Nona mendorong tubuh Segara agar tautan bibir mereka terlepas, hingga dia pun menatap tajam dengan penuh rasa kesal ke pria itu, sebelum akhirnya memukul dada Segara. Begitu lift terbuka, Nona pun segera pergi dari sana, dan tingkah Nona benar-benar membuat Segara tertawa karena dianggapnya sangat lucu.
Nona berjalan cepat menghindar dari Segara, tapi siapa sangka pria itu mengejar dan langsung meraih serta menggenggam telapak tangan Nona.
“Segara lepas.” Nona bicara dengan suara yang sedikit ditekan, berusaha melepas tangan dari pria itu tapi tidak berhasil.
“Aku tidak akan melepasmu, aku akan tetap mengantarmu pulang,” ucap Segara santai, sambil melangkah di lobi dengan tangan menggandeng Nona.
Nona benar-benar terjebak dengan permainan Segara, dia tidak bisa berkutik karena banyak orang yang melihatnya. Segara langsung memaksa Nona masuk mobil dan memastikan wanita itu tidak kabur.
“Pakai seatbelt, aku tidak mau kamu kenapa-napa saat di
“Tidak kenapa-napa kok Ma, hanya sedang lelah saja,” jawab Senja yang kemudian mencoba tersenyum.“Oh ya, kenapa kamu tidak membalas pesan dari butik, sampai-sampai desaignernya menghubungi mama langsung untuk menanyakan keberadannmu?”“Tadi aku tidak pegang ponsel, Ma. Soalnya sedang bersama kak Biru, aku tadi ke kantornya.” Senja pun membuat alasan yang masuk akal.Mina pun mengangguk-angguk paham, lantas kembali bertanya, “Apa kamu serius mau bekerja? Apa ada kerjaan yang sesuai dengan passionmu di sana?”“Ada kok, Ma. Bahkan aku sudah mendapat posisi di ABI group, aku akan bekerja di bagian HRD,” jawab Senja.Mina kembali mengangguk-angguk, lantas membiarkan Senja pergi ke kamarnya. Mina sejenak menatap punggung Senja, hingga mengingat dulu saat pertama kali dirinya berkeinginan mengadopsi Senja.Saat pergi ke panti asuhan yang biasa dia kunjungi dan Nic, Mina tiba-tiba me
[ Sekarang kamu ada di mana?]Nona panik. Ia tanpa sadar mencemaskan kondisi Segara, padahal pria itu baik-baik saja dan kini sedang tertawa senang di kamarnya.[ Menurutmu aku ada di mana?][ Rumah sakit? Rumah sakit mana? Katakan padaku!]Segara sepertinya bahagia bisa mengerjai Nona, dia yakin kalau wanita itu sedang kebingungan dan merasa sangat bersalah saat ini. Segara hendak membalas Nona lagi, tapi tiba-tiba saja dia ingat sesuatu lantas bergumam sendiri.“Wanita yang mobilnya aku tabrak tadi? Aku yakin pernah melihatnya, tapi di mana? Apa dia salah satu wanita yang pernah aku tiduri?”Terlalu banyaknya kupu-kupu malam yang dia jadikan teman ranjang, membuat Segara masih tak sadar, kalau wanita yang mobilnya dia tabrak tadi adalah Karin. Namun, Segara jelas bukan pria bodoh yang dengan gampang memberikan kontak pribadinya ke sembarang orang, dia tadi memberikan kartu nama Emir. Malas juga dia mengurus hal seperti ga
“Bisa tidak mukamu itu sedikit dibuat lemas jika memang berpura-pura sakit.”Kimi memukul lengan Segara. Ia buru-buru mengatupkan bibir saat Nona masuk dan mencari-cari keberadaan Segara.“Nona!” sapa Kimi. “Dia ada di sini!” imbuhnya lantas kembali memandang sang keponakan.“Aku sudah membantumu jadi sebaiknya kalian tetap menjadi pasangan dan jangan sampai putus.”Segara mengangguk-angguk sambil mengucapkan kata oke tanpa suara. Ia buru-buru memejamkan mata saat Nona sudah sangat dekat.“Do-dokter Kimi,”sapa Nona. Beruntung meski baru bertemu satu kali, tapi dia masih mengingat wanita itu.“Ah … kamu datang!”Nona bingung, dia melihat sekeliling dan tak menemukan satupun keluarga Segara kecuali Kimi di sana.“Kenapa tidak ada orang? Tante Mina?”Kimi melirik Segara menggunakan sudut mata, dia tak menyangka harus ikut
