Mobil Alona berhenti di depan mansion. Wanita itu tidak segera turun tapi dia menatap bangunan mewah di hadapannya itu sebelum turun dari mobil.Ada rasa sakit hati yang dia simpan di dalam hatinya. Tok...tok... Alona turun dari mobil dan hal yang pertama dia lihat adalah wajah Lily yang sedang tersenyum ke arahnya. Pelayan pribadinya itu menyambut kedatangan dirinya dengan ramah. "Anda baik-baik saja?"Lily menghampiri Alona dengan senyuman yang tidak pernah luntur. "Bagaimana kalau kita berjalan jalan ke taman?"Ajak Alona yang langsung di iyakan oleh Lily.Keduanya pun menuju ke taman sambil mengobrol.Lily menyadari kesedihan yang di rasakan oleh Alona tapi dia juga tidak ingin bertanya lebih dulu. Di belakang mereka,ada Louis yang mengikuti mereka sedari tadi.Sepertinya pria itu ingin mengatakan sesuatu. "Boleh aku bergabung?" Kedatangan Louis yang secara tiba-tiba mengalihkan perhatian kedua wanita cantik itu. Lily menatap ke arah Louis dengan tatapan yang begitu dal
Obrolan tuan Jhon dan tangan kanannya teralihkan ketika mendengar bunyi ponselnya. Tuan Jhon menatap ke arah tangan kanannya yang sedang bersiap untuk mengangkat panggilan teleponnya. "Tuan Mahardika meninggalkan kediaman nya dan sepertinya dia menuju ke sebuah pulau terpencil. "Tangan kanan tuan Jhon memberikan laporan begitu selesai mengangkat panggilan telepon dari anak buahnya. "Ikuti pria paruh baya itu. Apa mungkin dia menyembunyikan Angelina di sana?" Angelina adalah nama ibu kandung Alona dan Louis. Selama ini tuan Jhon ingin melupakan nama itu dan tidak ingin menyebut nama itu lagi tapi nyatanya dia mengharapkan wanita itu setelah dia mengetahui jika tuan Mahardika menyia-nyiakannya. "Apa aku bisa berharap dengan mu?"Batin tuan Jhon dengan harapan yang besar. Sementara itu di sebuah jalan raya,tuan Mahardika melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju ke suatu tempat.Pria itu datang sendirian tanpa di temani oleh sekertarisnya yang begitu setia menemaninya.
Tiga puluh menit berlalu,Lily meninggalkan mansion milik Alex.Wanita itu terlihat memiliki begitu banyak beban pikiran saat ini. Paman Jack mengantar kepergian keponakannya dengan tatapan penuh kekhawatiran. Pria paruh baya itu tampaknya mengkhawatirkan sesuatu hal. Di dalam kamarnya,Alona memandang kepergian Lily melalui jendela kamarnya. Wanita itu yakin jika sesuatu terjadi kepada Lily tapi wanita itu tidak ingin mengatakannya. "Ada apa sayang?Aku dengar dari Paman Jika Lily meninggalkan mansion. Apa ada sesuatu hal yang penting?"Alex memeluk erat istrinya. "Entahlah sayang.Tapi aku yakin jika Lily memiliki masalah. Hanya saja dia tidak ingin mengatakannya. "Ucap Alona tersenyum kecil menatap ke arah luar jendela. "Mungkin paman Jack tahu." "Mungkin saja." Obrolan Alex dan Alona berlangsung cukup lama.Pasangan itu membicarakan tentang kehidupan mereka sebelum bertemu. Malam harinya.... Di sebuah rumah yang berada di sebuah pulau. Seorang wanita paruh baya tengah
