Share

124. The Show Must Go On

last update Last Updated: 2024-10-12 19:06:08

"Mengapa baru sekarang?" celetuk Arya setelah Mega pergi dari ruang sidang.

"Hah?' Hasan merasa aneh dengan celetukan Arya.

"Jika dia mengajukan surat ini jauh sebelum peristiwa buruk itu menimpa Dinda, mungkin saja tidak akan ada proses hukum untuknya.

"Mak-Maksud Pak Arya, Pak Arya tetap ingin memproses ini lewat jalur hukum?"

Arya memutar tubuhnya hingga kini mereka berdua saling berhadapan. "Apakah Pak Hasan tidak merasa aneh dengan pengajuan surat pengunduran ini? Mengapa baru sekarang diberikan? Kepada saya pula? Bukankah itu aneh? Bisakah saya mengatakan mereka sedang berusaha untuk menyuap saya?"

Hasan semakin terpaku dengan pernyataan Arya. "Ta-Tapi, Pak Arya. Bisa saja Pak Zul menyuruh keponakannya untuk meminta maaf kepada anda dan istri terkait perbuatannya beberapa waktu lalu. Dan salah satu bentuk permintaan maafnya adalah mengundurkan diri."

"Di saat saya berkeinginan untuk membawa masalah ini ke jalur hukum?"

"Jadi-benar, kalau Pak Arya tetap memproses perbuatan Bu Me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   125. Mendadak Pusing

    "Karena dia sudah tidak ada di kampus lagi?" bisik Arya lebih pelan dari sebelumnya."Ya kan sudah sangat jelas, Mas. Menjelang sore begini, masa iya dia ngajar."Arya menatap gemas Dinda. "Bukannya tadi sudah saya bilang, ceritanya nanti kalau pas mau tidur. Sekarang kita makan-makan dulu. Setidaknya, biarkan suami kamu ini menikmati hidangan enak sebanyak ini."Dinda langsung terdiam begitu Arya menyerahkan piring ke hadapannya. Mau tidak mau, Dinda berdiri dan mulai mengisi piring."Makan besar beneran ini," sindir Dani melihat piring Arya yang menggunung akibat ulah Dinda.Dinda hanya nyengir kuda."Sini makan bareng. Saya suapin sekalian?" Arya mengambil piring Dinda dan bersiap menyuapkan suapan pertama ke istrinya."Nggak, ah.""Lagian, siapa yang suruh mengambil begitu banyak sampai penuh begini?""Katanya mau makan besar, jadi ya ini," ujar Dinda sembari menunjuk ke arah piring di hadapan Arya.Ketukan di pintu menghentikan debat kecil Arya dan Dinda. Tidak seperti biasanya. D

    Last Updated : 2024-10-18
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   126. Kuliah vs Anak

    "Jadi?" Dinda mengulangi pertanyaannya."Tentu saja jadi. Tinggal menunggu tiket pesawat saja."Dinda terdiam. Ia lupa jika Arya akan melanjutkan studinya ke luar negeri. Ia mulai bimbang. Kehidupannya sebagai sepasang suami istri bersama Arya baru saja dimulai. Ia merasa masih membutuhkan bimbingan kedua orang tuanya. Bagaimana pun, Arya masih orang asing baginya. Ia takut tidak dapat mengimbangi kepribadian Arya yang begitu sempurna di matanya."Kenapa?" Arya menangkap ketakutan Dinda. Ia meraih kedua tangan Dinda. "Tidak akan lama. Saya akan berusaha secepat mungkin untuk menyelesaikan studi. Itulah mengapa saya menyegerakan untuk menikahi kamu, supaya kita dapat mengenal satu sama lain lebih cepat.""Tapi, itu berarti kan kita harus jauh dari papa dan mama selama ... " Dinda tidak sanggup meneruskan kalimatnya."Kamu takut?" Arya menatap Dinda begitu dalam.Dinda bergeming. Ia tidak dapat menutupi perasaannya. "Kalau begitu, mungkin kamu lebih baik di sini saja. Biar saya sendiri

