Share

Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan
Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan
Penulis: Putri_Lotus

Penghinaan Keluarga Mantan

Penulis: Putri_Lotus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kami dengar keluargamu bangkrut, Alin?"

 

Mendengar pertanyaan itu,  semua orang sontak terdiam. Saat ini, Alin memang sedang berkumpul bersama keluarga besar sang kekasih–sesuatu yang biasa dilakukan beberapa bulan sekali. Namun, Alin tidak menyangka berita bangkrutnya perusahaan orang tuanya akan cepat menyebar. Yang lebih membuatnya terkejut adalah, ibu kekasihnyalah yang memberinya pertanyaan itu di saat seluruh keluarga besar mereka sedang berkumpul.

"Benar, Tante. Ada yang menggelapkan uang perusahaan hingga kami kesulitan modal. Para investor juga menarik saham mereka setelah mengetahui ada masalah besar di perusahaan kami hingga akhirnya perusahaan gulung tikar," jawab Alin akhirnya–tanpa ada yang ditutup-tutupi.

Hanya saja, jawaban Alin membuat wajah wanita di hadapannya seketika mengeras. Sebagai sosialita baru di kota, ibu dari Rendra itu tidak mungkin akan terus merestui hubungan anaknya jika calon besannya saja bangkrut. 

"Hah. Ternyata berita itu benar, ya,” helanya berat, “jika demikian, hari ini, tante minta kamu dan Rendra untuk menyudahi hubungan kalian disaksikan keluarga besar kami!" 

Deg!

Alin tersentak kaget. Dia tidak mengira calon mertuanya itu akan berubah pikiran dalam waktu yang sangat singkat. Tapi, mengapa?

Bukankah selama ini, wanita itu tampak menyukainya? Ia bahkan ingat beberapa bulan lalu wanita itu menyuruhnya untuk segera menikahi Rendra.

"Kenapa–"

Belum sempat Alin berbicara, wanita di hadapannya itu kembali memotong ucapannya, "Kamu masih ingin bertanya tentang alasannya? Jelas karena keluargamu sudah bangkrut, Lin. Perusahaan keluarga kami baru stabil dan kami berharap pendamping Rendra bisa membantunya nanti. Kalau kamu yang berada di sisinya, kamu justru jadi benalu.” 

Tangan Alin mengepal kuat, dia merasa sangat direndahkan oleh keluarga Rendra.

Terlebih, beberapa anggota keluarga yang biasa memperlakukannya baik, juga mulai menatapnya sinis.

"Apa yang dikatakan menantuku benar. Kami selalu melihat bibit, bebet, dan bobot," ucap Nenek sang kekasih mendadak. Tatapan tajam diarahkannya pada Alin. “Semua harus setara, sedangkan keluargamu kini jauh lebih rendah dari keluarga kami. Apa yang bisa kau lakukan nanti?” 

Mengetahui tak ada dukungan sedikit pun untuknya, Alin menoleh ke arah Rendra yang masih diam. 

"Bagaimana denganmu, Mas? Apa kamu masih bersedia mempertahankan hubungan kita?" tanya Alin pelan. Ia berharap pria itu diam-diam mengatur rencana untuk membelanya.

Namun, harapannya pupus kala mendengar ucapan pria itu.

"Maaf, Lin. Sebaiknya, kita sudahi saja hubungan kita  karena aku tidak mungkin hidup dengan orang yang berada jauh di bawahku. Itu akan merepotkan.” 

“Ya, lagi pula Rendra sudah dekat dengan wanita lain yang lebih segalanya darimu, Lin," ujar ibu Rendra tiba-tiba,“keluarga kami akan melamarnya minggu depan. Jadi, kami harap kamu tidak jadi pengganggu di hubungan baru anakku.”

Tanpa sadar,  mata Alin berkaca-kaca setelah mendengar pernyataan Rendra dan Ibunya. Dia sangat kecewa dengan sikap Rendra yang berbalik seratus delapan puluh derajat padanya. Padahal, pria itulah yang mengejar-ngejar dirinya dan menghujaninya perhatian.

Namun, Alin menahan emosinya. Dengan penuh ketenangan, ia bertanya dengan dingin, “Jadi, selama ini kamu mendekatiku hanya karena harta?" 

"Ternyata kamu bodoh, ya! Aku tidak mungkin menikah dengan wanita yang hanya modal cantik dan cinta saja!" tegas Rendra.

