Share

Part 5. Kerja Sama

Author: Loyce
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah satu minggu berlalu, akhirnya Permata memulai jadwalnya dengan sebuah pemotretan untuk sebuah majalah fashion. Keberadaannya yang selalu diagung-agungkan menjadikan Permata seperti Tuan Putri yang datang dari sebuah kerajaan. Dia sangat diterima keberadaannya di negeri ini. 

Semua staf yang bekerja sama dengannya terlihat menikmati pekerjaan mereka. Terlebih lagi, Permata mudah diarahkan oleh sang fotografer sehingga pekerjaan mereka menjadi lebih cepat. Sebelum Permata keluar dari ruangan tersebut, dia menghadap ke semua orang yang ada di sana. 

“Terima kasih untuk hari ini, Teman-teman. Silakan menikmati makan siang kalian. Senang bekerja sama dengan kalian.” 

Ucapannya yang tidak seberapa itu mendapatkan tepuk tangan dan ucapan terima kasih berkali-kali dari setiap staf. Untuk merayakan kembalinya dia bekerja, Permata mentraktir semua staf yang ada di sana. Setelahnya, Perempuan itu keluar dari ruangan pemotretan untuk pergi dari tempat itu diikuti oleh manajernya bernama Almeda dan tentu saja, Denial. 

Namun, siapa yang sangka, saat mereka akan masuk ke dalam lift, Axel berdiri di dalam kotak besi itu. Tatapan Axel segera saja bertabrakan dengan tatapan Permata saat pintu lift terbuka. Untuk beberapa saat, mereka terpaku pada satu sama lain. Namun, Almeda menyadarkan Permata agar mereka segera masuk ke dalam kotak besi tersebut.

“Kita tidak memiliki banyak waktu. Ayo masuk dan lanjutkan bekerja.” Almeda yang selalu memilih kata-kata kaku itu membuat Permata menuruti perkataannya. 

Almeda bukannya bodoh dengan tidak mengenali Axel. Dia tahu persis siapa lelaki itu. Setelah mereka bertiga masuk ke dalam lift dan pintu tertutup, Axel ‘terdorong’ ke belakang. Almeda dan Denial mem-block Axel dengan berdiri di depan lelaki itu. Sedangkan Permata berada di depan mereka. 

Diam-diam Axel mendengus kesal dengan tingkah mereka. Merasa tidak dihargai, sedangkan dia adalah Axel. Lelaki nomor satu di negeri ini. 

“Lupakan apa pun yang ada di dalam kepalamu dan fokuslah.” Suara Almeda cukup keras dan memantul memenuhi kotak besi tersebut. “Kita tidak memiliki banyak waktu untuk dibuang. Apa pun atau siapapun yang menggangu pikiranmu harus disingkirkan jauh-jauh. Ingatlah kamu sampai di titik ini tidaklah mudah.” Almeda terus berbicara untuk menyadarkan Permata.

“Aku tahu. Lagi pula, waktuku terlalu berharga untuk mengurusi sesuatu yang tidak berharga.” 

Axel yang berada di sudut lift itu merasa tersindir. Entah bagaimana dia merasa kalau ucapan Permata itu sengaja ditujukan untuknya. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Axel kecuali hanya terus mengeratkan rahangnya dan mengepalkan tangannya. Pertemuannya dengan Permata membuat kehidupan tenangnya mau tak mau menjadi terganggu. 

Terlebih lagi saat pertengkaran yang terjadi saat pertama kali mereka bertemu. Tidur saja dia tak nyenyak. 

“Hallo!” Suara Permata terdengar lembut bertepatan dengan pintu lift yang terbuka dan Permata keluar dari kotak besi tersebut. “Tentu saja aku akan pulang cepat. Satu jadwal lagi dan setelah itu kita bisa bertemu. Bye, Sayang.” 

Axel yang berada di belakang rombongan Permata mendengar dengan jelas ucapan perempuan itu. Dugaannya benar jika Permata sudah memiliki kekasih. Tidak ada perasaan aneh saat dia memikirkan hal tersebut. Itu adalah urusan Permata dan bukan urusannya.

“Apa itu Angkasa?” tanya Almeda setelah Permata memasukkan ponselnya ke dalam tas. 

“Benar. Dia bilang dia merindukanku.” Ada kekehan yang keluar dari bibir Permata. “Dia hanya nggak tahu kalau aku lebih merindukannya.” 