    Last Updated : 2024-10-24
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   127. Kartu Debit

    Arya menaikkan kecepatan mobilnya. "Kalau seperti ini, kapan nyampe-nya." Lama kelamaan ia merasa gemas melihat kendaraan Fahri seolah jalan di tempat. Mobil sedan putih milik Broto yang malam itu dikendarai Arya, melesat menyalip mobil Fahri. Pujasera yang dituju sudah berada seratus meter di depan mereka.*Lu dimana?Suara di ujung sana membuat Mita terpaku. Ia tidak yakin. Benarkah itu suara Dinda?*Lu sariawan? Ato ini yang jawab kakak ipar? Dinda semakin kesal karena Mita tidak kunjung menjawab pertanyaannya."I-Iya-Iya. Lu berisik banget. Kenapa emang?" Hati Mita menjadi hangat. Rasa galau dan gelisah yang ia rasakan sebelumnya, menguap begitu saja.*Ikutin mobil yang baru aja ngelewatin mobil kalian."Mita sibuk mengamati mobil yang berjalan di depannya. "Itu mobil siapa?""Papa." Fahri mengamati Mita yang keheranan menatap mobil yang baru saja mendahului mereka. "Emang kenapa?""Papa? Papa ngajakin kita jalan-jalan? Papa ikut kita jalan-jalan?" Mita tidak dapat menyembunyikan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   128. Kodrat Wanita

    "Lusa saya harus ke London." Perkataan Fahri membuat Mita dan Dinda terperangah, tapi tidak dengan Arya. Ia sudah biasa dengan jadwal Fahri yang begitu acak Sehari ke kota Jogja, besok ke Makasar, lusanya sudah harus terbang ke luar negeri."Resiko jadi pengusaha memang begitu. Jadi, kamu harus bisa beradaptasi dengan cepat.""Tapi kenapa mendadak begini?" Mita belum bisa menerima.Di saat ia mulai beradaptasi dengan kehadiran Fahri di kehidupannya, pada akhirnya mereka harus berpisah seperti ini?Fahri mendesah. "Ini permintaan Papa Candra." Tampak ia tidak punya cukup alasan untuk menolak permintaan itu.Dinda langsung mengangguk seolah paham, mengapa Fahri tidak dapat menolak permintaan itu. "Papa yang minta??" Nada Mita meninggi. Mita tidak habis pikir. Bukannya menyuruh mereka lebih banyak menghabiskan waktu berdua, tapi malah menyuruh berpisah meski hanya untuk sementara? Mita tidak bisa menerima berita ini."Gua harus bicara dengan papa! Ini tidak bisa dibiarkan!" ucapnya deng

    Last Updated : 2024-11-01
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   129. Mood Swing

    "Jangan lupa kodratmu sebagai wanita."Aduh. Kepala Mita langsung berputar. Haruskah ia mendapat ceramah kehidupan tengah malam begini? Ia sedang tidak ingin berdebat masalah kehidupan. Ia hanya mencari sedikit waktu untuk memikirkan rencana pendidikannya, tidak yang lain."Mas. Sudah malam. Tolong jangan kasih materi yang berat-berat. Otak saya dan Dinda beda kapasitas. Kalau Dinda bisa mengimbangi tapi saya nggak. Lagian dah capek banget, deh." Mita beranjak pergi meninggalkan balkon, meninggalkan Fahri yang kini mematung mendengar ucapan Mita.Ia melihat Mita masuk ke kamar mandi. Apakah ia sudah kelewatan? Dilihatnya jam dinding. Pantas saja. Jarum jam sudah berada di tengah-tengah angka sebelas dan dua belas. Fahri mengambil ponselnya lalu berbaring di ranjang, sembari menanti istrinya yang belum juga keluar dari kamar mandi. Ia sibuk membaca ulang pesan dari Chandra. Beberapa hari yang lalu, Chandra memang sempat menyuruhnya untuk mengurus satu bisnis Chandra yang terbengkalai