"Justru, kalian yang akan malu karena memiliki pikiran yang sempit,” balas Alin berani, “Apa di mata kalian hanya harta yang menjadi penentu derajat seseorang?" 

Mendengar ucapan menantang dari Alin, semua tersentak.

Bahkan, ayah Rendra yang sedari tadi diam pun menjadi terusik. Selama ini, dia memang selalu mencarikan menantu yang kaya agar setara dengan keluarganya. Semua dilakukan agar perusahaan keluarga mereka berhasil. Lantas, apa yang salah dengan itu? Toh, buktinya mereka sudah masuk di daftar keluarga terkaya di kota mereka.  

"Kenapa kau begitu naif, Nak? Di dunia ini apa yang tidak bisa kita beli dengan harta? Mungkin, saat ini kau bisa bicara seperti itu karena kau sedang berada di bawah. Dan Om maklumi itu, tapi tolong sebaiknya kau sadar diri dan segera mundur saja dari hubungan kalian. Karena sejak kabar kebangkrutan keluargamu menyebar, Om sudah mencarikan perempuan lain yang jauh lebih kaya di atasmu!" tegasnya, “Rendra juga tampaknya lebih menyukai perempuan itu.”

"Alin, kamu itu sekarang udah jadi orang miskin. Jadi, aku saranin sebaiknya kamu sadar diri sedikitlah sama posisimu saat ini. Nggak usah belagu jadi orang!" sahut saudari perempuan Rendra pedas.

Alin kian meradang dengan hinaan demi hinaan yang terus terlontar dari mulut keluarga Rendra.

"Baiklah. Kalau itu memang mau kalian akan saya turuti. Mulai sekarang, saya tidak punya hubungan apapun lagi dengan Rendra dan kalian semua. Anggap saja kita tidak pernah saling mengenal,” ucap Alin penuh penekanan. 

“Saya juga tidak akan melupakan hari ini, hari di mana kalian menginjak harga diri saya hanya karena harta. Dan saya akan pastikan kalau penghinaan kalian hari ini akan jadi penyesalan untuk kalian sendiri suatu hari nanti. Camkan itu!"

Alin segera bangkit untuk meninggalkan kediaman keluarga besar Rendra. Namun, sebelum dia benar-benar melangkah ke luar, dia berbalik dan menatap seluruh keluarga Rendra. 

"Jangan lupa saat keluarga saya masih ada di atas, kalian pun juga menjilat keluarga saya. Jadi, sebenarnya di sini kalian pun sama saja, sama-sama benalu dan toxic!"

"Kurang ajar kau Alin, sudah miskin masih saja berlagak sombong!"

Namun, Alin tak menghiraukan hinaan mereka dan tetap mantap meneruskan langkahnya. 

***

Ia pergi dari rumah Nenek Rendra dengan membawa sejuta luka yang mereka torehkan.

Sakit, itulah yang saat ini Alin rasakan. 

Dia berjalan tanpa arah dan berharap nyawanya dicabut saja. 

Seolah mendengar harapan Alin, sebuah mobil tanpa sengaja menabraknya. 

Bugh!

Alin jatuh dan kepalanya membentur ke aspal. Ia merasakan kegelapan menyelimuti penglihatannya.

Sementara itu, sopir mobil yang menabrak Alin kini sangat terkejut. 

Ia langsung ke luar untuk melihat kondisi perempuan yang terkapar itu tanpa menyadari sang bos yang juga sampai keluar mobil.

“Maaf, Pak Devan. Saya–” 

Hanya saja, ucapannya terhenti kala melihat pemandangan di hadapannya. 

Bos yang selalu dingin dan tak tersentuh itu kini tampak menggulung lengan kemeja putihnya sampai siku dan menggendong perempuan asing yang tidak sadarkan diri?!

 

"Cepat bawa mobil ke rumah!" ucapnya tegas, "Nanti, panggilkan juga Dokter untuk perempuan ini!" 

