Di situ Selena mulai memberitahukan hal itu kepada Dirga bahwa dia meminta kakak tirinya itu untuk menjaga Agatha karena dia tiddak ingin sampai hubungannya dengan Zio berakhir karena Zio masih menyimpan rasa kepada Agatha. Permohonan maaf Zio tak bisa dipercaya hal itu yang ditekankan oleh Agatha dan juga Delvin. Apa yang dikatakan oleh Zio tentu membuat Agatha dan Dirga semakin menyesal karena sudah keceplosan berkata kalau Agatha sedang hamil di hadapan Zio. Seharusnya mereka dapat menjaga mulut mereka karena mereka sendiri pun sudah dapat memperkirakan hal seperti ini pasti akan terjadi. Seharusnya pria itu tidak usah tahu mengenai kehamilan Agatha. Beruntungnya kecelakaan itu tak berpengaruh dengan kandungan Agatha, bayinya baik-baik saja.*** Wanita paruh baya itu tengah mengemudikan mobilnya melintasi sebuah jalanan menuju ke pantai ketika ia melihat beberapa orang tampak berdiri di samping jalan sambil bersitegang. Saras menyipitkan matanya ketika ia dapat melih
Ketika tangan Saras membuka pintu seraya melangkah masuk, alangkah terkejutnya Saras ketika mendapati sang suami sedang berduaan dengan perempuan muda tanpa mengenakan sehelai benang pun. "Apa yang kau lakukan, Pa?" tanya Saras berusaha menahan air mata yang hendak keluar dari pelupuk matanya. Pria dengan kumis tipis itu langsung mengambil pakaiannya yang berserakan di atas lantai, "Kenapa kau datang ke mari?" tanya pria itu ambil mengenakan pakaiannya."Kau bertanya kenapa aku ke mari? Apa aku tidak salah dengar?" Saras menunjuk satu jarinya ke arah pria yang masih menjadi suaminya itu."Harusnya kau malu telah berani melakukan ini di belakangku, Mas.Kau itu sebentar lagi akan menjadi kakek namun kau malah melakukan hal seperti ini, apa kau tidak malu," tukas Saras dengan sorot mata tajam."Untuk apa aku malu?" ucapnya malah balik bertanya. Hartono melangkah mendekati selingkuhannya sambil membisikkan sesuatu. Entah apa yang dibisikkan oleh dua orang itu, setelahnya Harto
"Aku tahu hal ini pasti akan terjadi, biarkan saja. Aku ingin lihat sebatas mana perempuan itu bertahan,"jawab Dirga tersenyum licik. Boy dan Agatha saling menatap satu sama lain, mereka berdua tidak menyangka bila ternyata Dirga bisa sekejam itu. "Aku ingin lihat langkah apa yang akan dilakukan perempuan tua itu, berulang kali aku sudah menasehatinya namun dia tetap saja bersikeras dengan keinginannya itu." Dirga menarik napas panjang, meminta Boy untuk tetap mengawasi pergerakan Saras, apakah perempuan itu akan meminta bantuannya atau tidak."Baik, Pak. Kalau begitu aku permisi dulu." Boy melangkah pergi dan berpamitan. Mentari menelisik tajam ke arah suaminya, kenapa dia bisa bersikap acuh seperti itu, "Apa kau tidak ingin .mebantu Ibumu, Ga?""Untuk apa membantu? Selama dia tidak minta bantuan, aku tak akan mau membantunya." Dirga bangun dari duduknya dan berdiri di atas balkon sambil menikmati udara sore itu. Dengan khidmatnya Dirga menatap Agatha dengan begitu dalam, se
Pria itu ingin segera menyelesaikan masalah mereka karena dia tidak mau dihantui rasa bersalah lagi. Untuk itu ia berniat untuk meminta maaf kepada mereka yang terlibat pada insiden yang disebabkan olehnya.“Mau apa lagi dia ke sini?” gerutu Agatha dengan wajah masam.“Agatha, Dirga, aku minta maaf,” ucap Zio begitu dia sudah berdiri di hadapan tiga orang yang hendak pulang tersebut. “Aku benar-benar merasa bersalah dan aku akan bertanggung jawab penuh dan mengganti rugi atas insiden yang terjadi dengan kalian.”“Kami tidak butuh uang darimu, Zio,” ucap Dirga sambil menggelengkan kepalanya. Kalau masalah kerusakan yang dialami oleh mobilnya, Dirga bisa membeli mobil yang baru tanpa harus pusing-pusing meminta ganti rugi dari Zio. Kondisi kesehatan Dirga dan Agatha pun baik-baik saja pasca kecelakaan itu. Jadi, ganti rugi apa yang dimaksud oleh Zio?“Oh, aku tahu tentang itu, Ga,” Zio mengangguk-anggukkan kepala. “Seorang pengusaha kaya raya sepertimu pasti tidak butuh uang dariku
