Ditambah lagi, Julia sering sekali menghubungi Dirga. Tak hanya menemui Dirga di kantor, Julia juga sering sekali menelepon Dirga di saat pria bule itu sedang menghabiskan waktu bersama Agatha. Bahkan terkadang Julia menelepon Dirga saat sudah larut malam. Perempuan mana yang tidak cemburu jika ada perempuan lain yang berusaha keras untuk merebut suaminya? Sungguh, Agatha tidak akan pernah rela jika harus kehilangan Dirga.“Oh, ayolah, Sayang. Kau harus percaya padaku,” ujar Dirga. Pria itu meraih tangan Agatha, lalu menempelkan telapak tangan Agatha di dadanya. “Apakah kau bisa merasakannya?” Agatha menaikkan sebelah alisnya tak mengerti.“Jantungku berdebar-debar setiap kali aku sedang bersamamu. Sementara jika aku sedang bersama Julia, yang ada aku merasa kesal. Aku bahkan meninggalkan Julia dan menyusulmu pulang,” jelas Dirga menatap istrinya begitu lekat.“Dirga ....”“Agatha, percayalah padaku. Hanya kau yang kucintai saat ini. Dan aku berjanji, aku tak akan pernah k
Dirga lantas menjatuhkan tubuh Agatha di atas ranjang sebelum ia juga ikut naik ke atas ranjang."Kau benar-benar menggairahkan malam ini, Tha,” ucap Dirga sambil memandangi gaun tidur yang istrinya kenakan. Dirga menatap ke arah bibir ranum perempuan itu, lalu menatap matanya. Setelah mendapati anggukan dari Agatha. Dirga langsung menyerbu bibir Agatha dengan kecupan-kecupan panas. Awalnya pria bule itu hanya mencium bibir Agatha dengan lembut, namun lama kelamaan ciuman mereka bertambah panas. Sentuhan Dirga bergerak turun ke leher Agatha, membuat gelenyar aneh menjalar ke seluruh tubuh Agatha saat pria itu mengecup lehernya dan membuat beberapa tanda kepemilikan di sana. Tangan Dirga tak tinggal diam, perlahan ia mulai melepaskan seluruh pakaian yang dikenakan Agatha, menyisakan tubuh sang istri yang polos tanpa sehelai benang pun.“Kau sangat cantik, Tha,” ucap Dirga sambil tersenyum saat ia melihat keindahan yang Tuhan ciptakan pada tubuh Agatha. Mata Dirga berbinar-binar saat
Dirga mengedikkan bahunya. “Kau terlihat sangat lucu saat kau marah seperti itu. Kau terlihat begitu menggemaskan,” sindir Dirga seraya memujinya. Sang istri yang mendengar hal itu ternganga lebar. Sejak kapan perempuan yang marah justru terlihat menggemaskan? Tangan Agatha bergerak untuk mencubit Dirga hingga membuat pria itu mengaduh kesakitan.“Aduh aduh! Sakit, Tha!” pekik Dirga sambil mengusap bahunya yang terasa panas akibat cubitan yang diberikan oleh Agatha.“Makanya jangan mempermainkan aku!” gerutu Agatha. Perempuan itu hendak berdiri ketika Dirga menahan pergelangan tangannya. Agatha menatap Dirga dengan satu alis terangkat seolah ia bertanya "Apa?"“Jangan pergi, Tha. Jangan tinggalkan aku,” rengek Dirga sekali lagi.“Ga, aku hanya ingin mandi. Kau jangan berlebihan seperti ini,” ungkap Agatha sambil memutar bola matanya dengan jenuh. “Pagi ini kau punya jadwal untuk meeting. Apakah kau lupa?” Lagi-lagi dirgaaa mengedikkan bahunya. Sebenarnya Dirga tidak lupa. Tapi, dia