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Dedeh H D
wahh.. lanjut thorr, penasarann ...
goodnovel comment avatar
RESYAD
calon mertua kayak gitu udah deh nggk usah.
goodnovel comment avatar
Jihan Hamid
makin penasaran aja...maklum penggemar baru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Awal Pertemuan

    Alin tak tahu apa yang terjadi. Ia baru saja tersadar dari pingsan. Namun, ia begitu bingung dengan ruangan asing tempatnya berada saat ini. "Aku di mana? Bukannya tadi aku sedang di jalan ya?" gumamnya sambil memegang kepalanya yang masih pening. “Tunggu … kepalaku diperban?” Belum sempat memproses semuanya, tiba-tiba Alin mendengar suara bariton yang membuatnya terkejut. "Bagaimana keadaanmu saat ini? Bagian mana yang masih sakit? Kalau kau mau cepat mati harusnya kau masuk jurang saja, jangan menabrakkan diri ke mobilku!" Alin yang masih merasakan sedikit pusing mendongak menatap lelaki yang baru saja datang ke kamar yang ditempatinya itu. "Maaf, tapi Anda ini siapa? Lalu kenapa Anda menolong saya?" "Bodoh! Kamu tertabrak mobilku. Kalau kau mati, maka aku juga akan ikut terseret. Lagian kamu ini sangat tidak tahu caranya berterima kasih, ya," sindir lelaki itu. "Baiklah Tuan yang terhormat, terima kasih sudah berbaik hati menolong saya dari maut walau sebenarnya saya berhar

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Sebuah Penawaran

    Pria itu sebenarnya sudah menduga jika Alin akan menolak bekerja sama dengannya. Tapi, Devan tidak punya pilihan lain karena ia tak punya punya banyak waktu. Jadi, dia akan mengeluarkan kartu as-nya untuk membujuk Alin agar menyetujui tawarannya. "Tenang saja, saya akan menjamin jika kamu akan diuntungkan dengan adanya pernikahan kontrak ini. Apa kamu tidak ingin membalas dendam dan menghancurkan mereka yang sudah menginjak harga dirimu karena keluargamu bangkrut? Apa kamu tidak ingin membuktikan pada keluarga mantanmu kalau kamu bisa bangkit dan mengalahkan mereka?" Alin memicingkan matanya, dia menduga Devan menyimpan rahasia yang Alin belum ketahui. "Dari mana Anda tahu tentang permasalahan hubungan saya dengan kekasih saya? Sepertinya Anda sudah mengulik tentang kisah percintaan saya ya rupanya? Apakah Anda memang sudah mencari tahu terlebih dahulu?" tanya Alin memastikan. "Bisa dibilang begitu, aku sudah tahu semuanya!" jawab Devan. "Katakan padaku, apa yang kau ketahui?" ta

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Terpaksa Menyepakati Perjanjian

    "Haa? Maksudnya? Bisa tolong ulangi kalimat Anda tadi?" tanya Alin memastikan."Oh tidak ada, sudahlah cepat duduk sekarang!" ucap Devan kembali ke mode menyebalkan. Alin mencebik sambil duduk."Ada perlu apa saya dipanggil ke sini? Dan kapan saya bisa pulang?""Silahkan kamu baca," ucap Devan sambil menyerahkan lembaran pada Alin."Surat apa ini?" tanya Alin sambil mulai membaca poin-poin yang sudah tercantum."Kamu bisa membaca kan? Atau perlu aku bacakan?"Alin memutar bola matanya. Dia mulai membaca setiap baris tulisan pada surat perjanjian yang dibuat Devan."Surat perjanjian kontrak nikah?"Mata Alin membulat sempurna kala semua perjanjian yang sudah tercantum merugikannya."Hei, mana bisa seperti ini? Surat kontrak ini tidak sah, aku tidak setuju. Semua isinya sangat memberatkanku!" ujar Alin protes."Bagian mana yang memberatkanmu? Bukankah di dalam kontrak itu aku sudah memberikan kemudahan padamu? Bahkan jika kamu memintaku untuk menghancurkan keluarga Baskoro pun akan aku

