Melihat kedatangan dari Adrian jelas membuat orang-orang yang sedang mengerubunginya tersebut langsung berbalik arah ke arah dari Adrian. Lizy hanya bisa terdiam karena ini benar-benar tidak pernah ia sangka.“Benar. Kedekatan kami memang benar adanya. Namun untuk menjalin hubungan, kami belum mengarah ke sana. Kami masih mengenal satu sama lain, dan mungkin akan lebih lama memakan waktu,” jelas Adrian.Dengan penuh wibawa Adrian memberikan sebanyak mungkin jawaban yang ia bisa pada saat itu. Bahkan Adrian terus merangkul Lizy di sampingnya. Seolah dia memberikan kode agar Lizy tidak memberikan jawaban apa pun dulu, sebelum situasi bisa lebih tenang dan mereda pastinya.“Baiklah, sudah semua pertanyaan terjawab, jadi pastikan tidak ada lagi yang mengganggunya,” ucap Adrian.Setelahnya Adrian langsung menarik Lizy dari sana, meninggalkan tempat dan bahkan sekarang masuk ke dalam mobil Adrian yang terparkir di dekat sana. Rasanya benar-benar menegangkan sekali.Adrian yang baru saja dud
Lizy yang mendengarnya merasa sangat terharu. Padahal di jalan tadi dia sudah berpikiran buruk akan dimaki atau mungkin akan diusir segera karena secara tak langsung telah membuat masalah.“Aku memanggilmu ke sini bukan untuk membuat masalah juga. Kita cari solusinya,” ajak Bu Hana.Lizy menganggukkan kepala. Mereka duduk bersama di ruang tengah dan mulai membicarakan bagaimana seharusnya mereka sekarang ini bertindak. Karena rasanya sudah tidak mungkin untuk menghindar lagi.“Aku sudah mengklarifikasi seperti yang mama katakan, untuk mengamankan posisi,” celetuk Adrian.“Memang seharusnya begitu. Karena sepertinya Mia sudah tidak main-main seperti sebelumnya. Bahkan dia mungkin akan membuat masalah lebih besar yang akan merusak citra perusahaan dan keluarga,” Bu Hana mulai memaparkan.“Aku.., aku harus bagaimana? Apa aku harus pergi agar semuanya selesai?” Lizy bertanya.“Tidak, Lizy. Kamu tetap di sini. Justru sekarang kamu har
Lizy masih merasa agak khawatir dengan apa yang dikatakan oleh Adrian kepadanya. Kemungkinan lain yang akan datang jelas membuat Lizy merasa khawatir. Dan itu membuatnya makin tidak nyaman menjalanin hari.Lizy lebih banyak berada di rumah, mengerjakan pekerjaan rumah dan sedikit membantu Bu Hana dalam menyelesaikan pekerjaan yang ia punya. Rasanya memang menyenangkan, tetapi juga kadang membosankan.Lizy sedang mengurusi jemuran pakaian yang harus dijemur di ruangan khusus menjemur baju. Ia cukup telaten melakukannya karena ini pekerjaannya sehari-hari.“Huh, lihat dia. Sekarang dia di rumah dan menambah beban kita untuk memasak,” celetuk dari seseorang di belakang,Lizy sempat menoleh dan mendapati adanya Nia beserta satu teman lainnya sedang bersandar di sana. Dua orang itu sepertinya kembali mencoba mencari masalah dengannya.Ia mengabaikan mereka yang sengaja menyindir itu dengan tetap menjemur pakain-pakaian yang sudah siap dijemu