Agatha dan Dirga menjawab pertanyaan Boy secara bersamaan dengan dua jawaban yang berbeda. Hal tersebut semakin membuat Boy penasaran. Namun saat ia melihat rona merah di pipi istri sang atasan membaut Boy jadi yakin jika jawaban Dirga lah yang paling akurat.“Aku tadi hanya menumpang mandi karena air di kamarku tidak mau menyala karena tersumbat,” ucap Agatha yang masih saja ingin mengelak. Tadinya Boy tidak berniat untuk menyusul Dirga ke kamarnya. Namun, karena pria itu tak kunjung kembali meskipun ia hanya ingin mengambil ponsel saja. Boy pun akhirnya berinisiatif untuk datang menemui sang atasan. Namun siapa sangka jika ia justru mendapatkan kejutan dari Agatha dan Dirga yang terlihat sangat intim tersebut.“Ayo kita berangkat sekarang," ajak Dirga sudah rapi dengan jas kesayangannya. Pria yang sangat posesif itu tak mau jika Boy melihat tubuh Agatha yang terbuka terlalu lama. Dia lantas mengecup pipi sang istri kemudian menyambar ponselnya yang tergeletak di nakas
Tak berselang lama setelah Dirga meminta Rio untuk meninggalkan ruangannya dan menjelaskan hasil keputusan Dirga kepada rekan kerjanya yang melakukan aksi demo, keadaan pun mulai kondusif. Lobi yang awalnya dipenuhi oleh pedemo kini mulai lengang. Kericuhan yang tadi sempat terjadi langsung menghilang."Boy, tolong selidiki tentang Zio dan rencana apa yang ingin dia lakukan. Aku ingin tahu apakah Julia juga terlibat dalam rencana Zio karena sikap perempuan itu cukup mencurigakan," perintah Dirga kepada Boy. Mendengar itu, Boy sontak menganggukkan kepala. "Kalau begitu aku permisi, Tuan," ujar Boy. Setelah mendapatkan anggukan kepala dari Dirga, Boy segera keluar dari ruang kerja Dirga dan melakukan seperti apa yang Dirga perintahkan. Sementara Dirga yang saat ini sendirian di ruangan termenung. Kalau Dirga kaitkan, kejadian tadi malam sangat mencurigakan. Julia mengajak Dirga bertemu. Saat Dirga ingin mengajak Agatha, mantan kekasih Agatha diam-diam menemui perempuan itu. Da
Mendengar hal itu, Zio lantas mengambil ponselnya dan mengecek pesan singkat yang Julia berikan. Semalam, Zio memang tidak sempat untuk membaca pesan singkat Julia karena ia sudah sangat mengantuk. Ia pikir, Julia ingin menginformasikan jika rencananya berhasil maka ia tak terlalu memusingkan hal tersebut."Kurasa Dirga tidak bisa bernafsu dengan perempuan," ujar Julia tiba-tiba, membuat Zio tersedak air liurnya sendiri."Apa maksudmu? Jangan bercanda!" balas Zio sambil tertawa kecil."Semalam dia menolakku, Zio! Dia bahkan langsung pergi meninggalkanku begitu saja padahal aku yakin obat itu sudah bereaksi. Dia bahkan tak mau kusentuh padahal aku sudah menggodanya," jelas Julia dengan kesal. Hingga akhirnya Zio mulai berencana untuk memastikan ucapan Julia, "Tidak mungkin pria tampan seperti Dirga tidak nafsu dengan perempuan?" gumamnya meragukan alibi Julia.Keesokkan malamnya... Di sebuah hotel bintang lima, Julia tersenyum licik ketika ia melihat tubuh Dirga yang tampak
Drttttt... Drttttt.... Merasakan getaran hebat dari saku jasnya, maka Dirga merogoh saku jasnya dan mengambil benda pipih berwarna hitam itu. Sedetik kemudian matanya membulat sempurna, di situ Dirga begitu terkejut sekali ketika mendapati bahwa dirinya sedang tidur satu ranjang dengan seorang perempuan yang sangat dia kenal. Melihat sang suami nampak terkejut, jemari lentik Agatha langsung mengambil benda pipih tersebut, Agatha menelan salivanya berulang kali karena ternyata perempuan yang sedang tidur bersama dengan suaminya adalah Julia, "Apa yang telah kalian lakukan?" tanya Agatha ketus."Apa ini, Ga? Bagaimana bisa kau berkhianat di belakangku?" Pertanyaan yang dilontarkan Agatha membuat Dirga tertegun dan bingung karena dia juga tidak tahu kapan dirinya tidur dengan Julia,"Ini tidak seperti apa yang kau pikirkan, Tha? Mana mungkin aku melakuka--?" Belum sempat melanjutkan kata-katanya Agatha langsung memberi satu tamparan kepada suaminya."Kau tega melakukan ini pa