“Kalian seperti pasangan kekasih yang tidak bisa terpisahkan.” Almeda berdecak meskipun itu bukan decakan sinis. 

“Dia menyelamatkan hidupku sejak lima tahun yang lalu. Tentu saja aku mencintainya begitu besar. Bahkan kalau dia meminta hidupku, aku akan memberikannya secara cuma-cuma.” 

Permata pernah merasa putus asa ketika dia mengetahui dirinya hamil. Dia merasa hidupnya akan berantakan dengan keberadaan bayi di hidupnya sedangkan saat itu dia tidak memiliki apa pun. Bagaimana dia akan membesarkan bayi itu sedangkan dia tak memiliki suami. Namun satu-satunya yang membuatnya mempertahankan bayi itu adalah karena bayinya tidak bersalah. Terlebih lagi, dia muncul bukan dengan cara yang salah. 

“Oh, kalian datang bersama?” Pertanyaan itu muncul dari mulut Gema saat Axel dan Permata masuk ke dalam ruangannya diantarkan oleh sekretarisnya. 

Gema berdiri dari duduknya dan menyambut tamunya. Tapi tentu saja sambutan itu untuk Permata sedangkan Axel seperti seseorang yang tidak penting di mata Gema. Namun Axel tetap ikut duduk di sana dan bahkan dia berada di sofa yang sama dengan Permata. 

“Berlian, bagaimana dengan pekerjaannya hari ini? Saya mendapatkan laporan kalau pekerjaan kalian berjalan dengan cepat. Staf merasa puas.” 

Permata tersenyum kecil. “Karena mereka juga memberikan arahan kepada saya dengan sabar sehingga saya juga bisa melakukannya dengan baik. Terima kasih sudah memberikan saya staf yang begitu sabar.” 

“Itu bukan masalah. Itu sudah kewajiban saya memberikan kenyamanan untukmu karena sudah bergabung di Infinity.” 

Kini tatapan Gema beralih pada Almeda. “Almeda, ada beberapa penawaran dari berbagai perusahaan besar untuk bekerja sama dengan kita. Dan salah satunya adalah dari Roque Glacio. Perusahaan itu milik Pak Axel.”

Mendengar nama Axel disebut, secara otomatis Permata menatap pada Almeda. Permata tidak tahu bagaimana reaksi yang ditunjukkan oleh Axel, tapi tentu saja ini sangat mengejutkan. Bagaimana bisa Axel memberikan penawaran pekerjaan kepadanya? Apa ini terkait dengan ucapan lelaki itu yang sanggup membelinya karena dia memiliki uang? 

Gema memberikan beberapa daftar perusahaan yang ingin bekerja sama dan produk yang mereka miliki. “Kamu bisa mempelajarinya dan setelah itu kamu bisa mengambil project selanjutnya untuk Berlian.” 

Almeda menerima dengan sopan dan membacanya. Interaksi antara Gema dengan Permata maupun manajernya tak luput dari Axel. Lelaki itu memperhatikan tanpa mengalihkan tatapannya sekalipun dari mereka.

“Tentang keputusan perusahaan mana yang akan kami terima, kami akan membicarakan terlebih dulu, Pak. Secepatnya, saya akan akan memberikan keputusan.” Almeda akhirnya bersuara. Meskipun Permata sudah ada di bawah Infinity, tapi Gema dan pihak Permata sudah sepakat jika semua pekerjaan berada dalam kuasa pihak Permata. Jadi, tanpa Almeda, Infinity tidak bisa menerima begitu saja pekerjaan untuk Permata. 

“Tentu saja.” Gema menjawab lembut. “Tapi, Al, kamu harus bisa mempertimbangkan Roque Glacio. Saya rasa, nama Permata akan mudah naik karena bekerja sama dengan perusahaan besar.” 

“Maaf, Pak. Selama ini kami tidak pernah mengandalkan perusahaan besar untuk mendompleng nama Berlian. Tapi karena dia memiliki bakatnya. Dia yang bisa menaikkan kepopuleran perusahaan, bukan sebaliknya.” 

“Sepertinya Anda terlalu angkuh.” Axel tampaknya tidak tahan hanya menjadi penonton. “Anda seharusnya tidak pernah menolak tawaran sebaik ini.” 