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Menghempas Parasit

    Devan mengabaikan sapaan karyawan dan tetap dalam mode cool. Dia segera masuk ke dalam ruang CEO diikuti oleh asistennya."Sombong banget sih CEO kita," ujar salah satu karyawan."Emangnya lo berharap beliau gimana? Ramah terus balas sapaan lo dengan senyum gitu? Jangan mimpi woe, kita bisa kerja di sini aja masih bagus. Saran gue mendingan lo jangan terlalu sering pakai baju minim gitu deh, soalnya dengar-dengar Pak Devan nggak suka lihat karyawan perempuan pakai baju begituan," saran salah satu karyawan mengingatkan."Yaelah … kalau ngiri, ya ngiri aja! Nggak usah sok nasihatin." Karyawan genit itu melengos meninggalkan beberapa karyawan lain tengah berbisik membicarakannya. Dengan percaya diri, karyawan genit itu kembali melangkah masuk ke ruangan Devan dengan berjalan melenggak lenggok. Dia mengenakan pakaian yang membuat asetnya tercetak jelas. Karyawan genit itu bahkan sengaja membuka salah satu kancing bajunya yang terlihat sempit itu hingga membuat dadanya menyembul. Tok to

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Marah

    Mama Alin tidak serta merta langsung mempercayai jawaban Alin. Yang dia tahu, selama ini kekasih Alin sangat menyayangi anaknya. "Kamu jangan bercanda, Nak!” tegur mami. "Aku tidak bercanda, Mi. Aku mengatakan yang sebenarnya," jawab Alin. "Tapi kenapa, Nak? Bukankah kalian sebentar lagi akan melaksanakan lamaran?"Bibir Alin mendadak kelu saat hendak menjawab pertanyaan maminya. Dia sangat berat mengatakan alasannya pada maminya. "Apa Rendra berselingkuh di belakangmu?" tanya Rita memicing.Degg!Alin tersentak dengan pemikiran maminya yang tepat sasaran. Alin menghela nafasnya dengan panjang. Dia berusaha tenang dan merangkai kalimat yang tepat agar maminya tidak terpancing emosi. "Benar, Mi. Mas Rendra bahkan telah mengakhiri hubungan kami tadi malam, tepat di depan seluruh keluarganya," jawab Alin dengan tenang.Brakk!Mami Alin menggebrak meja dengan keras. Dadanya bergemuruh menahan amarah yang sudah membuncah. "Bukankah selama ini mereka yang selalu menginginkan kalian

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Showtime!

    "Calon istri?" tanya mami Alin membeo. "Tunggu, sebenarnya siapa yang Anda maksud sebagai calon istri, Tuan?" "Dia!" Devan menunjuk Alin yang berdiri mematung.Baik papi maupun mami Alin sangat terkejut terlebih melihat Alin yang tidak menunjukkan reaksi apapun. "Lin, apa benar yang dikatakan Tuan Devan, Lin?" tanya mami tidak percaya. "Benar, Mi, Pi. Maafkan Alin karena belum sempat membicarakan hal ini pada kalian berdua. Alin terpaksa—"Ucapan Alin terpotong saat Devan menginterupsi. "Bagaimana, Papa Mertua? Anda bisa melihat sendiri kan kalau putri Anda juga menginginkan pernikahan ini terjadi?" tanya Devan menyunggingkan senyum. "Jadi, sebenarnya kalian sudah saling mengenal sebelumnya?" tanya papi dengan cepat.Lelaki paruh baya itu melirik putrinya yang masih menunduk. "Iya, Pi. Baru tadi malam," cicit Alin. "Baru tadi malam?" Papi menghela nafasnya, "Nak, apakah kamu benar-benar yakin dengan keputusanmu ini?" tanya papi lagi. "Iya, Pi aku yakin dengan keputusan yang

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Makan Malam Tepi Pantai

    Bibir Alin terkunci rapat. Dia tidak berani sedikit pun bersuara tanpa perintah Devan. Tangannya terus menggenggam erat tangan lelaki di sampingnya. "Selamat malam, Tuan Drajat, Tuan Rendra. Satu kehormatan kami bisa memenuhi undangan kalian," ucap Niko mewakili. "Selamat malam Tuan Niko, Tuan Devan. Terima kasih sudah berkenan meluangkan waktu untuk hadir di sini," jawab Drajat berusaha ramah. Dua lelaki berbeda generasi itu berusaha menahan rasa terkejutnya di depan Devan.Lelaki tua itu mengulurkan tangannya pada Devan namun Devan mengabaikannya. Akhirnya lelaki itu menarik lagi tangannya dengan tetap mengukir senyum kepalsuan. "Sepertinya kalian sangat mengenal wanita yang berada di samping saya ya?" tanya Devan tiba-tiba. "Ti-tidak Tuan, kami tidak mengenalnya sama sekali," sahut Drajat gelagapan.Sedangkan Rendra, ia tak berhenti menatap Alin dengan tatapan memuja. Matanya tak berkedip menikmati kecantikan sang mantan yang semakin terlihat setelah dia usir dari hidupnya.Se

