongsong adiknya."Putra ...""Apa yang terjadi?""Mereka mengalami kecelakaan. Dan ..."Putra mengernyitkan keningnya. "Kakak ipar meninggal. Mariana sangat shock, ia sampai tak sadarkan diri dan belum bangun-bangun."Putra terdiam sejenak, melihat kondisi keponakannya. Ia menoleh ke arah ruang perawatan."Bagaimana dengan Mas Bama?""Mas Bama masih belum sadar," jawab Reni lesu.Putra segera masuk ke ruangan itu melihat kondisi kakaknya yang dipenuhi alat medis. Ia pun bertanya pada dokter yang menangani kakaknya."Pak Bama saat ini masih belum sadarkan diri, kondisi tubuhnya masih sangat lemah. Dan saya harus sampaikan ini, Pak Bama mengalami kelumpuhan."Deg! Jantung Putra berdetak lebih kencang dari biasanya. Ia tak menyangka, kecelakaan itu justru berakibat sangat fatal bagi mereka. Bahkan kakak iparnya harus kehilangan nyawanya."
Part 78Suara sirine ambulance memasuki halamn rumah besar itu. Diikuti mobil yang dikemudikan oleh Bambang Wijaya. Semua pekerja di rumah sudah bersiap-siap dalam penyambutan kepulangan jenazah ibunda Mariana. Termasuk Mahesa sudah bisa menguasai hatinya. Ia duduk bersama yang lain menyambut kepulangan sang menantu untuk yang terakhir kali.Pemularasan jenazahpun dimulai melibatkan tetangga sekitar. Dan akhirnya, Ny Bama akan segera dimakamkan di tempat pemakaman khusus keluarga Mahesa.Hana dan Alvaro pun sudah berada di sana, kini mereka berada di samping Putra. Suasana haru dan sedih menyelimuti. Tangis Mariana pecah, tak ada yang bisa menenangkannya. Hana tak ikut ke pemakaman karena kondisinya yang tak memungkinkan. Namun ia tetap berdoa untuk almarhumah.Di samping gundukan tanah yang masih basah dan penuh taburan kelopak bunga. Mariana masih tergugu di sana, ia masih sangat kehilangan. Kehilangan ibunda yang sangat mendukungnya."Mama ... Mama ... istirahatlah dengan tenang,
Part 79Makan malam bersama hari ini begitu berbeda, karena harus kehilangan salah seorang anggota. "Mariana belum turun? Apa dia tidak mau makan malam bersama?" tanya Mahesa."Ayah, Mariana sedang sedih, mungkin dia masih gak nafsu makan," sahut Reni.Mahesa terdiam cukup lama, lalu menghela napas dalam."Ya sudah kalau begitu. Mbak Rasni, tolong kau siapkan makanan ini lalu bawa ke kamarnya Mariana ya!""Baik, Tuan."Pukul 20.30 WIB ..."Ayo sayang, kita pulang sekarang!" ajak Putra seraya menggandeng tangan istrinya.Para tamu yang hadir satu persatu sudah pulang ke rumahnya masing-masing.Hana mengangguk dan bangkit berdiri seraya menggendong Alvaro yang tertidur di pangkuannya."Sini biar aku saja yang gendong ALvaro! Pasti berat," tukas Putra."Tidak usah, A, nanti malah bangun. Biar aja seperti ini.""Tapi Sayang, apa kamu kuat?""Iya."Mau tidak mau, Putra mengangguk. Ia tak ingin berdebat dengan sang uystSetelah berpamitan dengan ayahnya, mereka pun bersiap pergi. sedangkan
Part 80Yolanda masih terpana melihat bangunan megah bak istana itu. Ia terperanjat saat melihat pintu gerbangnya terbuka, sebuah mobil mewah keluar dari halaman, tapi terlihat seorang wanita mengejarnya."Mas, tunggu!Mobil itupun urung melaju, seseorang turun dari mobil."Ada apa, Mariana?" tanya sang suami menanggapinya cukup malas."Hari ini Papa diperbolehkan pulang, tapi siapa yang mau merawaqt papa di rumah?" tanya Mariana kebingungan."Kan tinggal sewa perawat saja.""Masalahnya sampai detik ini, aku belum dapat perawat yang cocok untuk merawat papa, Mas!""Coba minta bantuan pelayan yang ada dulu.""Gak bisa, Mas, semua sudah sesuai tugasnya masing-masing. Malah Isna izin resign mau pulang kampung, mau nikah katanya dan gak bakal balik lagi ke sini. hari ini hari terakhirnya," jelas Marina yang tampak bingung.Bambang Wijaya ikut menghela napas dalam-dalam."Kamu sudah ngiklan ke sosmed?""Sudah, semua udah aku iklankan tapi belum ada yang nyantol. Gimana ya, Mas? bentar lag