“Yah, tidak salah juga. Mereka pasti pintar cari muka, sampai-sampai yang lain tidak tahu,” ucap Lizy sambil tetap mencuci.“Mereka pintar membalikkan fakta, jadi yang lain kelihatan seperti pembohongnya,” sahut Alya.“Biarkah saja. Nanti juga mereka muak sendiri,” Lizy mengabaikan saja.Ia mencuci dengan lebih bersih, dengan Alya yang tidak pergi dari sana sama sekali. Perasaan Lizy sekarang ini sedang tidak ingin melakukan hal lain atau pun ingin menunjukkan sisi lebih baik. Dia sekarang hanya ingin menyelesaikan tugasnya saja.“Kamu bisa pergi, Alya. Kamu tak perlu terus mengikutiku,” ucap Lizy saat ia pergi ke ruang jemur dengan Alya yang tetap mengikutinya.Alya tidak memberikan jawaban sama sekali. Tetapi kelihatan jelas bagaimana mulutnya berusaha berbicara dengan perasaan yang ragu. Selama Lizy menjemur, ia memperhatikan bagaimana Alya yang berusaha berbicara.“Ada apa? Sepertinya
Rasa penasarannya ingin membuktikan apa yang diucapkan oleh Alya jelas membuat Lizy merasa makin menggebu sekali. Ia terus menyangkal apa yang ia dengar bahwasannya tidak mungkin Adrian menyukainya.“Lizy, hari ini aku akan mengantarkanmu belanja, ya?” ucap dari Adrian.“Apa? Bukannya sekarang giliran Nia?” Lizy agak terkejut.Adrian sedikit cemberut sebelum akhirnya dia memberikan jawaban lainnya, “Memang kenapa kalau kamu yang pergi? Aku bisa mengantarkanmu,” pinta dari Adrian.Mereka yang sedang bicara di ruang tengah itu membuat siapa pun yang lewat atau berada di dekata sana mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Dan ini jelas menjadi kesempatan bagi orang-orang yang licik.“Tuan Adrian. Sekarang memang giliran saya, jadi kalau berkenan saya bisa ikut dengan Tuan kalau memang tuan ingin berbelanja,” ucap Nia, dengan wajahnya yang sok polos berbicara.Lizy tak terkejut dengan kedatanga
Padahal dari tadi Adrian memasang wajah dengan penuh senyuman. Tetapi senyuman itu sekarang sudah sirna dan dia kelihatan gugup sekali. Lizy bisa tahu dengan jelas karena keringat dinginnya yang menggucur.Raut wajahnya yang panik dan menghindari tatapannya itu jelas membuat Lizy jadi makin menduga-duga mengenai apa yang sebenarnya hendak dikatakan kepadanya.“Kamu…, tak punya perasaan seperti itu padaku, kan?” Lizy mencoba memastikan.Karena dari diri Lizy sendiri terus menerus menyangkal bagaimana selama ini perhatian Adrian kepadanya. Lizy terus memperhatikan bagaimana Adrian yang kini sudah panik kepalang itu mencari jawaban yang ingin dia berikan.Wajahnya memerah menahan rasa malu, dan bahkan kini ia menundukkan kepala. Lizy masih menunggu. Meski ekspresinya datar, sebenarnya Lizy merasa bahwa dadanya berdebar dengan sangat kencang sekali.“Aku harap, kamu tak punya rasa seperti yang-““Ya. Aku mema
Tamparan itu membuat sekujur tubuh Lizy seperti sempat mati rasa dan tidak bisa bergerak sama sekali. Seperti ada sesuatu yang membuat Lizy akhirnya tak bisa melakukan apa pun pada saat itu.Saat melirik ke arah dari Hito, Lizy melihat bagaimana kekesalan Hito yang makin membesar. Kini Lizy sudah tahu bahwa Hito akan melampiaskan segala emosinya kepadanya.“Aku tak pernah mengajarkanmu membangkang padaku. Apa ini karena pria yang memungutmu itu?! Sudah kamu jual berapa badanmu sampai dia mau denganmu?!” Suaranya mengeras.Hito membuat orang-orang yang ada di sana tertarik dengan tontonnya dan merasa penasaran. Meski mereka tidak langsung melerai, Lizy bisa tahu orang-orang itu pada saat itu sedang memperhatikan mereka dengan jelas.“Jaga omonganmu!” Lizy menunjuk wajah Hito dengan kasar, “Meski kamu tak senang denganku, jangan seenaknya menuduh Adrian yang bukan-bukan!” kesalnya.Hito sambil membuang muka dengan
