“Sudah sejak Tuan menempati tempat ini. Ya, sudah sekitar dua tahunan,” jawab Mbok Munah.Nona yang berpikir dua tahun bukan waktu yang lama hanya manggut-manggut. Ia malah penasaran apakah wanita paruh baya itu betah bekerja dengan Segaara.“Mbok Munah betah ya kerja sama orang seperti dia.”Mbok Munah hanya menanggapi ucapan Nona dengan senyum kecil, dia tidak mungkin mengemukakan pendapat pribadinya soal Segara yang dia nilai sangat kesepian, dan seperti dibuang keluarganya sendiri.Nona pun melanjutkan menyantap makanannya sampai habis sambil berbincang, dia duduk lumayan lama di sana bersama Mbok Munah, karena tempat itu terasa begitu tenang.Setelah puas mengobrol, Nona pun kembali ke dapur untuk mencuci piringnya sebelum kembali ke kamar. Namun, dia tiba-tiba berpikir tentang masa depannya setelah perjanjian Prabu dan Segara berakhir.“Apa yang harus aku lakukan setelah lepas dari pria arogan ini?” Nona tampak berpikir dengan keras. “Aku harus mendapatkan pekerjaan, kalau tidak
***Nona terlihat kesal siang itu, dia bersiap pergi tapi Segara tidak memberinya uang.“Ternyata, selain aneh, otoriter, dia juga pelit,” gerutu Nona. “Bagaimana bisa dia tidak memberiku uang operasional? Aku tahu dia menjadikanku kekasih palsu untuk mengeruk keuntungan, aku harus tahu alasan pria jelek itu melakukan semua ini.”Meski sambil merutuki Segara, tapi Nona tetap Bersiap pergi menemui Mina. Dia sudah berpakaian rapi dan kini sedang naik taksi menuju butik untuk bertemu ibunda Segara itu.Sesampainya di butik, ternyata Mina belum datang dan sepertinya akan terlambat. Nona pun akhirnya menunggu di ruang tunggu butik dan bingung harus melakukan apa. Dia akhirnya hanya duduk sambil bermain ponsel.“Ngapain kamu di sini?” Dua orang wanita tiba-tiba mendekat, mereka berdiri di hadapan Nona lalu menghardik.Nona langsung mendongak mendengar suara yang taka sing di telinga, hingga betapa terkejutnya dia melihat Maya—sang mantan mertua ada di butik itu.Nona terlihat kebingungan,
***Di perusahaan, Emir buru-buru masuk ke ruangan Segara untuk melaporkan ke atasannya itu, tentang Nic yang sedang menyelidiki asal-usul dan semua informasi tentang Nona.“Pak Nic sepertinya curiga, dia meminta orang untuk mencari tahu tentang Nona,” ucap Emir.Segera bergeming, dia terus fokus ke dokumen di tangannya dan menjawab,”Kamu seharusnya sudah tahu apa yang harus dilakukan.”Segara seakan menyepelekan hal itu, hingga dia mendongak karena Emir tidak cepat menjawab ucapannya.“Kenapa kamu diam?”“Saya bingung harus melakukan apa,”jawab Emir.Segera berdecak sebal, sebelum sedikit menaikkan nada bicara. “Tutup semua akses yang Papa minta,” perintah Segara.Emir kembali tak menanggapi, hingga Segara merasa kesal menganggap dirinya tidak paham dan akhirnya berkata lagi-“Sudahlah! Bawa saja orang suruhan Papa menemuiku, biar aku yang mengurusnya sen
Denting jam terdengar di ruangan yang begitu sepi. Sudah tidak ada yang beraktivitas di rumah karena jam menunjukkan waktu hampir jam dua belas malam. Pembantu di kediaman Segara sudah beristirahat, kecuali Nona.Wanita itu masih menunggu sang pemilik rumah pulang, meski matanya mengantuk, Nona berusaha agar tetap terjaga.Hingga saat Nona tanpa sengaja memejamkan mata, terdengar suara mobil berhenti di depan garasi. Ia pun buru-buru membuka pintu karena yakin yang datang pasti Segara. Benar saja pria jahat itu pulang. Segara menatap datar Nona, dia heran kenapa wanita itu terlihat semringah dan wajahnya berseri-seri.Segara mengerutkan dahi, dia mendekat ke pintu dan Nona yang tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan pun berucap, “Terima kasih untuk mobilnya, meski aku tahu pasti akan kamu minta lagi nanti, tapi setidaknya aku berterima kasih dulu karena kamu memikirkan alat transportasi untukku. Lagipula aku sudah mengecek berapa harganya, bisalah aku gunak