Mendengar hal itu membuat Saras mulai naik darah dan tak menyangka bila putera kandungnya akan berkata seperti itu. "Demi wanita ini kau tega berkata seperti itu kepada Ibu, hah?""Kenapa tidak? Kau melakukan itu demi pria lain 'kan?""Sebelum kau membuat aku marah lebih dari ini mohon pergi dari sini!" timpal Dirga sangat ketus. Agatha yang ada di sana pun meneguk salivanya dengan kasar dan tak menyangka bila sang suami akan sekasar itu pada ibunya dan sampai saat ini Agatha tidak pernah tahu permasalahan apa antara ibu dan anak itu namun yang pernah ia ingat adalah Dirga pernah bilang bahwa pria itu tidak pernah suka bila ibunya menikah lagi dan parahnya sang ibu lebih memilih suami barunya daripada dirinya. Tidak ingin memperkeruh keadaan maka Agatha melangkah mendekati Dirga seraya menyentuh pundak pria itu. "Aku harap kau mampu membuat pilihan." Melihat Agataha pergi dari hadapan Dirga, membuaat sang suami sangat kecewa pada dirinya sendiri. Dia tidak menyangka b
Peluru itu hampir saja mengenai Agatha, beruntungnya Dirga menarik tangan istriinya dan mereka jatuh hingga tidak ada yang tertembak, "Anda berani sekali mengambil pistol pihak kepolisian, Anda akan dihukum berat," gumam pria berseragam seraya menggertak. Jujur apa yang didengar oleh Agatha tadi benar-benar berita yang sangat mengejutkan, dia tidak pernah menyangka jika Saras dan Selena membuat rencana yang membuat Agatha mempertaruhkan janinnya hingga membuat Dirga marah besar dan memenjarakan ibu dan adik tirinya. "Maafkan aku, Tha! Kau harus mengalami hal seperti ini karena aku," desah Dirga merasa bersalah. Sebagai putera dar Saras, Dirga merasa malu memiliki seorang ibu yang tega mencelakai menantunya sendiri, bahkan Saras tega membunuh calon cucunya sendiri karena tidak menyukai Agatha."Aku hanya tidak pernah berpikir bila Ibumu akan sejahat ini, Ga." Agatha meneteskan air matanya. Ia tidak berhenti menangis karena benar-benar sedih dengan apa yang terjadi pada dirinya
Boy tak bisa lagi berbohong apalagi menutupinya hingga akhirnya dia mulai mengungkapkan kebenaran yang sebenarnya terjadi pada Dirga dan tak pernah dia menduga bila selama tinggal di rumahnya, Selena selalu saja bersikap seolah tuan rumah dan mengintimidasi Agatha lagi. Untuk memastikan hal itu benar atau tidak. Dirga menemui bik Siti dan memastikannya. Betapa hancurnya hati Dirga ketika mendengar kabar tersebut. Pria itu tak bisa lagi menahan emosinya hingga membuat Dirga marah."Maafkan saya, Pak. Saya terpaksa menutupi kebenaran ini karena Mbka Agatha terus saja melarang saya," ucap bik Siti menunduk seraya duduk bersimpuh. Tak pernah terpikirkan oleh Dirga bila hal seperti ini terjadi, "Sejak kapan Agatha diperlakukan seperti itu, Bik?" tanya Dirga ingin tahu."Setelah Pak Dirga mengetahui kebenaran tentang kecelakaan itu, Nyonya dan Nona Selena berubah sikap kepada saya dan mbak Agatha.""Pantas saja bila Agatha terlihat kelelahan saat malam tiba, ternyata dua perempu