Lizy merasakan emosi yang besar itu seperti merambat ke dalam tubuhnya. Ego Hito yang besar dan ingin menjadi seseorang yang mengendalikan tidak pudar sama sekali kepadanya.Napas Lizy terasa begitu sesak. Ia bahkan tidak bisa berkata-kata selama beberapa saat karena merasakan cekikan yang tidak karuan tersebut. Ia berusaha melawan, namun kalah karena badannya mendadak lemas sekali.BRUGHH. Hito menjatuhkannya, hingga akhirnya Lizy baru bisa bernapas dengan baik. Tatapannya yang nanar menunjukkan bagaimana bencinya itu benar-benar memiliki tekanannya sendiri.Alya segera menghampiri Lizy dan berusaha membantunya. Ia panik dan juga kelihatan panik karena tidak tahu harus melakukan apa pada saat itu.“Ka- Kakak! Kakak tidak apa?!” tanya Alya, panik.“Tidak, Alya. Sebaiknya, kamu pergi dari sini,” pinta Lizy kepadanya.“A- Apa? Tidak! Dia akan melakukan hal lebih buruk padamu!” Alya menolak.Napas Lizy
Mereka memang berhasil memberikan alasan yang masuk akal setidaknya kepada orang tua Adrian. Tetapi, kekhawatiran atas apa yang mungkin akan terjadi setelah ini tidak dapat dipungkiri sama sekali.Selama beberapa hari Lizy merasa gelisah. Karena setelah kejadian tersebut, ia meyakini bahwa Hito tidak akan menyerah sampai di sana. Lizy duduk di belakang rumah Adrian dengan perasaan cemas.“Lizy?” panggil Adrian.Lizy langsung menoleh ke belakang, dan melihat pria itu berjalan mendekat menghampirinya. Dia kelihatan sangat khawatir saat melihat ke arah Lizy.“Oh, Adrian, kenapa sudah di rumah?”“Alya bilang kamu selalu murung di rumah, ada apa?”Lizy menatap Adrian sambil menelan ludah. Ia sudah menyangka pastinya bahwa Adrian akan tahu kondisinya meski Lizy berusaha dengan keras menyembunyikannya.“Haha, maaf, aku merasa sedikit khawatir saja,” Lizy dengan gamblang mengatakannya.&l
Lizy sempat melihat ke belakang, dan ia bisa membaca jelas dari raut wajahnya, bahwa Hito sangat dendam sekali dengan apa yang barusan terjadi padanya itu.Mereka masuk ke dalam mobil Adrian. Perasaan Lizy sebenarnya campur aduk saat melihat bagaimana wajah Adrian yang terluka itu. Di antara tidak enak hati, dan merasa bersalah atas apa yang sudah terjadi pada Adrian.Tak ada satupun dari mereka yang berani bicara pada saat itu. Semua hanya hening dan senyap terus menerus. Suasana seperti mencengkam, dan membuat Lizy jadi makin tidak nyaman.Mereka sampai pada sebuah gedung yang tinggi sekali. Ia mendongakkan kepala, dan melihat ke sana dengan perasaan yang bingung.“Kenapa ke sini?” tanya Lizy, bingung.“Aku yang memesanya, Kak. Kalau langsung pulang, Mama dan Papa pasti akan panik melihat Kak Adrian yang seperti ini,” Alya memberikan penjelasan dengan cepat.“Oh, benar,” Suara Lizy rendah.Mereka