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Jujur

    Alin masih terus menyimak setiap perkataan Devan tanpa menyelanya sedikit pun. "Walau kita menikah karena sebuah kerja sama dan tanpa di dasari cinta, tapi aku ingin kita tetap saling mengenal satu sama lain terlebih dahulu. Bagaimana menurut pendapatmu?" sambung Devan bertanya. "Aku rasa ada benarnya juga, kita memang harus saling mengenal. Sekarang katakan apa yang ingin kau ketahui dariku, Tuan?" "Sudah berulang kali kukatakan jangan panggil aku Tuan, Alin!" tegas Devan datar. "Tapi saat ini kita hanya berdua saja, Tuan. Jangan lupakan itu," jawab Alin tenang. "Kau memang bebal, Lin!" ujar Devan bersungut. "Aku ingin tahu, kenapa kau sangat menggilai lelaki pecundang seperti Rendra?"Alin menghela nafasnya dengan panjang. Dia sangat malas membahas perihal Rendra saat ini. "Apa tidak ada pertanyaan lain yang lebih berbobot? Bukankah kau sudah menyelidiki kehidupanku?" tanya Alin dingin.Devan terperanjat dengan jawaban Alin. Perubahan sikapnya membuat Devan semakin penasaran d

Bab terbaru

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   The End

    Tak berselang lama, polisi dan Reno datang meringkus Rendra dan juga sepupunya. Mereka juga mengamankan preman-preman itu ke kantor polisi. Sedangkan Devan dan Alin segera pergi dari tempat itu.Sepanjang perjalanan, Devan tak tahan dengan rasa ingin tahunya. Dia segera bertanya pada sang istri mengenai keadaan sang istri saat ini."Sayang, sejak kapan ingatanmu kembali?" tanya Devan."Sejak saat putra kita menghilang, Mas. Tapi saat itu aku memutuskan untuk diam dulu sambil mengamati keadaan. Aku bergerak dalam diam dan aku sengaja mengecoh orang-orang agar mereka mengira aku masih hilang ingatan," jawab Alin."Untuk apa?" tanya Devan."Untuk mengetahui siapa saja yang hendak memanfaatkan keadaanku untuk mencari keuntungan." "Apapun itu, aku bahagia karena kamu sudah mengingat semuanya Sayang. Aku bisa lebih fokus untuk mencari keberadaan putra kita sekarang," jawab Devan dengan lega.Alin tersenyum tenang, "Mas jangan khawatir. Aku sudah tahu di mana keberadaan putra kita."Devan m

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Membebaskan Alin

    Tanpa pikir panjang, Devan langsung berlari ke dalam mencari keberadaan Alin. Dia masuk ke salah satu bilik tersebut. Akan tetapi, bilik tersebut ternyata dijaga oleh beberapa preman. Devan memancing preman tersebut untuk menjauh dari depan pintu dan berkelahi di luar.Tidak sulit mengalahkan para preman itu karena Devan sangat jago ilmu bela diri. Dalam sekejap, para preman itu langsung tumbang tak sadarkan diri. "Apa hanya segitu saja kemampuan kalian? Cih payah sekali kalian ini. Badan saja besar, tapi kemampuan nol. Ayo bangun dan serang saya. Hitung-hitung pemanasan," ejek Devan.Saat salah satu preman hendak bangun dan kembali menyerang, dalam satu pukulan saja preman tersebut sudah tidak mampu lagi bergerak. Devan segera masuk ke dalam setelah memastikan seluruh preman bayaran itu tumbang. Di depan pintu, dia mengendap-endap masuk dan mendengarkan percakapan dua orang yang sedang berada di ruangan tempat Alin di sekap."Ren, menurutmu, apakah Tuan Devan akan benar-benar datan