Nona membenarkan tali tas yang melingkar di bahu dan hampir saja berdiri, tapi Segara menahan dengan dalih semua administrasi sudah selesai diurus oleh Kimi.“Kamu tidak perlu melakukannya, semua sudah ditangani oleh tanteku, dia pemilik rumah sakit ini.”“Aku sudah tahu, kamu tidak perlu menyombongkan diri. Aku sudah mempelajari silsilah keluargamu dari lembaran kertas yang kamu berikan ke aku dulu,”sungut Nona. Memikirkan kontrak yang diberikan Segara kepadanya saat masih tinggal di rumah pria itu, membuat wajah Nona memberengut.“Aduh!”Menyadari muka Nona yang kesal, Segara kembali melancarkan aksi, dia mengaduh kesakitan sambil menarik ujung kaus yang dikenakan oleh Nona, meminta wanita itu untuk duduk kembali.“Aku tidak bisa pulang sendiri, Emir juga tidak bisa dihubungi, apa kamu bisa mengantarku pulang, aku tadi terluka dan kesakitan tapi masih bisa bertahan membawa mobil sampai
“Selamat malam! Kami menerima laporan ada mobil yang berhenti di tepi jalan, menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka kami datang untuk mengecek.”Ternyata dua orang polisi yang menghampiri. Nona bahkan tak sadar mobil patroli milik dua petugas itu sudah parkir di belakang mobil Segara.“Ah … maaf Pak, kami hanya menepi karena dia tadi mengendarai mobil dengan sembrono,”jawab Segara asal.“Apa Anda baru belajar mengemudi?” Salah satu polisi itu bertanya ke Nona.“Ti-tidak Pak, saya sudah bisa kok.”Nona melirik Segara dengan tatapan kesal, polisi yang bertanya itu terlihat masih muda dan tampan, hingga Nona merasa malu jika harus terlihat buruk di depannya. Nona bergegas mengeluarkan SIM dari tas, dia menunjukkan ke polisi kalau apa yang diucapkan Segara tidaklah benar.Polisi itu memulas senyum setelah memeriksa SIM milik Nona, bahkan setelah memberi nas
“Sudah!”Segara sepertinya menyadari tatapan aneh Nona. Ia buru-buru menepis tangan Senja dan meminta adik tirinya itu berhenti menyuapi.Berbeda dengan Biru yang menganggap apa yang dilakukan Senja ke Segara murni hanya kasih sayang dan perhatian seorang saudara. Nona yakin Senja benar-benar wanita red flag yang ingin memiliki cinta dari dua laki-laki.Nona mendekat meninggalkan Biru di ambang pintu, dia berhenti di samping Segara, memberikan tatapan kesal ke Senja, lalu beralih ke Segara yang wajahnya memang sedikit pucat.“Kalian datang,”ucap Senja memecah kesunyian yang ada. “Kakak sudah makan siang belum? Ayo makan bersama,”tawarnya ke Biru.Menyadari mungkin saja Nona sedang cemburu atas perlakuan calon istrinya ke Segara, Biru pun mengajak Senja untuk makan di luar. “Ayo kita makan di kantin, Onikim bilang menu makanan di kantin rumah sakit ini seperti restoran,”ucapnya.Senja meno