Lizy merasakan emosi yang besar itu seperti merambat ke dalam tubuhnya. Ego Hito yang besar dan ingin menjadi seseorang yang mengendalikan tidak pudar sama sekali kepadanya.Napas Lizy terasa begitu sesak. Ia bahkan tidak bisa berkata-kata selama beberapa saat karena merasakan cekikan yang tidak karuan tersebut. Ia berusaha melawan, namun kalah karena badannya mendadak lemas sekali.BRUGHH. Hito menjatuhkannya, hingga akhirnya Lizy baru bisa bernapas dengan baik. Tatapannya yang nanar menunjukkan bagaimana bencinya itu benar-benar memiliki tekanannya sendiri.Alya segera menghampiri Lizy dan berusaha membantunya. Ia panik dan juga kelihatan panik karena tidak tahu harus melakukan apa pada saat itu.“Ka- Kakak! Kakak tidak apa?!” tanya Alya, panik.“Tidak, Alya. Sebaiknya, kamu pergi dari sini,” pinta Lizy kepadanya.“A- Apa? Tidak! Dia akan melakukan hal lebih buruk padamu!” Alya menolak.Napas Lizy
Tamparan itu membuat sekujur tubuh Lizy seperti sempat mati rasa dan tidak bisa bergerak sama sekali. Seperti ada sesuatu yang membuat Lizy akhirnya tak bisa melakukan apa pun pada saat itu.Saat melirik ke arah dari Hito, Lizy melihat bagaimana kekesalan Hito yang makin membesar. Kini Lizy sudah tahu bahwa Hito akan melampiaskan segala emosinya kepadanya.“Aku tak pernah mengajarkanmu membangkang padaku. Apa ini karena pria yang memungutmu itu?! Sudah kamu jual berapa badanmu sampai dia mau denganmu?!” Suaranya mengeras.Hito membuat orang-orang yang ada di sana tertarik dengan tontonnya dan merasa penasaran. Meski mereka tidak langsung melerai, Lizy bisa tahu orang-orang itu pada saat itu sedang memperhatikan mereka dengan jelas.“Jaga omonganmu!” Lizy menunjuk wajah Hito dengan kasar, “Meski kamu tak senang denganku, jangan seenaknya menuduh Adrian yang bukan-bukan!” kesalnya.Hito sambil membuang muka dengan
Padahal dari tadi Adrian memasang wajah dengan penuh senyuman. Tetapi senyuman itu sekarang sudah sirna dan dia kelihatan gugup sekali. Lizy bisa tahu dengan jelas karena keringat dinginnya yang menggucur.Raut wajahnya yang panik dan menghindari tatapannya itu jelas membuat Lizy jadi makin menduga-duga mengenai apa yang sebenarnya hendak dikatakan kepadanya.“Kamu…, tak punya perasaan seperti itu padaku, kan?” Lizy mencoba memastikan.Karena dari diri Lizy sendiri terus menerus menyangkal bagaimana selama ini perhatian Adrian kepadanya. Lizy terus memperhatikan bagaimana Adrian yang kini sudah panik kepalang itu mencari jawaban yang ingin dia berikan.Wajahnya memerah menahan rasa malu, dan bahkan kini ia menundukkan kepala. Lizy masih menunggu. Meski ekspresinya datar, sebenarnya Lizy merasa bahwa dadanya berdebar dengan sangat kencang sekali.“Aku harap, kamu tak punya rasa seperti yang-““Ya. Aku mema
Rasa penasarannya ingin membuktikan apa yang diucapkan oleh Alya jelas membuat Lizy merasa makin menggebu sekali. Ia terus menyangkal apa yang ia dengar bahwasannya tidak mungkin Adrian menyukainya.“Lizy, hari ini aku akan mengantarkanmu belanja, ya?” ucap dari Adrian.“Apa? Bukannya sekarang giliran Nia?” Lizy agak terkejut.Adrian sedikit cemberut sebelum akhirnya dia memberikan jawaban lainnya, “Memang kenapa kalau kamu yang pergi? Aku bisa mengantarkanmu,” pinta dari Adrian.Mereka yang sedang bicara di ruang tengah itu membuat siapa pun yang lewat atau berada di dekata sana mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Dan ini jelas menjadi kesempatan bagi orang-orang yang licik.“Tuan Adrian. Sekarang memang giliran saya, jadi kalau berkenan saya bisa ikut dengan Tuan kalau memang tuan ingin berbelanja,” ucap Nia, dengan wajahnya yang sok polos berbicara.Lizy tak terkejut dengan kedatanga