Dirga segera naik ke atas dan melihat Agatha yang begitu serius melihat ponselnya, "Tidak, Ga.Ini tidak benar? Bik Siti bukan buronan dan dia bukanlah orang yang telah mendorongku." Agatha mendekati Dirga seraya mencengkeram tangannya dan meminta pria itu untuk mencabut tuntutan itu, "Ayo, Ga. Cabut saja tuntutanmu itu, Bik Siti tidak bersalah," pintanya dnegan mata yang berlinang."Apa kau yakin?" tanya dirga ingin tahu kejadian yang sebenarnya, sejujurnya Dirga ingin menanyakan hal itu padda Agatha namun mengingat dia masih berkabung maka sang suami sengaja untuk menunda pertanyaan itu, apa yang menyebabkan Agatha bisa keguguran karena selama ini Agatha selalu berhati-hati."Aku jatuh sendiri dan tidak ada oranga yang mendorongku hanya sa-ja saat itu aku seperti menginjak sesuatu yang licin." Agatha mengingat itu dengan jelas dan dia mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Dirga. Dirga langsung berkomentar, "Mungkin saat itu Bik Siti habis mengepel dan kau meng
"Jika kau sudah tahu jawabannya, kenapa kau masih bertanya?" ucap Dirga meliriknya tajam. Dirga meminta dua perempuan itu untuk meninggalkan ruangan di mana Agatha dirawat. Pria itu bahkan menutup pintu dengan kasar. Dirga langsung memutar tubuhnya dan menghampiri Agatha. "Kenapa kau terlihat takut Agatha? Apakah kau telah meragukan cintaku padamu?" tanya pria itu dengan tatapannya dingin."Bukan begitu, Ga. Aku hanya takut karena kondisiku yang seperti ini kau ingin meninggalkanku jadi ak--" Belum sempat melanjutkan kalimatnya Dirga langsung memotong ucapan Agatha. "Apa kau pikir aku hanya bermain-main saja dengan hubungan kita ini? Tidak, Ga. Aku serius padamu meskipun kau tidak bisa hamil sekalipun aku akan tetap bersamamu. Bukankah itu janji yang aku ucapkan sewaktu kita menikah dulu." Di situ Agatha mengungkapkan bahwa dia merasa benar-benar sedih dan kecewa pada dirinya sendiri karena telah gagal menjaga janinnya dengan baik sehingga dia harus mengalami hal yang begitu
"Apa yang sedang kau pikirkan, Tha? Jangan terllau banyak berpikir, lebih baik kau istirahat saja," titah Dirga memberi perintah. Pria itu menyelimuti tubuh Agatha dan menyuruhnya untuk tidur karena hari masih gelap, ditambah lagi suasana yang begitu dingin membuat Dirga pun ikut tidur di samping Agatha. Alankah terkejutnya Agatha ketika mnggerjapkan matanya dan cahaya sinaran matahari hari sungguh sangat menyilaukan matanya. "Kau harus bangun, Agatha," ucap seorang perempuan yang sangat dikenalnya."Ibu," ucap Agatha membukanya dengan lebar."Iya, aku rasa kau sudah cukup istirahatnya dan bangunlah karena aku punya kabar untukmu," jawab perempuan paruh baya itu."Kabar apa, Bu?" tanya Agatha sangat penasaran. Saras tersenyum tipis dan menunjukkan sebuah amplopberwarrna putih kepada Agatha, "sebaiknya kau baca saja isi di dalam amplop ini." Perempuan itu memberi perintah. Agatha yang sangat penasaran pun langsung duduk dan membuka amplop tersebut. Membaca isi surat ter
Dirga diperkenankan masuk oleh dokter, tak lupa juga pria itu meminta dokter untuk memeriksa Agatha lagi. Mengikuti langkah dokter, Dirga menghentikan laju langkahnya ketika mendapati wajah sang istri nampak pucat sekali pasca keguguran itu. Dirga menyentuh jemari sang istri begitu kuat seraya memandangi wajah Agatha. Entah bagaimana perasaan Agatha bila dia thau bahwa bayinya kini sudah tidak ada lagi. "Kuharap kedepannya kau mau menerima kenyataan ini, Tha," ucap Dirga berurai air mata. Sehari semalam Agatha dirawat namun perempuan tiu belum juga sadar, dokter juga merasa heran deengan knidisi Agatha. Namun, melihat hasil dari pemeriksaan dokter semuanya nampak baik-baik saja."Mungkin ada sesuatu hal yang membuat pasien enggan untuk bangun!" seru dokter itu menatap Dirga."Apa itu, Dok? Tolong, bantu istri saya," ucapnya sambil menyentuh lengan pria berjas putih itu. Pria itu mengeaskan, jalann satu-satunya adalah Dirga sendiri. Kemampuann Dirga bisa membangunkan is