Beberapa menit sebelumnya“Kenapa kamu datang sendiri? Di mana mama?”Biru bertanya sesaat setelah dia dan Senja duduk berhadapan.“Mama baru saja pulang sebelum kakak datang.”“Lalu apa Segara yang memintamu menyuapinya?” selidik Biru. Ia semakin lama semakin merasakan Senja seolah ingin dekat dengan sang kembaran.“Tidak, aku yang memaksanya makan, tipesnya kambuh dan dia masih tidak mau menyantap makan siangnya, jadi aku sedikit memaksa,”jawab Senja. Gadis itu mulai merasakan bahwa Biru curiga dengan perubahan sikapnya ke Segara.“Nona pasti cemburu. Kalian terlihat mesra tadi, seandainya aku tidak paham, aku pasti akan berpikir kalian memiliki hubungan di belakang.”Biru membuat Senja tersentak kaget, dia takut jika sampai Biru membencinya hanya karena perbuatannya tadi. Senja menunduk dan meminta maaf, hal yang biasa dia lakukan saat Biru sedang kesal
"Ceritakan!" Todong Nona sesaat setelah Emir bersandar pada tembok pembatas rooftop."Ceritakan apa?""Hish... Soal yang tadi, apa kamu sudah memberitahu atasanmu tentang permintaan Karin?""Belum lah, kamu pikir aku tidak berperikemanusiaan, sampai menyampaikan kabar seperti ini ke Pak Ega yang sedang sakit."Emir menghindari kontak mata dengan cara menunduk menyruput kopinya. Jangan sampai dustanya terbaca oleh Nona.Seperti yang Segara janjikan, dia akan diberi bonus besar jika sampai berhasil membuat Nona mengakui perasaannya."Nona, kamu pasti sudah tahu dengan jelas bagaimana sifat pak Ega, menurutmu jika wanita itu meminta bertemu apa dia akan menolak? Dia pasti akan mengiyakan."Emir mulai berusaha membuat panas Nona, seperti yang Segara minta, tujuannya menggiring Wanita itu agar terus penasaran, apakah Segara setuju bertemu dengan Karin."Kamu harus memberitahuku kalau nanti
Delapan bulan kemudian.Suasana sebuah rumah sakit tampak ramai seperti biasa. Di salah satu ruang inap yang ada di sana, Nona berbaring dengan wajah pucat dan tampak lemas karena baru saja melahirkan.Nona memandang orang-orang yang ada di ruangan bersamanya, meski dia lelah, tapi semua itu terbayarkan dengan melihat senyum orang-orang yang ada di sana, terutama Segara.“Dia menggemaskan, ‘kan?” tanya Segara ke Mina yang sedang menggendong anaknya dan Nona.“Iya, dia tampan sekali,” balas Mina dengan tatapan tidak teralihkan dari bayi yang ada di gendongan.Nona melahirkan anak laki-laki yang sangat tampan. Di saat Nona bahagia dengan kelahiran bayinya, ada Senja yang dua kali lipat merasakan kebahagiaan, sebab sebentar lagi dia bisa menikah dengan Biru.“Bisa tampan begini, dia mirip siapa ya?” Mina memperhatikan dengan seksama wajah cucunya.“Sepertinya mirip Nona dan Se
Setelah makan siang di kantin. Nona kembali ke ruang kerja bersama Segara. Di sana dia duduk di sofa sambil memandang suaminya yang kini sudah fokus ke pekerjaan.“Apa benar kalau kamu yang melaporkan Austin ke polisi?” tanya Nona yang sejak tadi penasaran.“Bukan, aku hanya cepu,” jawab Segara dengan entengnya.Nona berdecak mendengar jawaban sang suami. “Itu sama saja,” balasnya gemas.Segara melirik Nona yang terlihat cemberut dan kesal karena ucapannya, hingga dia tersenyum-senyum dan membuat Nona akhirnya tertawa.“Oh ya. Tante Maya ingin pergi dari panti asuhan bu Dewi untuk melanjutkan hidupnya.”Segara mengerutkan kening menatap Nona sekilas, kemudian berkata, “Baguslah, setidaknya dia tidak patah semangat dan tidak terus bergantung kepada orang lain.”“Hem … meski sebenarnya aku merasa sangat kasihan, tapi mau bagaimana lagi,” ujar Nona sambi