"Tuan kami ingin mentraktir kalian."Ucap pria yang menghampiri Aghata dan teman temannya. Aghata dan teman temannya menoleh ke arah pria yang sedang menatap ke arah mereka. Aghata membalas senyuman pria itu dan menghentikan kegiatannya. "Sepertinya dia tertarik kepada mu Aghata. Aku melihat dia sedari tadi mengamati wajah mu."Ucap teman Aghata tersenyum kecil. "Kita lihat. "Aghata menghampiri pria tersebut dan tersenyum kecil. "Duduklah nona yang manis.Aku akan mentraktir kalian malam ini.Kalian bebas minum sepuasnya."Ucap pria itu tersenyum tipis. Aghata mengamati penampilan pria di hadapannya itu. Sepertinya pria itu memiliki usia yang sama dengan Alex.Di lihat dari barang barang yang dia kenakan Sepertinya dia cukup kaya. Aghata tersenyum kecil dan mengangkat gelasnya bersulang kepada pria di hadapannya itu.Pria itu tentu saja akan menerimanya dengan senang hati. Sementara itu di mansion Alex,Louis tengah berdiri di depan pintu kamar Lily. Tangan kanan Alex itu sa
Ke esokan paginya... Tuan Mahardika beranjak dari tempat tidurnya setelah mendapatkan laporan dari anak buahnya.Pria paruh baya itu tampak begitu kesal ketika mengetahui informasi tersebut dari anak buahnya. Tuan Mahardika segera meninggalkan kediamannya dan menuju ke tempat tersebut. Sepanjang perjalanan tuan Mahardika sudah menerka nerka siapa yang akan melakukan hal itu kepadanya. "Brengsek!"Tuan Mahardika mengepalkan tangannya karena kesal. Selama puluhan tahun lamanya,mereka tidak pernah meninggalkan tempat itu tapi kenapa sekarang mereka bisa kabur.Tuan Mahardika yakin jika ada seseorang yang membebaskan hal itu. Satu jam berlalu,kini tuan Mahardika tiba di depan rumah tersebut. Begitu turun dari mobil,tuan Mahardika hanya melihat anak buahnya yang sedang menunduk wajahnya. Mereka sudah mengetahui kesalahan mereka masing-masing. "Maafkan kami tuan.Kami tidak pernah menyangka jika hal ini akan terjadi.Selama puluhan tahun lamanya,hal itu tidak pernah terjadi.Bahka
"Itu tidak akan pernah terjadi.Apa kalian berdua ingin hidup bersama?"Tuan Mahardika tampak begitu murka saat ini. "Bagaimana dengan mu Mahardika?Kamu mengurungku selama puluhan tahun lamanya dan selama itu juga kamu hidup bersama dengan wanita lain.Kamu menelantarkan anak anak ku.Kamu yang menipuku Mahardika,aku bersedia menebus kesalahan yang di lakukan oleh orang tua kita tapi apa balasan mu kepada ku?Kamu yang seorang penipu.Kamu menghancurkan masa depan kedua anak ku.Bagaimana dengan putri kita,jelas kamu tahu jika dia darah dagingmu."Angelina terlihat begitu murka saat ini. Wanita paruh baya itu terlihat begitu murka setelah mengetahui semua kebenarannya dari tuan Jhon.Dia sudah mengorbankan hidupnya selama ini karena kebodohannya sendiri. "Seharusnya aku tidak mempercayai mu Mahardika. Tidak Seharusnya aku mengorbankan hidup ku kepada mu.Kamu menelantarkan kedua anak ku.Kamu laki-laki yang tidak punya hati."Angelina benar-benar mengeluarkan semua kekesalannya kepada pria
Sementara itu di ruangan sebelah,Alona dan Louis berdiam diri di tempatnya. Mereka terlihat begitu gugup saat ini.Keduanya saling memandang satu sama lain. "Maaf bu,tapi seseorang ingin bertemu dengan anda."Ucap Alex yang terdengar oleh Louis dan Alona. Tuan Jhon dan tuan Mahardika yang tidak tahu apa-apa hanya memandang ke arah Alex.Kedua pria paruh baya itu sepertinya sudah menebak siapa yang ingin bertemu. "Siapa nak?"Angelina bertanya dan menatap ke arah Alex. "Mereka sudah di sini." Alex meraih ponselnya dan dalam beberapa menit kemudian,pintu ruangan tersebut terbuka.Semua orang berbalik dan menatap ke arah Louis dan Alona yang tengah berdiri di depan pintu. Angelina yang melihat Alona dan Louis tidak bisa menahan diri. Wanita paruh baya itu menjatuhkan air matanya tepat di hadapan mereka semua. "Apa mereka?"Angelina menatap ke arah Alex dengan air mata yang sudah berlinang dan membasahi pipinya. "Dia putra dan putri anda."Jawab Alex tersenyum kecil. Angelina