Part 81"Memangnya tadi habis makan apa? Kenapa bisa sakit? Kau tahu kan kamu lagi hamil, jangan makan yang pedas," tegas lelaki itu.Hana diam hanya meringis kesakitan, membuat Putra merada kasihan padanya. Dari kotak p3k yang dia bawa, lelaki itu mengambil minyak kayu putih."Buka bajumu,""Hah?""Buka bajumu sebentar, Hana, aku ingin mengoleskan minyak kayu putih ini."Hana mengangguk. Dan membuka sedikit baju atasannya. Putra segera mengoleskannya ke perut sang istri.Matanya menyipit kala melihat buah beserta sambalnya yang masih tersisa. "Kamu berlebihan ya makan rujak buahnya?" tanya Putra kemudian."Enggak kok, itu aja gak habis, A. Cuma nyicipin dikit aja. kamu tau sendiri kan kadang tiap makanan yang masuk suka aku muntahkan kembali. Jadi aku ingin yang seger-seger. Tapi aku gak makan sambalnya, A.""Iya, buah yang masam juga jangan terlalu banyak. Kalau jadinya kayak gini gimana? Pencernaanmu terganggu, dari kemarin kulihat kamu makan pedas dan asam terus."Hana terdiam,
Part 82 "Apaa? Tapi aku benar-benar tidak tahu Tuan, maksudku--""Kenapa tidak tahu? Kamu yang masak makanan itu kan, Isna? Jawab dengan jujur! Dugaanku, Hana jadi sakit karena makan itu!" Suara Putra terdengar tegas membuat si penerima telepon itu gugup."Anu tuan, maaf sebenarnya--""Katakan Isna, jangan ada yang disembunyikan! Atau aku akan laporkan kamu ke pihak berwajib!""Tidak, jangan Tuan. Emmh tadi .. Tadi-- ada nyonya Sasya.""Sasya?""Iya, Tuan. Apa hubungannya denganmu?""Tanpa sengaja aku bertemu dengannya saat mau ketmu Nyonya Hana, dan dia menitipkan makanan dalam rantang itu, Tuan. Katanya buat Nyonya Hana."Putra menghela napas panjang. "Apa kau tidak tahu kami masih bersitegang?""Tidak Tuan, Nyonya Sasya meyakinkanku kalau hubungan kalian itu membaik. Katanya demi menjalin silaturrahim terus terjaga, jadi Nyonya mengirim makanan persahabatan, dan menitipkannya padaku. Karena dia tengah buru-buru dapat panggilan telepon!""Sudah kuduga! dia benar-benar tak menyerah
Part 83Buuugghhtt ....sebuah pukulan mendarat di punggungnya. pukulan dari benda tumpul. Sasya tersenym menyadari siapa yang datang. Putra hendak bangkit, tapi gerakan orang itu sangat cepat, ia kembali memukul punggung Putra berkali-kali hingga dia terjerembab dan tak sadarkan diri."Terima kasih bantuanmu, Farish," ujar Sasya. Mereka memang merencanakan hal itu dengan sangat matang.Farish tersenyum licik. "Jangan lupa 10% saham perusahaanmu menjadi milikku, Sayang," pungkas lelaki itu. Lelaki yang sudah akan bangkrut itu berusaha melakukan apa saja, agar bisa bangkit kembali dan perekonomiannya naik lagi.Karena itu, ia membutuhkan uang serta relasi yang banyak meski menjelma jadi orang dengan dua kepribadian yang berbeda. Dan karena itu juga, Farish menggunakan Sasya untuk tujuan meraih uang."Bagaimana dengan ini?" tanya Farish sambil mihat Putra yang tak berdaya."Kau tenang saja, aku akan segera mengurusnya. Tolong bawa dia ke kamarku sjaa!" seru Sasya kemudian. Farsih me