Nona kaget mendapatkan perlakuan seperti ini dari Segara, ditatapnya pria yang kini berada di atas tubuhnya itu dengan raut kepanikan.“Jangan macam-macam!”Segara menatap tajam Nona, hingga dengan cepat menyambar bibir wanita itu dan menciumnya dengan paksa.Nona meronta kemudian mendorong tubuh Segara sampai tautan bibir mereka terlepas. Segara pun langsung mundur dan berdiri menatap Nona yang kesal.Nona takut, dadanya bahkan terlihat naik turun tak beraturan karena syok mendapat perlakuan seperti itu dari Segara.“Kamu tidak bisa dengan seenaknya melakukan ini ke aku! Aku juga belum menandatangani surat perjanjian itu. Aku tidak mau kalau sampai tidak ada poin tentang larangan kontak fisik!” amuk Nona karena terkejut dengan yang terjadi. “Ini pelecehan!”imbuhnya.Nona buru-buru bangun dan berjalan ke arah pintu, tapi tak berselang lama dia kembali menoleh dan berkata, “Besok aku mau perjanj
**Sementara itu, Nona sibuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa. Dia diminta membersihkan kamar Segara daripada kamar lain. Nona membersihkan kamar mandi, ranjang, hingga memastikan jika tidak ada pakaian kotor yang berserakan di kamar itu.“Aku lebih baik membersihkan kamar lain, daripada kamar ini,” gerutu Nona sambil mengambil pakaian kotor pria itu.Hingga saat sedang mengangkat baju Segara, sebuah alat kontrasepsi terjatuh ke lantai, tentu saja hal itu membuat Nona terkejut dengan mulut menganga.“Hah! Dia ini benar-benar!” Nona membuang napas kasar dengan mulut, lantas tertawa tidak percaya dengan yang dilihat. Merasa Segara memang benar-benar buruk sampai membawa-bawa kondom di kantung jasnya.Nona menggerutu, hingga akhirnya memilih keluar dari kamar Segara untuk melakukan tugasnya yang lain. Dia mencuci baju Segara dan memastikan semuanya kering sebelum menyetrikanya.Wanita itu memasukka
Nona menguatkan hatinya mendatangi kamar Segara lagi. Kini di tangannya ada lembar perjanjian yang pernah dibuat oleh Segara. Dia mengetuk pintu kamar pria yang akan menjadikannya istri pura-pura itu, lantas masuk begitu saja meski belum dipersilakan.Segara menatap aneh ke Nona, dia lantas melirik kertas yang dipegang oleh wanita itu.“Aku mau surat perjanjian yang kamu buat ini direvisi,” ucap Nona sambil memperlihatkan surat yang dibawanya.“Siapa kamu sampai berani mengatur-aturku,” ketus Segara karena kesal.“Ga peduli siapa. Yang penting kalau kamu tidak mau menuruti keinginanku, maka aku akan mengadukan masalah sandiwara kita ke mamamu,” ancam Nona.Segara geram karena Nona berani mengancamnya, hingga dia pun balik mengancam. “Kalau kamu berani melakukan itu, maka aku akan membuat pamanmu menjadi gelandangan!”Nona tersenyum miring mendengar ancaman Segara, hingga kemudian membalas, “Bukan urusanku kalau kamu mau menjadikan pamanku gelandangan. Di sini juga aku yang dimanfaatka
Nona pun membentuk huruf O dengan bibir. Ia heran untuk apa adik angkat Segara itu menghubungi.“Apa kamu ada waktu? Aku ingin mengajakmu jalan-jalan, agar kita bisa lebih saling mengenal,” kata Senja kemudian.Nona terlihat bingung mendengar ajakan Senja, ingin mengiakan tapi takut jika nanti terkena amukan Segara.“Aku minta izin Segara dulu, nanti aku kabari,” ucap Nona. Senja pun mengiakan dan berkata akan menunggu kabar darinya.Nona benar-benar menghubungi Segara untuk meminta izin. Meski pria itu dua kali tak mengangkat panggilannya.“Ada apa?” tanya Segara dari seberang panggilan dengan nada ketus.“Senja, adikmu itu mau mengajakku pergi jalan-jalan, apa boleh?” Nona bicara dengan sangat hati-hati. Ia takut Segara melarangnya dengan cara membentak.Namun, Nona sangka Segara dengan mudah memberinya izin. Pria itu menjawab-“Pergi saja.”Segara mengakhiri panggilan itu, sedangkan Nona hanya bisa mencebik kesal karena kelakuan Segara yang masih sama saja. Ia pun mengirimkan pesan