"Tidak, Nyonya. Aku bersumpah bukan aku pelakunya." Mendengar suara sirine ambulan, bik Siti langsung memanggil anggota medis dan ikut ke dalam mobil ambulan. Sedangkan Saras dan Selena berpura-pura menangis karena dia ingin membersihkan sesuatu sebelum menuju ke rumah sakit dan juga ingin menelepon Dirga. Ketika sampai di sebuah rumah sakit, bik Siti nampak sangat panik sekali disebabkan Agatha terkulai lemas dengan tetesan darah segar di tubuhnya. Pikiran bik Siti mulai kalut, dia yakin sekali bahwa perempuan itu pasti mengalami pendarahan karena telah jatuh dari tangga namun dia tetap berdoa semoga bayi dalam kandungan Agatha baik-baik saja. Mendengar derap langkah sepatu pantopel yang sangat khas, bik Siti menoleh ke arah sumber suara, matanya berlinang saat itu. "Mbak Agatha jatuh dari tangga, Pak," ucapnya menguraikan air mata."Ini ulah perempuan tua ini, Ga," sambung seorang pria dengan menunjuk ke arah bik Siti. Bukan itu saja Selena yang ikut hadir di rumah s
Saras tak bisa lagi menahan amarahnya hingga perempuan tua itu melemparkan seua alat kosmetik yang ada di atas laci. "Kenapa Dirga selalu saja percaya orang lain dari apda ibu kandungnya sendiri!" Saras benar-benar tidak bisa terima hal itu. Bukankah selam ini Saras yang mengurus Dirga, sejak dalam kandungan hingga dia sedewasa ini. "Tuhan, kenapa Dirga bisa bersikap seperti ini padaku?" gumamnya serya terus memadangi langit dari jendela kamarnya. Buliran bening jatuh membasahi pipinya, jauh di dalam lubuk hatinya Saras sangat menyayangi Dirga namun mengingat pria itu sangat membela istrinya membuatnya mulai membenci Dirga. Dia menggertakkan giginya karena geram dengan tingkah putera kandungnya itu. Hingga kedatangan Selena pun tak disadari oleh Saras, melihat ibunya menangis peremouann itu mendekatinya dan bertanya, "Apakah kau sesayang itu pada Dirga? Kenapa kau tidak mendekatinya? Ingatlah Bu, ikatan antara anak dan Ibu itu kuat jadi aku yakin, perlahan Dirga akan mema
Sejak hari itu, Saras dan Selena terus berusaha mengintimidasi Agatha. Mereka bahkan menyuruh Agatha yang melayani kebutuhan mereka, layaknya seorang pemabntu. Seoerti itulah Saras dan Selena memperlakukan Agatha sewaktu Dirga tidak ada. Melihat bik Siti yang selalu saja membantu Agatha membuat Selena mulai menemukan sebuah ide bahwa dia bisa mengusir bik Siti dengan sebuah cara yang sangat manjur, cara yang ada di dalam otaknya pun langsung dia katakan kepada Saras membuat perempuan paruh baya itu tersenyum dan mengatakan bahwa rencana Selena sungguh merupakan ide brilian. Dia rasa cara itu adakah sebuah cara yang tepat agar bisa menyelamatkan keturunannya dari si perempuan miskin itu. "Tidak ada salahnya kita mencoba dan pastikan bahwa pelakunya adalah pembantu tua itu.""Ibu tenang saja, aku pasti akan menyusun rencana ini dengan baik," jawab Selena tersenyum menyeringai. Tidak ingin sampai seseorang mengetahui rencananya maka Saras mencari cara yang paling efektif agar