“Ambil saja, Al.” Permata tiba-tiba bersuara dan membuat atmosfer di dalam ruangan itu terasa membeku. 

*** 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
duh bakal sering ketemu sama papi nya angkasa dong
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 6. Mendekat Pada Musuh

    “Apa?” Almeda terkejut mendengar jawaban Permata yang baginya sangat tidak masuk akal. “Kita perlu membicarakan ini nanti, Berlian.” Almeda memecahkan keheningan yang beberapa saat lalu menyelimuti mereka.Dalam pikiran Almeda, perusahaan Axel bahkan akan diberikan penolakan pertama dibandingkan perusahaan lain. Ekspresi yang ditunjukkan oleh Almeda kelam luar biasa ketika pikirannya tidak sesuai dengan pikiran Permata. Kalau sekarang mereka hanya berdua saja, sudah pasti Almeda akan mengeluarkan kekesalannya kepada Permata. Bahkan Axel yang mendengar keputusan Permata saja tampak terkejut. Lelaki itu menoleh pada Permata yang ada di sampingnya seolah mencari jawaban atas keputusan perempuan itu. “Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang datang kepada kita, Al. Kita tahu Pak Axel memiliki perusahaan besar dan aku rasa itu sebuah lompatan yang baik untukku berada di sana. Bukankah begitu, Pak Gema?”Permata menatap Gema dengan matanya yang jernih dan entah kenapa itu seperti

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 7. Permainan Dimulai

    “Kontrak akan berjalan selama enam bulan untuk percobaan. Kalau itu membuat pengaruh yang baik bagi perusahaan, maka kontrak akan diperpanjang.” Akhirnya meeting kembali dilakukan keesokan harinya setelah Permata menerima kerja sama dari perusahaan Axel sehari yang lalu. Tampaknya sebelum pertemuan itu dilakukan, Axel dan Gema sudah saling membahas tentang kontrak. Dan bahkan tidak main-main, enam bulan masa percobaan. Itu sedikit mengejutkan. Almeda menoleh kepada Permata dan memberikan kesempatan kepada perempuan itu untuk bicara. “Itu terlalu lama, Pak Gema. Saya bisa melakukannya hanya dalam satu bulan.” Meskipun itu terdengar sangat sombong, tapi Permata tidak akan berbicara besar jika dia tak mampu. “Tapi, Berlian, bukankah lebih baik mengambil jeda waktu juga?” Gema bernegosiasi. “Setelah launching, foto pasti akan disebar ke public dan dari sanalah kita akan tahu seberapa besar antusias konsumen terhadap perhiasan yang dikeluarkan oleh Roque Glacio. Tapi kita harus tah

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 8. Apa Aku Punya Ayah, Mami? 

    “Jadi mereka masih bersama?” Permata bergumam dengan suara kecil. Dia tidak pernah menyangka kalau Axel akan bertahan dengan perempuan yang sama dalam waktu yang lama. Pantas saja kalau perempuan itu murka dengan mendatanginya di masa lalu. Perempuan itu pastilah menyangka kalau dia adalah selingkuhan Axel. Apakah mungkin, perempuan itu menguntit dirinya dengan Axel sebelumnya untuk mendapatkan bukti? Lalu, apakah perempuan itu juga sudah tahu kalau Axel hanya menggunakan Permata sebagai mainan? Membuangnya setelah lelaki itu mencapai keinginannya? Apakah jika waktu mempertemukan mereka kembali, perempuan asing itu akan mengenalinya dan menyerangnya lebih dulu? Tapi bukankah itu pantas dilakukan oleh perempuan yang sakit hati karena diduakan? Tiba-tiba saja, perasaan Permata memburuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan itu. Dia datang untuk membalaskan dendamnya kepada Axel dan perempuan itu, kenapa melihat kejadian hari ini justru dia merasa dirinyalah yang bersalah karena berada d