    Last Updated : 2024-11-07
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   130. Hanya Saya dan Kamu

    "Pak Arya harus percaya saya!" tegas Mita sekali lagi."Kamu itu bicara apa? Dinda tidak sedang sakit. Paling dia sedang kena sindrom pre-menstruasi." Arya kembali ke meja makan setelah sempat diajak menjauh oleh Mita. Mita mendengus kesal. Ia sangat tahu jika penyebab Dinda galau bukan karena gejala awal akan datang bulan. "Kamu ngapain di sini? Bukannya menyiapkan sarapan untuk suami, malah komat-kamit sendiri." Fahri menepuk punggung Mita yang masih fokus pada Dinda."Aduh, Mas! Kaget tahu, nggak?!""Salah sendiri kenapa melamun. Udah sarapan? Kalau belum, ayo kita makan bareng. Laper banget." Fahri langsung menarik tangan Mita, membawa istrinya itu ke meja yang sama dengan Dinda dan Arya.Mita yang masih trauma dengan sikap ketus dan galak Dinda, memilih untuk duduk berjarak dengan sahabatnya itu. Ia takut akan mendengar kata-kata kasar dari Dinda untuk ke sekian kalinya.Dinda ternyata mengawasi gerak-gerik Mita. Ia sendiri tidak tahu, mengapa pagi ini sangat ingin memarahi Mit

    Last Updated : 2024-11-10
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   131. My Hubby is My Everything

    Siang itu, Fahri dan Mita, berangkat lebih dulu ke London. Mereka mencari kontrakan rumah atau apartemen, sedangkan Arya menyusul dua hari kemudian.Dinda tidak seperti biasanya. Ia banyak menghabiskan waktunya bersama Sari, seakan ia dan mama tersayangnya itu, tidak akan berjumpa lagi."Kamu itu udah gede. Nggak malu apa sama suami kamu?" Sari mengaduk adonan roti yang sebentar lagi akan ia pindahkan ke loyang."Ngapain malu, Ma. Orang Dinda emang begini. Kan Dinda nggak pernah pergi jauh dari mama sama papa. Wajarlah kalau Dinda begini." Arya menimbrung dari ruang tengah, membela istri kesayangannya.Dinda diam seribu bahasa. Ia tiba-tiba teringat sesuatu. "Gimana kalau tiba-tiba Dinda kangen cilok, bakso bakar sama sate tahu? Masa ia pake aplikasi?""Yaa bikin sendirilah. Daripada beli, mending kamu bikin sendiri. Selama bahannya bisa didapat, lebih baik kamu masak sendiri. Nanti Mama siapkan beberapa bumbu dasar dari siini. Lebih hemat, dan tentunya lebih sehat."Dinda menghela nap

    Last Updated : 2024-11-16
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   132. Prinsip Hidup

    "Dinda ngidam, Pak." Wajah serius Mita justru membuat Arya ragu. Pria itu menatap lekat ke arah Mita dalam diam. Ia tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Mita berjalan mundur. "Apa? Pak Arya tidak percaya?" Diamnya Arya yang begitu lama, membuat Mita kecewa. Ia memilih pergi menjauh dari pasangan itu."Eh, Mit. Mau kemana?" Dinda menjadi panik. Keinginannya belum dijawab Mita. "Kenapa sih, Mas? Tinggal di-iya-in aja gitu apa susahnya?" gerutu Dinda bangkit menyusul Mita, yang pergi tanpa pamit.Arya menghela napas frustasi. Betapa susahnya menghadapi makhluk Tuhan yang satu ini. Salah mengambil sikap saja, sudah jadi masalah, dan itu sangat tidak mudah untuk menyelesaikannya."Mit!" seru Dinda memanggil Mita yang kini berada di dalam kamarnya. Ia mengetuk sekali lalu membuka pintunya. "Maafin suami gua, ya?! Dia emang gitu. Rada susah nyambung kalau soal beginian."Mita memutar tubuhnya. Ia mengabaikan celotehan Dinda soal sikap Arya barusan. "Lu ngerasain ada yang aneh kagak sama

