Mendengar kata kos, seolah pikiran Raka kembali berbunga. Dia memilih wanita yang tepat. Raka memang sangat menyukai gadis yang memiliki juang hidup tinggi. Ingin memiliki seseorang dalam hatinya yang mandiri, dia sangat yakin bahwa gadis manja akan mengacaukan harinya. Namun wanita yang mandiri akan selalu membantu dirinya dalam segala hal. Jika susah saja dia lakoni bagaimana dengan kebahagiaan yang tiba-tiba datang?
"Tidak. Sebaiknya kita cari makan dulu. Btw, aku Raka."
Pria itu mengulurkan tangannya pada Dara. Gadis itu menyambut uluran tangan tersebut dengan jantung yang seolah ingin meledak saat itu juga. Dara, tidak tahu bahwa bersentuhan dengan laki-laki secara sengaja itu memberatkan deru napas yang tadinya normal juga baik-baik saja.
"Sandara, kamu bisa panggil aku Dara."
Dara memperkenalkan namanya. "Tahu, kok. Aku selalu menunggu dan menatapmu di tempat yang sama setiap hari. Namun, aku baru berani menemuimu hari ini. Jadi ini adalah hari ist
Namun, Dara tidak tahu bahwa hubungannya telah ditentang oleh keluarga Raka. Pria itu kukuh mempertahankan Dara karena rasa cintanya. Dia bahkan mengatakan sebuah ikrar pada dirinya sendiri bahwa akan memperjuangkan Dara sampai dia mendapatkan gadis itu.Dara sangat luar biasa di matanya. Dara sangat membuat Raka tergila-gila dan itu hampir setiap malam. Raka menahan diri selama tiga tahun.Usai makan malam, Raka ingin mencoba untuk membuat Dara tidur bersama dengan dirinya. Sebuah ikatan janji sudah dia sematkan dan inilah waktu yang tepat menurutnya. Raka membawa gadis itu untuk menginap di hotel.Dara ragu, dia benar-benar takut. Namun, dia tetap tenang karena telah yakin pada laki-laki itu, bahwa Raka tidak akan menyakiti dirinya. Dara berharap bahwa tidak ada tindakan yang menakutkan malam ini.Melihat wajah Dara yang tenang, dia mengira bahwa gadis itu setuju untuk malam ini. Bahkan sampai pikirannya pun mengatakan, kenapa tidak dia melamar Dara
62“Tenang, kita buat dia mabuk dan gadis itu akan jatuh di pelukanmu. Pesananmu sudah datang, kan?” ia langkahkan kaki ke arah pintu guna membuka daun pintu tersebut, lantas mengulurkan tangan untuk menerima pesanannya.Dia berniat meminumnya bersama dengan Dara. Namun, gadis itu telah terlelap terlebih dulu. Rasa lelah setelah beraktivitas membuat Dara tidur dengan sangat cepat.“Sialan! Benar-benar gadis tidak berguna,” gerutunya saat setelah menutup pintu. Kesal dsan marah karena harapannya benar-benar punah. Pria itu memutuskan untuk ke luar menuju balkon. Menikmati minuman penghangatnya di sana. Udara malam yang begitu luar biasa dingin.Satu bayangan dari kamar yang ada di sebelahnya membuat Raka membawa tatapan sayu ke arah balkon kamar sebelah.Seorang gadis melambaikan tangan pada Raka dengan mengenakan kaos over size yang mengumbar pundak, bahkan belahan dadanya terlihat begitupun dengan gundukan kenyal yang terlihat sintal. Namun, tepat pada ujungnya tidak terlihat.Pria i
Raka menarik baju gadis itu melewati kepala. Bahkan Raka belum tahu siapa nama dari partnernya malam ini. Nama tidaklah penting, saat ini adalah sebuah penetrasi yang dibutuhkannya.Desahan keluar dari mulut sang gadis, dia melepaskan ciumannya dan mengigit bibir bawahnya dengan sesekali sengaja menganga dan mendongak. Membuat Raka berinisiatif untuk mencium leher yang putih tersebut.Satu poin lagi dia menangkan. Kulit yang jauh lebih bersinar ketimbang Dara. Raka kesetanan. Ia menjelajah leher gadis itu dan memindahkan kedua tangan menahan pinggang sang wanita dengan satu tangan lain memainkan buah dada yang besar. Jauh lebih besar dari milik Dara yang terlihat kecil saat ini."Aah— ehm—" Sebuah desahan yang membuat Raka kalang kabut. Gelenyar yang dia rasakan kian berkejaran tanpa kendali. Melangkah tanpa melepaskan atau menghentikan aksinya. Menuju ranjang besar nan empuk layaknya kasur yang ditiduri Dara saat ini.Kedua jemari imut itu melepaskan satu persatu kancing kemeja milik