Delapan bulan kemudian.Suasana sebuah rumah sakit tampak ramai seperti biasa. Di salah satu ruang inap yang ada di sana, Nona berbaring dengan wajah pucat dan tampak lemas karena baru saja melahirkan.Nona memandang orang-orang yang ada di ruangan bersamanya, meski dia lelah, tapi semua itu terbayarkan dengan melihat senyum orang-orang yang ada di sana, terutama Segara.“Dia menggemaskan, ‘kan?” tanya Segara ke Mina yang sedang menggendong anaknya dan Nona.“Iya, dia tampan sekali,” balas Mina dengan tatapan tidak teralihkan dari bayi yang ada di gendongan.Nona melahirkan anak laki-laki yang sangat tampan. Di saat Nona bahagia dengan kelahiran bayinya, ada Senja yang dua kali lipat merasakan kebahagiaan, sebab sebentar lagi dia bisa menikah dengan Biru.“Bisa tampan begini, dia mirip siapa ya?” Mina memperhatikan dengan seksama wajah cucunya.“Sepertinya mirip Nona dan Se
Setelah makan siang di kantin. Nona kembali ke ruang kerja bersama Segara. Di sana dia duduk di sofa sambil memandang suaminya yang kini sudah fokus ke pekerjaan.“Apa benar kalau kamu yang melaporkan Austin ke polisi?” tanya Nona yang sejak tadi penasaran.“Bukan, aku hanya cepu,” jawab Segara dengan entengnya.Nona berdecak mendengar jawaban sang suami. “Itu sama saja,” balasnya gemas.Segara melirik Nona yang terlihat cemberut dan kesal karena ucapannya, hingga dia tersenyum-senyum dan membuat Nona akhirnya tertawa.“Oh ya. Tante Maya ingin pergi dari panti asuhan bu Dewi untuk melanjutkan hidupnya.”Segara mengerutkan kening menatap Nona sekilas, kemudian berkata, “Baguslah, setidaknya dia tidak patah semangat dan tidak terus bergantung kepada orang lain.”“Hem … meski sebenarnya aku merasa sangat kasihan, tapi mau bagaimana lagi,” ujar Nona sambi
[Terima kasih Nona, karena kamu sudah mau membantu kami.][ Oh… ya apa mungkin kamu mau membeli rumah Papa? Kami akan menjual rumah itu untuk mencari rumah yang agak kecil ]Nona terdiam. Ia tiba-tiba saja merasa kasihan, tapi tidak mungkin bisa membantu dengan membeli rumah itu. Mencoba untuk bersikap biasa, Nona pun membalas pesan Sandra.[Bagaimana kondisi Paman?]Nona mengirimkan pesan itu dan menunggu jawaban dari sang sepupu, hingga beberapa saat kemudian Sandra membalas.[ Kondisi Papa sudah membaik setelah menjalani operasi.]Meski membenci prabu, tapi Nona merasa lega. Ia pun meminta Sandra untuk terus menjaga Prabu dengan baik.Segara yang baru selesai rapat tampak berjalan sambil memasukkan tangan kirinya ke saku celana. Ia pun menyapa Emir dan diberitahu kalau Nona ada di ruangan. Segara terlihat senang dan langsung masuk. Begitu melihat Nona yang sedang fokus menatap ponsel, pria itu pun mendekat dan langsung mereb
Mata Nona langsung berbinar, dia senang mendengar kata rujak yang baru saja Senja ucapkan.“Kamu turun dulu, aku akan menyusul,” balas Nona.Senja mengangguk dan meninggalkan Nona lebih dulu. Kakak iparnya itu berniat pamit ke Segara.“Mama bikin rujak, aku mau ikut makan,” kata Nona tanpa mendekat karena takut ditahan oleh sang suami.“Tidak! kamu tidak boleh keluar dari sini. Kamu harus membayar hutang dulu,” balas Segara.“Tapi aku pengen banget. Kamu harus tahan dulu nafsumu, ini demi anak kita.”Setelah mengatakan itu, Nona pun kabur keluar kamar. Ia berjalan cepat takut jika sampai sang suami mencegah.Segara pun berteriak-teriak frustasi melihat Nona kabur, hingga akhirnya dia pun memilih keluar dari kamar dan menyusul Nona ke bawah.Segara ikut makan rujak, sengaja menunggui Nona agar cepat selesai dan segera kembali ke kamar.