    Last Updated : 2024-11-25

Latest chapter

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 18

    "Semua sama. Tidak ada perlakuan yang beda." Kembali Arya menegaskan perihal penundaan rekrutmen tenaga dosen di kampusnya.Indra menggigit sedikit bagian dalam bibirnya. Aura rektor muda di depannya sangat mendikte dirinya. Ia yang baru empat bulan diterima sebagai asisten dosen, harus berulang kali menelan salivanya. "Menjadi asisten dosen di kampus-?" Arya kembali mengangkat wajahnya dari lembaran curriculum vitae milik Indra."Baru lima bulan, Pak.""Dapat informasi darimana?" "Dari teman, Pak. Pak Subagyo adalah teman sharing saya di lembaga pendidikan Bahasa Inggris EFC. Karena beliau sering keluar kota mengikuti training, sehingga beliau membutuhkan seorang asisten dosen. Dan kebetulan, mata kuliah yang diampu Pak Subagyo adalah jurusan saya, saya menyambut baik tawaran itu."Arya mengangguk paham. Mungkin ia perlu membicarakan hal ini dengan Subagyo suatu hari nanti.Kening Arya mendadak berkerut sesaat. Ada hal menarik yang ia temukan. Namun, ia segera menepis pikiran buruk

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 17

    "Lu aman, Mit?" Keraguan Dinda kembali muncul. Ia khawatir."Amanlah. Kan udah gua bilang tadi? Don't worry. I am ok." Meski Mita memasang ekspresi sangat serius, DInda tetap saja dengan kecurigaannya."Ada apa, sih? Memangnya ada apa dengan Mita? Something happened?"Dinda tidak menjawab pertanyaan Fahri, melainkan kembali mengangkat kedua bahunya. "Nanti tanya Mita sendiri aja, deh. Entar saya salah.""Tsk Nggak ada apa-apa kok. Kita cuma mau bahas rencana bisnis kuliner. Itu aja. Aman karena Dinda kuatir jangan-jangan saya lupa dengan apa yang akan kami bahas nanti.""Bagus kalau begitu. Lebih cepat, lebih baik. Pekerjaan dan niat baik jangan ditunda-tunda, karena bisa saja itu menjadi penghambat kita untuk maju. Kalau bisa sekarang, mengapa tidak?" Arya akhirnya ikut bersuara. "Apakah ada perubahan rencana?" Fahri menarik piring berisi selat buah dari hadapan Mita dan mulai menikmati suapan demi suapan.Dinda berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan kakak iparnya."Gimana kasi

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 16

    Meja makan sudah penuh dengan masakan hasil kerja keras kakak beradik Fahri dan Arya. Sebelumnya, kehadran Mita dan Dinda tidak disambut baik. Keduanya diusir dari area dapur.Fahri dan Arya justru menyuruh Mita dan Dinda membersihkan diri. Mereka diijinkan turun jika meja makan sudah tertata sempurna lengkap dengan makanan di atasnya.Dinda berdecak kagum. Masakan yang terhidang di meja makan berhasil menarik perhatiannya dan ia menjadi tidak sabar untuk menjadi juri dadakan."Boleh dicicipii nggak?" Mita menatap penuh harap Fahri yang sedang melipat apron. Keadaan dapur pun sudah bersih seperti sedia kala. Tidak ada piring kotor atau sampah sisa yang tergeletak di dapur. Semua rapi dan bersih."Nikmat mana lagi yang kami dustakan ya Tuhan, punya suami keren begini..." ucap Dinda sambil mengitari meja makan.Mita manggut-manggut tanda setuju. "Tampan. Cerdas. Cekatan. Pintar masak. Baik hati dan tidak sombong. Paket lengkap beneran. Sama sekali nggak ada diskon yang patur berlaku d