[Terima kasih Nona, karena kamu sudah mau membantu kami.][ Oh… ya apa mungkin kamu mau membeli rumah Papa? Kami akan menjual rumah itu untuk mencari rumah yang agak kecil ]Nona terdiam. Ia tiba-tiba saja merasa kasihan, tapi tidak mungkin bisa membantu dengan membeli rumah itu. Mencoba untuk bersikap biasa, Nona pun membalas pesan Sandra.[Bagaimana kondisi Paman?]Nona mengirimkan pesan itu dan menunggu jawaban dari sang sepupu, hingga beberapa saat kemudian Sandra membalas.[ Kondisi Papa sudah membaik setelah menjalani operasi.]Meski membenci prabu, tapi Nona merasa lega. Ia pun meminta Sandra untuk terus menjaga Prabu dengan baik.Segara yang baru selesai rapat tampak berjalan sambil memasukkan tangan kirinya ke saku celana. Ia pun menyapa Emir dan diberitahu kalau Nona ada di ruangan. Segara terlihat senang dan langsung masuk. Begitu melihat Nona yang sedang fokus menatap ponsel, pria itu pun mendekat dan langsung mereb
Mata Nona langsung berbinar, dia senang mendengar kata rujak yang baru saja Senja ucapkan.“Kamu turun dulu, aku akan menyusul,” balas Nona.Senja mengangguk dan meninggalkan Nona lebih dulu. Kakak iparnya itu berniat pamit ke Segara.“Mama bikin rujak, aku mau ikut makan,” kata Nona tanpa mendekat karena takut ditahan oleh sang suami.“Tidak! kamu tidak boleh keluar dari sini. Kamu harus membayar hutang dulu,” balas Segara.“Tapi aku pengen banget. Kamu harus tahan dulu nafsumu, ini demi anak kita.”Setelah mengatakan itu, Nona pun kabur keluar kamar. Ia berjalan cepat takut jika sampai sang suami mencegah.Segara pun berteriak-teriak frustasi melihat Nona kabur, hingga akhirnya dia pun memilih keluar dari kamar dan menyusul Nona ke bawah.Segara ikut makan rujak, sengaja menunggui Nona agar cepat selesai dan segera kembali ke kamar.
Hari Minggu pagi Nona memilih pergi ke rumah mertuanya bersama sang suami. Pembantu rumah mengatakan jika Mina dan Senja ada di belakang sedang berkebun, sehingga Nona pun memilih menyusul ke sana meninggalkan Segara yang berbelok ke dapur untuk mengambil minum.Saat sampai di belakang rumah. Nona melihat Senja sedang membantu Mina menanam bunga, Nona pun mendekat dan langsung menyapa.“Eh, kamu datang sama Segara 'kan?” tanya Mina saat melihat sang mantu.“Iya, Ma. Dia di dalam tuh, langsung mau minum katanya,” jawab Nona.“Kayak habis lari-lari aja dia, datang-datang langsung minum,” seloroh Senja.Mina dan Nona pun tertawa mendengar candaan Senja. Semenjak dibantu gadis itu dari penculik yang ingin membuatnya celaka, Nona memang bersikap baik ke Senja.“Ngomong-ngomong Nona, apa kamu tidak ngidam?” tanya Mina tiba-tiba. Ia sampai menghentikan gerakan tangannya yang sedang memegang sekop kecil untuk menoleh Nona.&nb