Hari Minggu pagi Nona memilih pergi ke rumah mertuanya bersama sang suami. Pembantu rumah mengatakan jika Mina dan Senja ada di belakang sedang berkebun, sehingga Nona pun memilih menyusul ke sana meninggalkan Segara yang berbelok ke dapur untuk mengambil minum.Saat sampai di belakang rumah. Nona melihat Senja sedang membantu Mina menanam bunga, Nona pun mendekat dan langsung menyapa.“Eh, kamu datang sama Segara 'kan?” tanya Mina saat melihat sang mantu.“Iya, Ma. Dia di dalam tuh, langsung mau minum katanya,” jawab Nona.“Kayak habis lari-lari aja dia, datang-datang langsung minum,” seloroh Senja.Mina dan Nona pun tertawa mendengar candaan Senja. Semenjak dibantu gadis itu dari penculik yang ingin membuatnya celaka, Nona memang bersikap baik ke Senja.“Ngomong-ngomong Nona, apa kamu tidak ngidam?” tanya Mina tiba-tiba. Ia sampai menghentikan gerakan tangannya yang sedang memegang sekop kecil untuk menoleh Nona.&nb
Segara benar-benar berubah menjadi suami idaman yang sangat perhatian. Sosoknya yang kaku seperti kanebo kering kini hangat bak selimut bulu.Nona melebarkan senyum, dia senang karena Segara menemaninya seharian. Mereka duduk sofa yang terdapat di kamar, menikmati buah sambil menonton acara televisi.Hingga saluran televisi yang sedang ditonton Nona, menayangkan acara sekilas info, yang berisi berita atau peristiwa terbaru.“Buka mulutmu,” perintah Segara yang siap menyuapi Nona dengan potongan buah mangga.Nona membuka mulut dan membiarkan sang suami menyuapi, bahkan mengabaikan pembawa berita yang sedang membacakan berita terkini.‘Seorang wanita menjadi korban penusukan. Di depan banyak pengunjung sebuah kafe, pria berinisial RF menusuk wanita bernama KR berulang kali, hingga membuat korban terluka sebelum akhirnya meninggal dunia.’Mendengar inisial nama yang seperti familiar di tel
“Ya, kacau. Aku yakin kalau Segara membeberkan masalah ini ke perusahaan-perusahaan yang bekerjasama denganku. Sehingga mereka kini juga ikut mundur dan tidak mau bekerjasama. Mereka tidak mau karena takut aku tipu!” geram Rafa hingga memukul pahanya sendiriKarin syok mendengar ucapan Rafa, jika seperti ini bisa dipastikan kalau perusahaan Rafa sebentar lagi akan bangkrut.“Jika mereka membatalkan kerjasama, apa itu artinya kamu akan bangkrut?” tanya Karin dengan ekspresi wajah cemas. Dia takut Rafa tidak akan memiliki apa-apa lagi dan tidak bisa menjadi ATM berjalannya. Tentu saja Karin tidak mau hidup miskin.Rafa mengusap kasar wajahnya berulang kali. Dia benar-benar tidak bisa berpikir dan otaknya terasa buntu.“Rafa, jawab! Apa kamu akan bangkrut dan kamu akan jatuh miskin!” Karin geram dan terus memastikan kelanjutan nasib perusahaan kekasihnya itu.“Kemungkinan itu akan terjadi, apalagi bebera
Hari itu Rafa berada di ruangannya sibuk mengecek berkas. Dia juga masih bingung karena tekanan dan ancaman Segara. Hingga tiba-tiba sekretarisnya masuk dan membuat Rafa terkejut.“Ada apa? Apa kamu tidak bisa mengetuk pintu lebih dulu sebelum masuk, hah!” bentak Rafa yang geram karena dia sendiri sedang banyak beban pikiran. Belum lagi Maya yang tiba-tiba menghilang dari rumah sakit, membuatnya cemas jika sampai wanita itu membocorkan perbuatan buruk yang sudah dia lakukan.Sekretaris Rafa tampak takut juga bingung, apalagi dia harus menyampaikan sesuatu yang mungkin akan membuat Rafa semakin murka.“Ada apa? Kenapa kamu sekarang diam?” Rafa membentak, wajahnya memerah sudah dipenuhi oleh amarah.“Itu, Pak. Kita baru saja mendapatkan konfirmasi pembatalan sepihak dari beberapa perusahaan yang ingin bekerjasama dengan kita,” jawab sekretaris Rafa.“Apa?” Rafa syok bahkan terbengong m
Beberapa menit berselang, Senja pun sudah berada di kafe tempatnya janjian bertemu Sandra, dia menunggu di sana cukup lama karena Sandra tidak kunjung datang. Hingga akhirnya sepupu Nona itu tiba dan Senja pun langsung memicingkan mata."Bukankah aku pernah bilang untuk tidak mendekati kak Biru, kenapa kamu masih terus mendekatinya!" ketus Senja."Ya, suka-suka aku. Biru juga tidak keberatan," balas Sandra.Senja dengan penuh percaya diri menunjukkan cincin yang tersemat di jari manis, kemudian berkata, "Aku dan kak Biru sudah kembali bersama, jadi kamu tidak usah macam-macam."Sandra terkejut, tapi tentunya tidak terima begitu saja."Kamu pasti bohong hanya agar aku tidak mendekati Biru."Senja kesal karena Sandra tidak percaya, dia pun bersiap menjawab, tapi terlebih dulu ada suara lain yang membalas."Dia tidak berbohong."Senja dan Sandra pun menoleh bersamaan, mereka sama-sama terkejut dan tak menyangka melihat