Satu jam berlalu,kini mereka semua kembali ke dalam ruangan.Tuan Mahardika terlihat banyak diam dan tidak bisa mengatakan sepatah kata pun di hadapan putrinya. "Kemana hati nurani ayah?Kenapa ayah begitu tega melakukan hal itu kepada kami?Kenapa ayah?"Alona menatap ke arah ayahnya yang kini berhadapan dengannya. Tuan Mahardika hanya diam dan tidak tahu harus mengatakan apa kepada putrinya.Dia tidak tahu harus mengatakan apa kepada putrinya. Rasa bersalah,jelas ia rasakan terhadap putrinya. "Lepaskan ibu,biarkan ibu hidup dengan damai di sisa hidupnya. Jangan menjadi orang yang begitu egois ayah.Ayah punya mamah Laura dan Aghata tapi ayah juga tidak ingin melepaskan ibu.Bukan kah ayah terlalu serakah?"Ucap Alona kembali dengan mata yang tampak berkaca-kaca menatap ke arah sang ayah. "Jangan membujuknya nak.Meskipun ayah mu tidak mengizinkannya,aku akan tetap meninggalkan ayah mu.Ibu sudah cukup lama menderita karena ayah mu.Tapi dia sama sekali tidak menepati janjinya."Ucap An
Kini Angelina seorang diri di dalam kamarnya ketika putra dan putrinya pergi dan kembali ke kamar mereka masing-masing. "Semoga kalian bahagia dengan pasangan kalian nak.Jangan seperti ibumu ini yang begitu menyedihkan. "Gumam Angelina dengan tatapan sendu. Satu minggu berlalu... Louis dan Lily kini sudah menentukan tanggal pernikahan mereka berdua.Kini mereka sedang berada di dalam sebuah toko pakaian. Lily dan Louis ingin melakukan fitting baju pengantin di sebuah toko ternama di kota itu.Lily sebagai seorang wanita terlihat begitu antusias.Berbeda dengan Louis yang menyerahkan semuanya kepada Lily. Louis sama sekali tidak mengerti tentang hal seperti ini. Dia memilih untuk mengikuti apa pun yang dipilih oleh sang kekasih. Dua jam berlalu,Louis dan Lily meninggalkan tokoh.Keduaanya kembali menuju ke sebuah restoran. "Apa kamu suka dengan restoran ini?"Louis bertanya kepada Lily. "Terserah kamu saja,yang penting perut ku kenyang.Aku sudah lapar sejak tadi."Lily ters
Louis terdiam sejenak dan hanya menatap wajah ibunya.Tidak beda jauh dengan sang ibu,wanita paruh baya itu juga menatap ke arah dirinya. "Apa ibu mengingat ini?"Louis meletakkan syal yang di berikan oleh Lily tadi. Angelina mengambil syal tersebut dan tersenyum kecil. Dia jelas masih mengingat dengan jelas syal miliknya. "Ini adalah syal yang kupakai saat terakhir kalinya kita bertemu.Aku tidak sadar telah menjatuhkannya."Ucap Angelina menatap sendu ke arah putranya. Dia tidak pernah melupakan pertemuan terakhirnya dengan putranya di taman.Dia tidak menyangka jika dia akan berpisah dengan putranya dengan waktu yang cukup lama. "Aku menemukannya saat mencari kalian.Aku menunggu cukup lama di taman dengan membawa syal ini. Aku menunggu sampai sore tapi kalian tidak kunjung datang. Hingga tuan Mahendra datang dan berbicara kepada ku.Kami mengobrol dengan waktu yang cukup lama di taman dan tuan Mahendra membawa ku ke mansion miliknya. " Louis masih ingat dengan jelas hal itu