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Ekstra Part 15

    "Bad day?" Arya menghela napasnya. "Apa mungkin saya memang tidak seharusnya menjadi rektor, ya? Menjadi pebisnis mungkin lebih cocok."Dinda tidak paham dengan kalimat Arya. "Hmm. Kalau kalimatnya dibuat sederhana gimana? Saya nggak paham."Arya menatap Dinda. Ia sadar jika Dinda sedang tidak baik-baik saja sehingga ia memutuskan untuk tidak meneruskan kalimatnya. "Lapar. Ayo, kita makan.""Belum masak tapi.""Iya. Kali ini, biar saya yang jadi tukang masaknya. Kamu cukup duduk menemani saya."Arya menarik tangan Dinda. Keduanya berjalan ke dapur. Suara Brilian dan Fahriza sama sekali tidak terdengar. "Kemana anak-anak? Kok sepi sekali.""Sedang ikut mama jalan-jalan. Nggak tahu jalan-jalan kemana."Arya tidak mengganti pakaiannya lebih dulu melainkan langsung mengeluarkan bahan-bahan yang diperlukan untuk memasak. Melihat suaminya yang langsung sibuk dengan perkakas dapur, membuat Dinda tidak tega. "Sudah-Sudah. Biar saya saja yang masak. Mas mandi dulu aja. Kecut!" Dinda mendoro

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 14

    "Gimana kalau kita jodohin dengan Bu Mega?"Wajah Dinda langsung berubah kaku dan dingin. Sama sekali tidak enak dipandang dan membuat suasana di ruang keluarga kediaman Broto menjadi tegang."Lu kalau becanda jangan kelewatan ya, Mit! Denger nama dia aja gua emosi, gimana lagi dengan keluarga gua?"Mita menggigit bibir bawahnya. Mulutnya sangat lancang mengutarakan ide gila yang tiba-tiba saja melintas di otaknya, hanya karena geram dengan ancaman Dani."Sorry, Din. Gua nggak ada maksud buat -" Mita menjadi salah tingkah."Lu udah kenal gua lama'kan? Harusnya udah sangat tahu dong, kalau gua masih nyimpen dendam ma dia dan sakit hati gua ke itu orang belum kelar?"Mita mengangguk berulang. Penyesalan selalu datang terlambat. Padahal, jujur dia tidak ada niat untuk membuat Dinda naik pitam lagi karena teringat sosok musuh bebuyutannya."Kalaupun dijodohin sama dia, gua percaya Dani pasti menolak mentah-mentah. Orang yang pernah bikin adiknya hampir gila, dia jadikan istri? Dia pasti me

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 13

    "Saya ingin berkonsultasi. Apakah Pak Arya ada waktu?" tanya Mega penuh harap.Arya tertegun sejenak. Ia masih belum menangkap maksud kedatangan wanita di depannya saat ini. Konsultasi apa yang dimaksud olehnya? Apakah dia mengambil program lanjutan? Atau konsultasi bimbingan yang artinya jika dia sudah lebih dulu mengambil program lanjutan? Jika memang sudah mengambil program lanjutan mengapa Rudy tidak memberitahunya?"Maaf. Saya tidak paham dengan maksud Bu Mega." Arya masih menganggap wanita itu sebagai rekan sesama pendidik, meski ia tidak lupa jika wanita di depannya ini adalah musuh bebuyutan sang istri. Arya secara diam-diam mengeluarkan ponsel yang baru saja ia masukkan ke dalam saku celana panjangnya. "Maaf, sebentar. Ada pesan yang masuk." Arya membuka ponselnya segera.Mega setia menanti. Ia tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Arya kembali ke mejanya dan membiarkan Mega tetap berdiri di depan pintu ruangannya. Sama sekali tidak memberi ijin agar wanita itu masuk ke rua