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 9. Jangan Ambil Putraku

    “Aku benar-benar akan membuat kamu menyesal sudah membuang Angkasa, Axel. Kamu akan memohon maaf kepadaku atas perbuatan keji yang sudah kamu lakukan kepada putraku.” Batin Permata menjerit pilu. Anak-anak seusia Angkasa masih sangat membutuhkan sosok orang tua yang utuh. Tapi bocah kecil itu justru tidak tahu bagaimana rupa ayahnya, atau bagaimana suaranya. Jika ayahnya meninggal, itu tentu beda permasalah. Sayangnya, ayah Angkasa pun tak tahu kalau dia memiliki putra menggemaskan di dunia ini. Almeda mengusap punggung Permata dan menguatkan perempuan itu. “Jangan tunjukkan kesedihanmu di depannya.” “Aku mengerti.” Selama ini, Permata selalu menunjukkan ekspresi bahagia setiap bersama dengan Angkasa. Seberat apa pun hari yang dilalui, dia akan tetap bersedia menemani putranya belajar jika bocah itu menginginkannya. Malam tiba. Permata membaringkan tubuh lelahnya di atas kasur dan mendesah nyaman. Dia baru saja menidurkan Angkasa di kamar bocah itu dan kini gilirannya mengisti

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 10. Mengingat Kejadian di Tempat Yang Sama

    “Kita akan terus bersama-sama melewati hidup ini. Kamu tidak membutuhkan sosok ayah dalam hidupmu karena Mami yang akan bekerja keras untuk memberikan Apa pun yang Angkasa inginkan. Dan menjadi sosok ayah yang Angkasa butuhkan.” Ucapan itu tegas keluar dari mulut Permata dan disaksikan dengan keheningan malam disertai dengan dentingan jarum jam. Dia sudah menjadi kuat sejak keberadaan Angkasa di dunia ini, dan akan seperti itu selamanya. Setelah menyelimuti putranya, Permata meninggalkan kamar Angkasa dengan langkah lunglai. Dia kembali ke kamarnya, namun sisa malam itu, Permata menghabiskannya dengan duduk diam karena rasa kantuknya lenyap begitu saja. Paginya, Berlian tampak lemah. Matanya sayu dan terlihat mengantuk. Almeda lantas mengeluarkan tanyanya, “Ada apa dengan matamu?” “Aku semalam nggak bisa tidur.” Permata menjawab sebelum masuk ke dalam mobil. Duduk dengan tenang di kursi belakang, kemudian memasang sabuk pengaman. Diikuti Almeda di sampingnya, dan Denial di kursi

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 11. Itu Bukan Godaan

    “Aku benci ketika mengingat kamu membuatku menjadi seperti seorang pelacur.” Permata tidak peduli dengan pertanyaan Axel. “Aku benci ketika kamu membayarku seolah uangmu bisa menghapus luka yang kamu torehkan kepadaku. Tidak semua perempuan miskin bersedia menjual tubuhnya hanya demi uang, Axel.” Permata dengan berani mengelus dada Axel dengan lembut seolah dia sedang menggoda lelaki itu. Tubuh mereka menempel satu sama lain bahkan mereka bisa mencium aroma parfum keduanya. Permata bisa merasakan tubuh Axel menegang dan rahangnya mengerat. Jari-jarinya bermain di atas dada Axel yang berbalut kemeja putih. Permata tampak sudah berpengalaman melakukan hal itu. “Termasuk aku,” bisik Permata tepat di telinga Axel. Dia lebih berani. “Aku juga tidak akan pernah menjual tubuhku demi uang. Tapi, aku perlu berterima kasih kepadamu. Kalau bukan karena luka yang kamu berikan kepadaku, maka aku mungkin tidak akan berada di titik ini. Bahkan seorang Axel, meminta bekerja sama denganku.” K

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 12. Pertemuan Axel dan Angkasa

    “Saya belum pernah bertemu dengan Bapak. Mungkin Bapak melihat saya di majalah atau sejenisnya?” Permata belum lama di Indonesia dan dia bahkan langsung bekerja tak lama setelah itu. Terlebih lagi karena di masa lalu pun dia tak mengenal orang-orang kalangan atas selain Axel. Tentu saja Permata dengan yakin mengatakan yang sesungguhnya.“Tidak-tidak. Anda seperti tidak asing di mata saya.” Lelaki itu masih kukuh. Tapi selanjutnya dia menggeleng. “Lupakan saja. Yang penting sekarang adalah kerja sama kita.” Lelaki itu tersenyum kemudian memperkenalkan diri. “Saya Bayu. Yang bertanggung jawab untuk kerja sama ini.” Permata segera mengenalkan dirinya dan dua kawannya yang ada di sampingnya. Saat mereka mengurus kontrak, tim lelaki itu langsung berurusan dengan Infinity sehingga mereka belum sempat untuk bertemu. Dan hari ini untuk pertama kalinya pertemuan itu dilakukan. Ada kepuasan di mata lelaki itu saat melihat Permata bekerja dengan sangat baik.Permata kembali pulang saat malam