Di tempat lain tepatnya di restoran,Louis dan Lily masih saja berada di tempat itu. Keduanya mengobrol dengan santai dan terlihat begitu serius. pasangan itu terlihat begitu betah berada di tempat itu.Keduanya mengobrol dengan begitu santainya "Aku tahu ini bukan momen yang pas tapi ini adalah tempat yang memberiku banyak kenangan. Menikah lah dengan ku Lily. " Louis mengeluarkan sebuah cincin yang berada di saku Jasnya. Sedangkan wanita yang dia lamar hanya menatap dirinya dengan penuh keheranan. Lily sedikit terkejut sekaligus heran dengan pengungkapan Louis yang secara tiba-tiba kepada dirinya. Pria itu bahkan tidak mengatakan hal hal yang romantis tapi dia langsung melamar dirinya dengan sebuah cincin berlian yang tampak begitu mewah. "Kenapa bengong sayang?"Louis kembali bertanya setelah melihat wanita yang dia cintai hanya terdiam dan menatap ke arah cincin di hadapannya itu. "Ini Sangat tiba tiba. Aku bahkan tidak menyangka jika kamu akan melamar ku secepat ini. "
"Ada apa sayang?"Alex bertanya ketika melihat istrinya melamun kan sesuatu . "Tidak ada apa-apa. Ayo kita turun."Ajak Alona yang segera turun bersama dengan putranya dan suaminya. Kelvin menggandeng tangan mommynya turun dari mobil.Bocah laki-laki itu terlihat begitu antusias begitu turun dari mobil. Kelvin menggandeng tangan Mommy dan daddy memasuki restoran. Bersamaan dengan Alex membuka pintu.Kelvin berteriak memanggil neneknya. "Nenek. "Panggil Kelvin yang langsung mengalihkan perhatian kedua orang tuanya. Seketika Alona dan Alex menoleh ke belakang. Alex tersenyum tipis ketika melihat ibu mertuanya bersama dengan tuan Jhon. Sedangkan Alona tampak bingung melihat ibunya bersama dengan seorang pria. Sedangkan Angelina yang melihat putrinya terlihat begitu malu.Dia sudah setua itu tapi masih berharap bisa bersama dengan orang yang dia cintai. Angelina belum mengerti sepenuhnya tentang sifat putrinya. Alona bukanlah orang yang berpikiran sempit.Dia tidak mungkin menen
Deg... Lily merasakan detak jantungnya berpacu dengan begitu cepatnya.Lily bahkan menggosok matanya untuk memastikan jika dirinya tidak salah lihat tapi nyatanya pria yang baru masuk itu adalah orang yang begitu penting di dalam hidupnya. Lily terus menatap ke arah pria yang sama sekali tidak melihat ke arah dirinya.Detak jantungnya tidak bisa beraturan saat ini. Wanita itu tampak begitu syok melihat ke arah Pria yang berjalan ke arah meja yang selalu di tempati oleh orang yang begitu ia kagumi. Lily sudah lama tidak melihat pria itu,dia bahkan sudah tidak ingat dengan wajahnya tapi dia yakin jika dia melihat pria itu lagi,Lily yakin jika dia bisa mengenalinya tapi nyatanya tidak. "Apa itu dia?Apa mereka adalah orang yang sama?Tapi kenapa aku tidak mengenalinya?Pantas saja aku merasa familiar dengan mu,rupanya kalian adalah orang yang sama."Batin Lily terus memandangi pria di hadapannya itu. Pria itu pun menoleh ke arahnya dirinya ketika dia menyadari jika hanya ada dua
Tok...tok... Lily segera menghapus air matanya begitu mendengar suara ketukan pintu kamarnya.Wanita itu melangkahkan kakinya untuk membuka pintu. "Paman Jack."Lily tersenyum kecil memandang ke arah pria paruh baya itu. "Boleh Paman masuk nak?"Tanya Paman Jack kepada keponakannya. "Silahkan masuk Paman." Lily melangkah masuk ke dalam kamar miliknya,di susul oleh Paman Jack. Keduanya duduk di sofa dan tentu saja Paman Jack membuka pembicaraan terlebih dahulu. "Bagaimana keadaan mu nak?" "Aku sudah membaik Paman." "Bagaimana kalau kita ke mengunjungi makam kedua orang tuan mu besok nak?Paman sudah meminta izin kepada tuan Alex dan tuan Alex mengizinkan kita untuk pergi."Ucap Paman Jack memberi tahu keponakannya. "Terserah Paman saja.Lily ikut saja dengan keputusan paman." Obrolan Keduanya tidak berlangsung lama. Paman Jack meminta keponakannya untuk beristirahat.Paman Jack meninggalkan kamar keponakannya setelah mengatakan apa yang ingin dia katakan. Ke esokan...