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Duel Menyelamatkan Alin

    Setelah menempuh perjalanan laut selama lima hari, akhirnya akhirnya mereka sampai di kota A di pulau seberang. Mereka sengaja membawa bayi itu jauh dari pulau asalnya agar tidak mudah terlacak. Mereka langsung membawa bayi itu ke panti asuhan setempat. Mereka disambut baik oleh pemilik panti."Mari silakan masuk Bapak, Ibu."Setelah mereka dipersilahkan duduk dan disuguhi minuman, pemilik panti langsung bertanya maksud dan tujuan keduanya datang."Kalau boleh saya tahu, ada tujuan apakah Bapak dan Ibu datang ke sini?" "Kami ingin menitipkan bayi ini di sini, Bu," jawab Wina.Pemilik panti tersebut heran dengan sikap pasangan di depannya ini. Tega-teganya mereka hendak menitipkan bayi mungil tak berdosa itu di panti asuhan."Maaf Bapak, Ibu, tapi kenapa? Bukankah itu darah daging kalian? Apa kalian benar-benar tega meninggalkan mereka di sini?" tanya wanita setengah baya tersebut. "Bayi ini bukan anak kami, Bu. Kami menemukannya secara tidak sengaja di depan rumah kami. Jadi kami me

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Suasana Yang Semakin Tidak Kondusif

    Rendra hanya menyunggingkan senyumnya saat ibu Alin menuduhnya sebagai pelaku penculikan putra Alin. Dia terlihat santai saja dengan tuduhan yang terlontar dari mulut ibu Alin. Sedangkan Alin hanya diam saja tanpa menanggapi lelaki itu. "Atas dasar apa Anda menuduh saya dalang dibalik penculikan cucu Anda Tante? Lihatlah, Alin saja tidak banyak bicara. Kenapa Anda malah terlihat sensi sekali Tante?" tanya Rendra dengan santai."Karena Lindra adalah cucuku!" jawab ibu Alin dengan penuh emosi."Lin, kenapa dari tadi kamu diam saja? Apa kamu tidak merasa kehilangan bayimu? Atau kamu malah senang jika bayimu tidak ditemukan?" tanya Rendra pada Alin."Sebenarnya Anda ini siapa? Saya perhatikan sejak tadi Anda selalu membicarakan hal yang berbau provokasi," jawab Alin dengan tenang."Lin, aku Rendra, Lin. Orang yang pernah ada di hatimu. Tidak mungkin kamu lupa denganku, kan?" "Apa maksudnya kalau kamu pernah ada di hatiku? Dan sebenarnya, apa tujuanmu datang ke sini? Aku sungguh tidak me

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Kabur ke Pelabuhan

    Wina tampak berpikir sejenak dengan gagasan yang disampaikan lelaki itu."Baiklah, kita harus bergerak cepat malam ini juga," kata Wina."Apa? Malam ini? Apa kau sudah gila? Tidak mungkin kita jalan malam ini. Apa kamu nggak kelelahan dengan pertempuran kita tadi? Apa kamu nggak mau mengulanginya lagi?" tanya lelaki itu—menaik turunkan alisnya."Kita tidak punya banyak waktu, Tuan Tama yang terhormat. Kalau kita menunda-nunda, mereka pasti akan menemukan dan menangkap kita," ucap Wina penuh penekanan."Sepertinya kau sangat takut sekali dengan si Devan itu ya?" tanya lelaki itu."Bagaimana aku tidak takut? Aku pernah menjalin hubungan dengannya, sudah pasti aku tahu bagaimana watak Devan. Kau sendiri saudaranya tapi malah tidak memahami bagaimana karakter saudaramu sendiri," ujar Wina meremehkan."Aku memang tidak tahu banyak tentang kehidupan Devan karena aku jarang bertemu dengannya. Aku juga sangat jarang berinteraksi dengannya selama ini karena aku sering berada di luar negeri. Wa

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Penculikan Anak Alin

    "Sialan, siapa kau? Berani-beraninya mengancam ku!" sentak lelaki itu."Kau tidak perlu tahu siapa aku, cukup kau dengarkan saja perintahku. Jangan pernah mengusik keluarga Alin atau kau akan menyesal."Setelah mengatakan itu, penelepon itu memutuskan panggilan secara sepihak. "Siapa yang menelepon?" tanya wanita itu."Nomor tidak jelas. Berani-beraninya dia mengancam ku agar tidak mengganggu Devan dan Alin.""Kurang ajar, sepertinya mereka mengutus mata-mata untuk mengawasi kita," jawab wanita itu."Aku tidak yakin, tapi sepertinya orang itu bukan suruhan Devan. Lelaki itu tidak mungkin bisa mengendus gerak gerik kita. Kita harus berhati-hati, jangan melakukan hal yang bisa membuat mereka curiga dan kedok kita terbongkar," kata orang itu.***Sedangkan di sisi lain, Rendra dan sepupunya saat ini sedang mencari informasi tentang Alin."Bagaimana? Apa kamu sudah mendapatkan informasi?" tanya sepupu Rendra."Alin sudah melahirkan, tapi sekarang penjagaan semakin diperketat. Sangat suli