Raka benar-benar menikmati apa yang dia lakukan bersama dengan wanita asing yang baru dia kenal beberapa menit yang lalu. Bahkan dia hanya mengenal namanya saja. Di mana gadis itu tinggal bagaimana kehidupannya, Raka belum tahu. Akan tetapi, kali ini dia harus merenggut kenikmatan bersama— sekali lagi. Leguhan demi leguhan itu tercipta dalam ruangan tanpa henti, bahkan setelah mereka melakukannya, keduanya mengulangi lagi dan lagi."Ahh— lebih dalam, Sayang, Aahh—” rintih Vela. Keringat yang membuat tubuh gadis itu mengkilap dan rambut yang berantakan membuat Vela terlihat kian sensual di mata Raka. Membuat pria itu, kian ingin menembus tubuh Vela dengan brutal. Membuat dia lupa bahwa ada gadis yang sangat mencintai dirinya. Sangat mengharapkan kesetiaan Raka padanya.Desahan Raka pun tidak kalah kuat. Dia terus menghujam tubuh Vela dengan kenikmatan, serangan yang bertubi, bukan hanya pusat dirinya tetapi juga lidah yang tidak bertulang itu men
Pagi ini tepat pukul empat dini hari, Dara terbangun. Dia mencari keberadaan Raka. Ranjangnya telah kosong dan sprei di sampingnya juga masih rapi. Dara turun dari ranjang, mencari Raka di dalam kamar mandi. Namun pintu itu terbuka dan tidak ada siapapun di sana. Dara bingung ke mana Raka pergi saat itu. Dalam kecemasan yang melanda tiba-tiba tidak lama pintu kamar terbuka dan Raka menampakkan batang hidungnya di ambang pintu.“Mas? Kamu dari mana?” tanya Dara. Gadis itu mendekati Raka dan meraih lengan pria itu.Raka tersenyum dengan tipis, kemudian menghempaskan tubuhnya pada ranjang. Rasa lelah membuat dia segera tertidur bahkan belum sempat menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Dara untuknya.“Mas kamu mabuk, ya?” tanya Dara lagi. Namun, pria itu sudah tergulung dalam pesona alam bawah sadarnya.Gadis itu hanya mengerutkan dahi sembari menggedikkan bahu. Dia tidak pernah berprasangka buruk pada Raka. Dia memang sangat tahu
Semua laki-laki memuji dirinya karena namanya, selain paras nama memang sangat membuat orang lain berekspetasi tinggi, bukan? Ia lantas mengembalikan secarik kertas itu pada tempatnya lagi. “Heh— munafik,” gerutunya.Raka mengerutkan dahi, dia baru saja dari kamar mandi dan begitu keluar sudah mendapati Vela yang menggerutu.“Kenapa, Ve?” Pria itu mendekati Vela yang mengulurkan kertas itu padanya. Raka duduk di samping Ravela dan gadis itu merebahkan kepalanya pada paha Raka. Sedangkan pria itu membaca apa yang ada di permukaan kertas. Tinta hitam yang memang benar-benar rapi.Jika untuk urusan pendidikan Dara memang jauh lebih unggul dari Vela, bahkan gadis itu ketika SMA hanya memikirkan penampilan, dia juga tidak tahu bagaimana kehidupan saat kuliah, baginya kerja jauh lebih menguntungkan. Dia bisa mendapatkan uang dan membeli apa yang dia inginkan dengan bebas tanpa ada yang melarangnya. Terlebih apa yang dia kerjakan adalah sa
“Apakah aku harus membatalkan rencanaku?” Vela tersenyum miring, dia mulai memainkan tangannya pada apa yang ada di hadapannya saat ini. Ketegangan bisa Vela rasakan, sekalipun obrolan mereka tidak terlalu menjurus pada sebuah seksualitas. Namun, hampir mengarah ke sana, sebuah hubungan memang tidak melulu tentang berhubungan badan, tetapi berhubungan dan melakukan penyatuan adalah obat dari segala kemarahan. Bukankah betul begitu?Sekalipun dalam sebuah rumah tangga, jika keinginan diri sudah tiba, walaupun marah sampai meledak-ledak, mereka akan kembali akur setelah di ranjang. Maka untuk itu dianjurkan agar menyelesaikan setiap masalah dengan kepala yang dingin dan berada di dalam kamar jangan sampai masalah itu keluar dari ruangan priabadi milik keduanya.“Kenapa harus membatalkan? Apakah kamu memiliki wanita lain yang jauh lebih baik darinya?”Raka tentu saja menggeleng, tidak ada wanita sebaik dan secerdas Dara, dalam hal pendidikan
“Inilah Aku, inilah wanita yang katanya kamu menyukainya. Aku siap jika memang kamu hanya menginginkan tubuhku saja, Raka. Tanpa status sebagai istrimu, karena aku tahu semua pria akan mudah bosan,” ungkap Vela.Raka sedikit ternganga mendengar cerita itu. Bagaimana mungkin seorang ayah dan kakak bisa melakukan hal itu? Bagaimana bisa laki-laki yang seharusnya mengayomi justru merusak masa depan Vela? Kali ini mana mungkin Raka menjadi bagian dari mereka.Dia berniat akan menikahi gadis itu. “Aku akan menikahimu, Vela. Aku akan tinggalkan Dara,” ungkap Raka.“Aku tidak setuju! Aku mau kamu ikuti apa yang aku katakan. Percaya padaku, kamu akan dicap sebagai laki-laki yang buruk dan reputasimu akan hancur jika mereka tahu kamu mempuanyai wanita sepertiku.”“Kamu harus menikahi Dara! Walau hanya di atas kertas, kamu juga boleh bertindak layaknya suami padanya. Tapi, kamu juga bisa kembali padaku,” tutur Vela. &