"Apa kamu Bersedia untuk menerima ku?"Louis kembali bertanya setelah Lily terdiam. Louis kembali melirik ke arah wanita di sampingnya. Wanita itu masih saja terdiam setelah mendengar ucapan Louis. "Baiklah. Mari kita jalani hubungan ini.Kita tidak tahu sejauh mana kita bisa bersama tapi aku berharap jika kita bisa hidup bersama sepanjang masa."Ucap Lily tersenyum tipis. "Jika itu harapan mu maka aku juga berharap demikian. "Ucap Louis tersenyum tipis. "Aku selalu mengharapkan sesuatu yang baik untuk kita.Aku selalu memimpikan sesuatu yang baik dan selalu memiliki harapan yang tinggi." Keduanya tersenyum setelah percakapan singkat mereka berdua.Mereka berdua memiliki harapan yang sama yaitu saling berbahagia. Louis mengeluarkan sebuah cincin beberapa menit setelah Lily bersedia menerima dirinya. Pria itu memasangkan cincin itu di jari manis wanita yang di cintainya itu. "Terima kasih. Ini Sangat cantik. "Ucap Lily tersenyum kecil memandang cincin pemberian Louis. L
"Paman akan mengambilkan makanan nak.Kamu harus memulihkan tenaga mu secepatnya."Ucap Paman Jack tersenyum tipis. Pria paruh baya itu melangkahkan kakinya keluar dari kamar.Paman Jack menuju ke arah dapur untuk mengambil makanan. "Paman Jack. "Panggil Lily. "Kenapa turun nak?" "Aku baik-baik saja Paman. Paman tidak perlu repot repot mengantarkan makanan ke kamar ku."Ucap Lily duduk di meja. "Paman sama sekali tidak merasa di repotkan nak." Paman Jack meletakkan makanan di depan keponakannya. Pria paruh baya itu bahkan menyiapkan buah yang sudah dia kupas sendiri. "Terima kasih Paman. "Lily menyantap makanan yang di berikan oleh Paman Jack dengan lahapnya. "Baru kali ini Paman melihat mu makan dengan begitu lahapnya nak.Paman senang melihat mu seperti itu. "Ucap Paman Jack tersenyum tipis memandangi wajah cantik keponakannya. "Di mana semua orang?" Paman Jack dan Lily berbalik setelah mendengar pertanyaan dari seseorang di belakang mereka. "Tuan,semua orang s
Tok..tok.. Kelvin kembali berlari membuka pintu. Kali ini Kelvin melihat kehadiran neneknya lagi. "Hallo nenek. " "Hallo sayang.Di mana Mommy mu?" "Di dalam bersama dengan nenek. "Jawab bocah laki-laki itu menarik tangan neneknya. Bibi Alice masuk ke dalam kamar dan melihat kehadiran besannya dan juga menantunya yang sedang asyik mengobrol. "Hallo bu."Sapa Alona tersenyum kecil ke arah mertuanya. "Hallo sayang." "Duduklah Alice." "Hmmm." Ketiga wanita itu kembali mengobrol dengan santai dan membiarkan bocah laki-laki itu bermain sendirian.Kelvin sendiri sibuk dengan mainnya seorang diri. "Boleh nenek menemani Kelvin bermain?"Angelina menghampiri cucunya yang sedang asyik bermain seorang diri. "Apa nenek tidak mengobrol?" "Nenek ingin bermain bersama dengan Kelvin. " "Baiklah jika nenek mau.Kita bisa bermain bersama. " Satu jam berlalu,Pintu kamar kembali terbuka. Kali ini Alex yang sedang melangkah masuk ke dalam kamar. Pemimpin Black Dragon itu seke