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Aqiqah

    Hari demi hari mereka lalui dengan sukacita. Devan juga sudah mulai beraktivitas di luar rumah. Dia yang berpikir semua sudah aman mulai lengah dari penjagaan. Lelaki itu tidak menyadari jika bahaya sedang mengintai keluarga kecil mereka. Hari ini, dia harus berangkat ke Surabaya karena salah satu klien berpengaruh meminta mengadakan pertemuan dengan Devan secara langsung di Surabaya."Tidak apa-apa Mas, berangkatlah. Aku bisa menjaga diri dan anak kita," kata Alin meyakinkan Devan."Kalau ada apa-apa segera hubungi Mas. Mas sudah mengabari Mami agar ke sini menemanimu," kata Devan.Lelaki itu mengecup kening sang istri dengan penuh cinta sebelum meninggalkannya pergi ke Surabaya."Jagoan Daddy baik-baik di rumah sama Mommy ya. Jangan nakal dan jangan rewel, kasihan Mommy. Daddy tinggal sebentar ke Surabaya," ucap Devan pada bayi mungil itu.Dengan berat hati, Devan meninggalkan mereka. Bertepatan dengan itu, hari ini baby sitter yang di rekomendasikan oleh salah satu saudara Devan d

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Pulang ke Rumah

    Devan langsung menuju ruang perawatan bayi untuk memastikan keadaan sang anak. Setelahnya, lelaki itu langsung memanggil seluruh suster, dokter dan pihak keamanan yang bertugas menjaga sang anak. Sang kakak pun tidak mengira jika mereka lalai. “Apa saja pekerjaan kalian? Menjaga bayi saja kalian tidak becus. Untung saja anakku tidak hilang,” kata Devan marah. “Ampuni kami, Tuan, kami lalai menjaga bayi Tuan. Tadi ada seseorang yang menyamar sebagai suster hendak masuk ke ruangan Tuan kecil. Kami kira, dia memang benar-benar suster yang hendak memeriksa Tuan kecil. Tapi ternyata dia hendak membawa kabur Tuan kecil. Andai kami tahu dari awal, kami pasti tidak akan membiarkannya membawa Tuan kecil, Tuan. Ampuni kami,” ucap penjaga dengan gemetar. Devan mengangguk, “ya sudah tidak apa-apa. Jangan diulangi lagi, dan aku ingin kalian perketat keamanan di sini. Aku tidak mau hal seperti ini terulang kembali,” kata Devan.Setelah mengatakan hal itu, Devan langsung pergi meninggalkan mereka

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Percobaan Penculikan

    Sang sepupu sangat menyayangkan sikap Rendra yang cenderung lembek. Wanita itu sangat dendam dengan Alin dan juga sang suami karena gara-gara mereka kini dia kehilangan pekerjaannya."Ndra, kamu itu laki-laki jangan lembek seperti ini. Apa kamu nggak kasihan sama kedua orang tua kamu? Apa kamu nggak mikirin mereka juga?" Rendra tampak terdiam dan menimbang-nimbang. Sedangkan sang sepupu terus saja meracuni pikiran Rendra agar mau bekerja sama dengannya."Apa kamu tidak sakit hati melihat kebahagiaan Alin di sana, sedangkan kamu di sini menderita? Lihatlah, mereka tertawa di atas kesedihan dan penderitaanmu. Pikirkan itu baik-baik," ujar sang sepupu sebelum berlalu pergi."Tunggu, apa ada yang bisa menjamin keamanan dan keselamatan kita jika kita kembali membuat ulah dan mengusik keluarga mereka? Kau tentu belum lupa kan bagaimana manusia-manusia itu menyingkirkan mu dari perusahaan? Bagi mereka, melenyapkan orang seperti kita bukanlah hal yang sulit dilakukan. Apalagi kita tidak puny

DMCA.com Protection Status