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 12

    "Pak Arya."Suara itu kembali terdengar hingga Dinda meletakkan minumannya di meja. Suara itu mengingatkannya pada seseorang. Mita tidak kalah terkejut. Wajahnya tampak tegang dan sedikit panik. Pertanyaan besar muncul di benaknya. "Beneran itu doi?" tanya Mita pada Dinda yang bergeming dengan dahi berkerut. Arya berdeham sebelum membuka pintu ruangannya. Sosok Mega Sandrina berdiri kaku di depan pintu begitu mengetahui jika ada orang lain di ruangan itu."Maaf! Rupanya sedang ada tamu. Mungkin lain waktu saja saya datang lagi." Mega langsung putar haluan. Melihat Dinda yang menatap dirinya dengan begitu tajam, ditambah lagi Mita yang disertai wajah garangnya, Mega memilih langkah aman. Lebih baik ia menghindar daripada terlibat masalah dengan istri pemilik kampus. Arya tidak berkata apapun. Ia menatap kepergian Mega tanpa ekspresi, lalu menutup kembali pintu ruangannya. "Anggap saja itu intermezo. Iklan memang seringnya datang tanpa diundang.""Beneran'kan yang gua bilang kemarin,

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 11

    "Mega Sandrina," gumam Arya pelan. "Apa yang dia lakukan di sini?"Arya terus mengamati gerakan Mega yang masih asyik berbicara dengan sekumpulan mahasiswa. Tidak lama kemudian, Mega berbalik kembali masuk ke mobil putihnya. Mobil itu berjalan pelan keluar dari area koperasi mahasiswa, lalu melesat ke arah fakultas ekonomiKening Arya kembali mengernyit. "Kenapa ke fakultas ekonomi? Jangan-jangan dugaan Dinda benar?"Sosok pria yang pernah dengan Arya sewaktu mereka di Inggris, ternyata tidak mengarah ke Arya. Pria itu masuk ke koperasi mahasiswa lalu mengeluarkan beberapa lembar kertas untuk digandakan. Arya kembali menjalankan mobilnya. Pikirannya dipenuhi dengan nama Mega. Apa yang perempuan itu lakukan di kampus ini? Pertanyaan ini terus hilir mudik di kepala Arya, membuat dirinya tidak sabar untuk menghubungi Rudy."Ya. Selamat Siang, Pak Arya.""Ada Mega Sandrina di kampus. Apakah ada tujuan dirinya kembali kemari?"Rudy terkejut. "Bu Mega? Mega Sandrina maksud Pak Arya?""Betu

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 10

    Arya mengusap lembut kepala Dinda. "Bagaimana ya mengatakannya?" Arya bersikap seolah dirinya berada dalam kebingungan yang sangat. Sayangnya, itu tidak berlangsung lama. Wajah panik Dinda membuatnya urung meneruskan drama dadakannya."Bukan soal siapa atau orang, melainkan mengapa perekrutan itu dilakukan ketika saya masih berada di luar negeri."Arya mengajak Dinda untuk duduk di sofa yang memang sengaja diletakkan di samping pintu balkon kamarnya."Siapa?" Dinda menjadi penasaran."Siapa lagi kalau bukan mereka yang ada di kampus."Dinda mencebikkan bibirnya. "Kalau nggak niat cerita ya udah nggak usah cerita. Saya kan jadi sebel." Dinda melepaskan pelukan Arya."Yaaa, kenapa marah?" Arya tidak mengerti dengan perubahan ekspresi di wajah Dinda yang begitu drastis. "Nggak marah, cuma kesel. Sebel." "Merasa kesel dan sebel pasti ada alasan di belakangnya. Apa itu tidak sesuai dengan tebakan kamu?"Dengan polosnya, Dinda mengangguk. "Saya kira dia yang malas saya sebutkan namany

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status