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 13. Terperangkap

    “Mami … Mami ….” Permata dibuat terkejut karena Angkasa menyadari keberadaannya. Dengan panik, Permata berlari ke belakang sebuah mobil untuk bersembunyi. Jantungnya hampir meledak saking gugupnya. Melongokkan kepalanya, dia masih bisa melihat Angkasa berdiri sambil menatap ke arahnya. “Maafkan, Mami, Sayang.” Gumamnya pelan.Dari tempatnya bersembunyi, Permata bisa melihat Axel juga menatap ke arah yang sama dengan Angkasa. Entah apa yang diucapkan oleh Axel kepada Angkasa, karena setelah itu putranya kembali dengan kegiatannya. Bocah itu terlihat bahagia dan yang menjadi pertanyaan Permata adalah kenapa Axel tetap bersama dengan Angkasa seolah sedang mengajari sesuatu kepada putranya. Setelah keadaan aman, Permata dengan pelan berjalan mengendap-endap seperti seorang pencuri sampai tiba di mobil Angkasa. “Kamu benar-benar mengambil resiko tinggi.” Denial yang berada di sana segera mengeluarkan rutukannya. “Kamu tahu aku setengah mati tetap berada di dalam mobil agar Axel tidak m

Latest chapter

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Special Part. Angkasa – Semesta

    Angkasa tidak tahu sejak kapan matanya selalu ingin melihat gadis itu. Gadis yang tampak tidak begitu bersahabat dengan orang lain dan lebih suka ke mana-mana sendiri. Beberapa temannya bahkan segan dengan gadis itu. Angkasa juga tidak tahu, kenapa dia suka berdiri di tempat di mana dia bisa memerhatikan gadis itu dalam diam. Ada getaran aneh yang dirasakan ketika suatu hari dia bersisipan jalan dengan gadis itu. Namanya Semesta, dia satu angkatan dengannya. Gadis itu benar-benar cuek dan memiliki dua saudara yang super posesif. Dia mendengar, mereka memang kembar tiga. “Lo suka sama dia, Ka?” Kesenangan Angkasa harus terputus karena temannya mendekat dan membuyarkan lamunannya. “Gue tahu kok, lo selalu berdiri di sini hanya untuk menatap Semesta.” Angkasa menarik napasnya panjang. Sepanjang hidupnya, dia hidup belum sekalipun dia merasakan jatuh cinta. Kalau sekarang getaran itu dirasakan, apa benar getaran itu adalah tanda jika dia sedang jatuh cinta? Ya, pertanyaan temannya itu

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 297. Itulah Keluarga (End) 

    Angkasa berdiri dengan membawa dua adiknya di dalam gendongannya. Membawanya masuk ke dalam rumah sehingga membuat dua adiknya itu tertawa-tawa. “Abang, ayo kita putra-putar.” Rembulan berteriak tepat di telinga Angkasa membuat Angkasa sedikit menjauhkan kepalanya. Tapi tidak bisa karena Moza ada di punggungnya. “Astaga, anak-anak ini.” Almeda menggeleng pelan. “Turun anak-anak. Kasihan abangnya dong.” “Nggak mau!” Suara itu keluar dari mulut Moza dan Rembulan secara bersamaan. “Abang, ayo kita mutar.” Rembulan mengimbuhi tak peduli dengan Almeda yang sudah menatap mereka memeringatkan. Melihat Almeda yang sudah mengerutkan kening, Angkasa segera bersuara. “Biarin aja Onty Al. Lagi menghibur yang mau adik.” Almeda mengerti, maka dia hanya diam pada akhirnya. Akhirnya Almeda kembali ke dapur. Bapak-bapak yang ada di belakang rumah tentu saja tidak tahu kelakuan anak-anak mereka. Membiarkan anak-anaknya berbuat seenaknya. Sedangkan Permata dan Crystal yang melihat dari dapur