“Yah, tidak salah juga. Mereka pasti pintar cari muka, sampai-sampai yang lain tidak tahu,” ucap Lizy sambil tetap mencuci.“Mereka pintar membalikkan fakta, jadi yang lain kelihatan seperti pembohongnya,” sahut Alya.“Biarkah saja. Nanti juga mereka muak sendiri,” Lizy mengabaikan saja.Ia mencuci dengan lebih bersih, dengan Alya yang tidak pergi dari sana sama sekali. Perasaan Lizy sekarang ini sedang tidak ingin melakukan hal lain atau pun ingin menunjukkan sisi lebih baik. Dia sekarang hanya ingin menyelesaikan tugasnya saja.“Kamu bisa pergi, Alya. Kamu tak perlu terus mengikutiku,” ucap Lizy saat ia pergi ke ruang jemur dengan Alya yang tetap mengikutinya.Alya tidak memberikan jawaban sama sekali. Tetapi kelihatan jelas bagaimana mulutnya berusaha berbicara dengan perasaan yang ragu. Selama Lizy menjemur, ia memperhatikan bagaimana Alya yang berusaha berbicara.“Ada apa? Sepertinya
Lizy masih merasa agak khawatir dengan apa yang dikatakan oleh Adrian kepadanya. Kemungkinan lain yang akan datang jelas membuat Lizy merasa khawatir. Dan itu membuatnya makin tidak nyaman menjalanin hari.Lizy lebih banyak berada di rumah, mengerjakan pekerjaan rumah dan sedikit membantu Bu Hana dalam menyelesaikan pekerjaan yang ia punya. Rasanya memang menyenangkan, tetapi juga kadang membosankan.Lizy sedang mengurusi jemuran pakaian yang harus dijemur di ruangan khusus menjemur baju. Ia cukup telaten melakukannya karena ini pekerjaannya sehari-hari.“Huh, lihat dia. Sekarang dia di rumah dan menambah beban kita untuk memasak,” celetuk dari seseorang di belakang,Lizy sempat menoleh dan mendapati adanya Nia beserta satu teman lainnya sedang bersandar di sana. Dua orang itu sepertinya kembali mencoba mencari masalah dengannya.Ia mengabaikan mereka yang sengaja menyindir itu dengan tetap menjemur pakain-pakaian yang sudah siap dijemu
Lizy yang mendengarnya merasa sangat terharu. Padahal di jalan tadi dia sudah berpikiran buruk akan dimaki atau mungkin akan diusir segera karena secara tak langsung telah membuat masalah.“Aku memanggilmu ke sini bukan untuk membuat masalah juga. Kita cari solusinya,” ajak Bu Hana.Lizy menganggukkan kepala. Mereka duduk bersama di ruang tengah dan mulai membicarakan bagaimana seharusnya mereka sekarang ini bertindak. Karena rasanya sudah tidak mungkin untuk menghindar lagi.“Aku sudah mengklarifikasi seperti yang mama katakan, untuk mengamankan posisi,” celetuk Adrian.“Memang seharusnya begitu. Karena sepertinya Mia sudah tidak main-main seperti sebelumnya. Bahkan dia mungkin akan membuat masalah lebih besar yang akan merusak citra perusahaan dan keluarga,” Bu Hana mulai memaparkan.“Aku.., aku harus bagaimana? Apa aku harus pergi agar semuanya selesai?” Lizy bertanya.“Tidak, Lizy. Kamu tetap di sini. Justru sekarang kamu har