Selena langsung menggelengkan kepalanya, bertanda bahwa uangnya tak sebanyak itu. "Beri kami waktu agar bisa melunasinya," ucap Saras mencoba menawar."Baiklah, aku akan memberimu waktu satu minggu saja, jika tidak maka kau harus menjebloskanmu ke penjara." Pria itu menatap berang ke arah Selena dan tak menyangka bila dirinya bisa dibentak oelh si rentenir. Dirinya benar-benar hancur setelah berpisah dari Hartono, selama ini pria itu hanya memanfaatkannya saja. "Aku benar-benar tidak menyangka bila ternyata ayahmu telah menguras habis kekayaanku! Sejak kapan dia merencanakan ini semua?" gumamnya sangat kesal."Aku akan mencoba membujuk Ayah, Bu." Selena mencari jaln tenagh karena dia tidak mau hiduo miskin. Selama ini Selena sellau bergeimbang harta dan hanya dalam waktu satu hari dia harus melarat, sungguh itu tidak bisa. Ia tidak akan pernah bisa hidup susah."Iya, kau harus mencari tahu ddi mana pria itu menyimpan aset ibu, cepatlah." Saras menyuruh anaknya untuk mencari
Merasa depresi dan menjalani hidup melarat, di mana Selena tak pernah makan hanya dua kali sehari kini perempuan itu harus mengirit uangnya. Sikap glamor Selena sungguh membuat perempuan itu sedikit tak waras dan tertekan batin hingga akhirrnya Selena pun mengalami keguguran, rahimnya begotu lemah. Setelah mendengar ayahnya berselingkuh, ibu dan suaminya hanya pengangguran membuat Selena benar-benar defresi karena tidak bisa menerima kenyataan yang ada. Bak jatuh tertimpa tangga, itulah yang dialami oleh keluarga Saras. Kini mereka mendapat karma. Mengontrak di rumah kecil sedangkan Zio yang tidak tahan dengan keadaan itu berusaha untuk mencari wanita yang lebih kaya agar hidupnya bisa terjamin. Melihat suaminya yang hendak pergi membawa sebuah kopper, Selena langsng menghentikan langkah Zio, "Mau ke mana kau, Zi?" tanya Selena ingin tahu."Aku ingin pergi dari rumah ini." Selena berjalan maju ke arahnya sambil bertanya lagi, "Jika kau ingin pergi, harusnya kau mengaj
"Sejak saat kalian membahas masalah kecelakaan itu," jawab Dirga dengan tatapan menelisik tajam. Merasa tertangkap basah maka Saras pun langsung menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada Dirga 10 tahun lalu. "Pantas saja sewaktu aku bertemu dengan Agatha pertama kalinya, aku merasa begitu mengenalnya," uja Dirga sambil membuang napas kasarnya."Maafkan kau, Ga.Aku juga tidak menyangka bila kita pernah bertemu sebelumnya." Agatha menatap dalam ke arah suaminya. Melihat sang ibu mertua yang hendak pergi, Agatha menyentuh jemari Dirga dan membujuk suaminya agar Saras bisa tinggal bersama mereka. "Ayolah, Ga. Aku juga butuh teman ngobrol di rumah. Kau sudah tidak mengizinkan aku lagi unk ke kantor setidaknya kau harus mengizinkan Ibu dan Selena tinggal bersama kita," bujuk Agatha menatapnya penuh harap. Dirga yang tidak bisa menolak keinginan istrinya yang tengah mengandung lekas saja menganggukkan kepalanya meski hanya stau anaggukan saja. Mulai saat itu, Dirga mengajak S
Pria itu tersenyum kecil ketika mendapati sang istri yang ada di belakangnya, "Ada sesuatu hal yang ingin aku katakan padamu," ujar Dirga sambil menarik tangan Agatha. Mengajaknya menuju ke arah gazebo, Dirga pun mengutarakan kekhawatirannya itu. "Aku tidak ingin sampai kebaikanmu ini malah dimanfaatkan dua perempuan licik itu." Agatha tersenyum sambil menangkupkan kedua tangann ke wajah Dirga, "Terima kasih kau sudah mengkhawatirkanku namun kau yakin Ibu dan Selena sudah menyesal dengan perbuatannya. Tidak ada salahnya kita memberikan kesempatan pada mereka berdua. Lagian, dua perempuan itu adalah keluargamu, Ga.""Iya, aku! Justru mereka keluarga itu dan aku takut sesuatu hal buruk terjadi pada calon bayi kita nanti.""Kau tenang saja, selama kau masih bernapas. Aku akan menjaganya dengan baik, apa pun itu." Untuk menghilangkan kekhawatiran suaminya, Agatha berusaha menenangkannya sambil memeluknya. Sehari setelah hari itu, Dirga mendapati Saras tengah memasak di dapur