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 296. Rengekan Rembulan

    “Bunda, kapan Rembulan punya adik?” Pertanyaan itu dilontarkan oleh bocah berusia lima tahun yang sudah memasuki sekolah Paud. Dia baru saja pulang dari sekolah, lalu berlari untuk bertemu dengan ibunya di kantor Crystal Fashion. Di belakangnya, ada Mbak Susi – si pengasuh. Crystal yang tengah menunduk dan tengah menggambar itu segera mendongak. Memberikan senyuman kecil untuk putrinya, lalu meninggalkan pekerjaannya untuk sementara. “Putri Bunda sudah pulang.” Pelukan Crystal mengerat pada putrinya. “Lho itu bawa apa?” “Telur gulung.” Crystal hampir menjatuhkan rahangnya ketika melihat bungkusan plastic berisi telur gulung yang dibawa oleh Rembulan. Crystal menatap Mbak Susi untuk meminta penjelasan kenapa putrinya harus makan-makanan seperti itu. Bukan masalah makanannya, yang dikhawatirkan oleh Crystal adalah makanan itu dibeli di sembarang tempat dan tidak higienis. “Itu bersih kok, Bu.” Tahu kalau dia harus memberikan penjelasan, maka Mbak Susi segera bersuara. “Di samping

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 295. Itu Salahnya 

    Bu Cintya memutus tatapan mereka dan berjalan mendekat ke arah Om Rudy. Lebih tepatnya ke arah pintu yang ada di belakang lelaki itu. Tidak ada sapaan sama sekali. Dia masuk begitu saja, lalu tersenyum ketika melihat anggota keluarga yang lain kumpul. “Angkasa!” Bocah yang menginjak remaja itu mendongak dan tersenyum. Hanya senyum kecil. Tubuhnya menempel pada tubuh Denial dengan tangan sibuk bermain tab. Peraturan masih sama, karena hari libur, maka dia bisa bermain benda elektronik itu. “Kalian makan malam di sini sekalian, ya. Kita masak sama-sama.” Mereka saling pandang sebelum mengangguk bersamaan. Tentu saja, itu membuat Bu Cintya bahagia luar biasa. Perempuan itu duduk di sofa tepat di samping Almeda dan memangku Elang dengan lembut. Sedangkan Moza yang sudah bisa berjalan itu tak mau diam. Axel harus terus memantaunya agar tidak jatuh. Gema masuk dan segera menyergap bocah kecil itu kemudian mengangkatnya tinggi-tinggi. Tawa renyah keluar dari mulutnya. “Cantiknya siapa?”

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 294. Kedatangan Om Rudy

    “Ma, besok mau ajak Rembulan ke rumah Almeda. Ayah mau ketemu katanya.” Pagi ini, saat sarapan, Denial memberitahu ibunya tentang keinginannya untuk pergi ke rumah Almeda. Ini untuk pertama kalinya Rembulan akan diajak pergi keluar setelah dia pulang dari rumah sakit. Ya, sudah tiga bulan memang usia Rembulan sekarang. Bocah kecil itu sudah bisa tersenyum. Bu Cintya tidak langsung menjawab dan justru menatap ke arah Denial dan Crystal bergantian. Seolah tidak memberinya izin. Dan benar, jawaban itu menunjukkan penolakan. “Masih terlalu kecil untuk dibawa keluar, Den. Mama nggak setuju. Mama akan izinkan kalian ajak Rembulan pergi kalau udah enam bulan.” “Ayah pengen lihat, Ma. Setelah pulang dari rumah sakit waktu itu ‘kan belum pernah ketemu lagi. Cuma lihat dari foto atau video aja.” “Ya tapi Rembulan masih kecil. Mama nggak izinkan.” Penolakan itu jelas dan lugas. Ini bukan karena Bu Cintya tidak mengizinkan si mantan suami itu bertemu dengan cucu mereka. Tapi semua demi cucu

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 293. Pulang

    “Kondisi Rembulan sudah sangat baik, Bu. Anak ini sudah sehat sepenuhnya.” Kelegaan membanjiri hati Crystal dan keluarganya. Dia langsung memeluk Denial yang ada di sampingnya saat kabar itu diberikan kepadanya. Hari-hari buruk yang mereka lalui sudah berakhir dan tinggal rasa bahagia yang datang. “Silakan, Bu.” Seorang suster menyerahkan Rembulan kepada Crystal sudah mengeluarkan air matanya. Dengan tangan sedikit bergetar, dia menerima bayinya dan menciumnya dengan sayang. Denial tersenyum lega. Tangannya terulur mengelus tangan Rembulan. Meskipun dia pun sudah pernah menggendongnya, tapi dia merasakan hari ini lebih dari special. Denial tentu lebih berpengalaman dalam soal mengurus bayi dibandingkan Crystal. Dan setelah mereka pulang ke rumah nanti, dia yang akan mengambil alih untuk tugas Crystal semisal Rembulan bangun di tengah malam. “Terima kasih, Dokter. Saya sungguh-sungguh berterima kasih. Berkat Dokter, bayi kami sehat dan sehat.” Crystal bisa merasakan, tubuh putriny