Segara benar-benar berubah menjadi suami idaman yang sangat perhatian. Sosoknya yang kaku seperti kanebo kering kini hangat bak selimut bulu.Nona melebarkan senyum, dia senang karena Segara menemaninya seharian. Mereka duduk sofa yang terdapat di kamar, menikmati buah sambil menonton acara televisi.Hingga saluran televisi yang sedang ditonton Nona, menayangkan acara sekilas info, yang berisi berita atau peristiwa terbaru.“Buka mulutmu,” perintah Segara yang siap menyuapi Nona dengan potongan buah mangga.Nona membuka mulut dan membiarkan sang suami menyuapi, bahkan mengabaikan pembawa berita yang sedang membacakan berita terkini.‘Seorang wanita menjadi korban penusukan. Di depan banyak pengunjung sebuah kafe, pria berinisial RF menusuk wanita bernama KR berulang kali, hingga membuat korban terluka sebelum akhirnya meninggal dunia.’Mendengar inisial nama yang seperti familiar di tel
“Ya, kacau. Aku yakin kalau Segara membeberkan masalah ini ke perusahaan-perusahaan yang bekerjasama denganku. Sehingga mereka kini juga ikut mundur dan tidak mau bekerjasama. Mereka tidak mau karena takut aku tipu!” geram Rafa hingga memukul pahanya sendiriKarin syok mendengar ucapan Rafa, jika seperti ini bisa dipastikan kalau perusahaan Rafa sebentar lagi akan bangkrut.“Jika mereka membatalkan kerjasama, apa itu artinya kamu akan bangkrut?” tanya Karin dengan ekspresi wajah cemas. Dia takut Rafa tidak akan memiliki apa-apa lagi dan tidak bisa menjadi ATM berjalannya. Tentu saja Karin tidak mau hidup miskin.Rafa mengusap kasar wajahnya berulang kali. Dia benar-benar tidak bisa berpikir dan otaknya terasa buntu.“Rafa, jawab! Apa kamu akan bangkrut dan kamu akan jatuh miskin!” Karin geram dan terus memastikan kelanjutan nasib perusahaan kekasihnya itu.“Kemungkinan itu akan terjadi, apalagi bebera
Hari itu Rafa berada di ruangannya sibuk mengecek berkas. Dia juga masih bingung karena tekanan dan ancaman Segara. Hingga tiba-tiba sekretarisnya masuk dan membuat Rafa terkejut.“Ada apa? Apa kamu tidak bisa mengetuk pintu lebih dulu sebelum masuk, hah!” bentak Rafa yang geram karena dia sendiri sedang banyak beban pikiran. Belum lagi Maya yang tiba-tiba menghilang dari rumah sakit, membuatnya cemas jika sampai wanita itu membocorkan perbuatan buruk yang sudah dia lakukan.Sekretaris Rafa tampak takut juga bingung, apalagi dia harus menyampaikan sesuatu yang mungkin akan membuat Rafa semakin murka.“Ada apa? Kenapa kamu sekarang diam?” Rafa membentak, wajahnya memerah sudah dipenuhi oleh amarah.“Itu, Pak. Kita baru saja mendapatkan konfirmasi pembatalan sepihak dari beberapa perusahaan yang ingin bekerjasama dengan kita,” jawab sekretaris Rafa.“Apa?” Rafa syok bahkan terbengong m
Beberapa menit berselang, Senja pun sudah berada di kafe tempatnya janjian bertemu Sandra, dia menunggu di sana cukup lama karena Sandra tidak kunjung datang. Hingga akhirnya sepupu Nona itu tiba dan Senja pun langsung memicingkan mata."Bukankah aku pernah bilang untuk tidak mendekati kak Biru, kenapa kamu masih terus mendekatinya!" ketus Senja."Ya, suka-suka aku. Biru juga tidak keberatan," balas Sandra.Senja dengan penuh percaya diri menunjukkan cincin yang tersemat di jari manis, kemudian berkata, "Aku dan kak Biru sudah kembali bersama, jadi kamu tidak usah macam-macam."Sandra terkejut, tapi tentunya tidak terima begitu saja."Kamu pasti bohong hanya agar aku tidak mendekati Biru."Senja kesal karena Sandra tidak percaya, dia pun bersiap menjawab, tapi terlebih dulu ada suara lain yang membalas."Dia tidak berbohong."Senja dan Sandra pun menoleh bersamaan, mereka sama-sama terkejut dan tak menyangka melihat