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 292. Rembulan

    “Tapi satu anak itu nggak seru, Mas. Aku nggak punya saudara aja rasanya juga sepi ‘kan.” Crystal menyanggah pendapat suaminya. Menyamankan baringnya tanpa mengalihkan sedikitpun tatapannya pada sang suami. “Ada banyak temannya nanti. Ada sepupu-sepunya yang akan nemeni dia.” Denial memang kini tengah berpendapat, tapi dia seolah memberikan keputusan. Melihat bagaimana sang istri kepayahan saat hamil muda seperti ini, membuat Denial merasa trauma dan tidak ingin mengulangi lagi. Kasihan dengan Crystal. “Aku bisa, kok. Aku__” “Aku yang nggak bisa, Sayang,” putus Denial. “Aku melihat kamu kepayahan begini rasanya pengen gantiin aja kalau bisa. Jadi, kita lihat nanti bagaimana perkembangannya.” Crystal menarik napasnya panjang mendengar ucapan sang suami yang bernada final. Padahal Crystal sudah membayangkan setiap dua tahun dia akan melahirkan satu bayi yang lucu. Setidaknya punya tiga anak. Tapi si pasangan justru trauma. Maka lebih baik dia tak membantah dan akan melihat saja per

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 291. Membuat Kesepakatan

    Dua minggu berlalu dan Crystal kembali ke rumah sakit bersama dengan Gema. Mereka berharap kandungan Crystal sudah lebih baik dan setidaknya dia full bedrest. Pengecekan itu akhirnya dilakukan untuk mengetahui hasilnya. Dan hasilnya tidak berubah. Crystal masih tetap harus bedrest. Namun tidak ada hal yang parah dan masih stabil. Crystal hanya diminta untuk tetap hati-hati dan tidak melakukan pergerakan yang tidak perlu. “Maafkan aku, Ma. Aku sudah membuat Mama dan Mas repot.” Crystal merasa tidak enak hati karena sudah membuat keluarganya harus fokus menemani dirinya. Padahal ada banyak pekerjaan yang harus diurus. “Crystal, nggak ada yang perlu dimaafkan. Kamu adalah putri Mama dan sudah menjadi tugas Mama untuk merawat kamu kalau sakit, menemani kalau kamu butuh teman, dan semua itu Mama lakukan dengan tulus. Kamu tidak perlu memikirkan itu karena yang penting kamu sehat, janin di kandunganmu juga sehat. Masalah lain, kamu nggak perlu pikirkan.” Crystal merasa sangat sensitif ka

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 290. Bosan

    Denial setengah berlari untuk memasuki rumah. Dia ingin segera sampai dan melihat kondisi istrinya. Dia sudah mendapatkan informasi dan sang bunda jika Crystal baik-baik saja. Tapi tentu saja tak puas jika tidak melihatnya secara langsung. “Mas udah pulang.” Crystal tengah duduk di atas ranjang sambil memegang tab di tangannya. Menggambar banyak design untuk rancangan Crystal fashion. “Kok kerja sih, Sayang?” Denial duduk setelah mengecup puncak kepala Crystal. “Kamu harus istirahat.” “Mas, aku ini istirahat. Aku nggak kerja berat, juga nggak berpikir berat. Aku cuma gambar dan nggak akan terjadi hal-hal yang buruk. Kalau aku nggak ngapa-ngapain justru akan stress. Ohya, tadi Mbak-mbak dua itu datang. Barusan pulang.” Denial mengangguk sambil menatap lekat ke arah Crystal. “Kamu yakin nggak papa? Aku seharian khawatir mikirin kamu tahu nggak sih.” “Nggak papa, Mas-ku. Aku tadi juga jalan-jalan pelan, baca buku, ngobrol sama Mama dan Mbak-mbak. Aku baik-baik aja. Dia kuat kok.” C

DMCA.com Protection Status