Bab 28 Di Rumah Mertua
'Aku bingung mengatasi perasaanku, bagaimana mungkin semua orang menyambutku dengan senyuman hangat bagai anak yang telah lama hilang lalu kembali pulang?'
(Hana A. Divandra)
****
Yori membantu Hana mengepak barang bawaan. Istrinya bersikeras menyiapkan semuanya meski Yori sudah berupaya untuk menyelesaikannya sendiri. Beberapa pakaian Yori kini sudah berpindah ke dalam koper besar di kasur.
Setelah melewati sarapan dengan perasaan terharu sekaligus suka cita, kini Hana malah berubah menjadi canggung di hadapan Yori. Perhatian keluarga suaminya itu memukul rasa malu hingga ke puncak hati nurani. Wanita itu memilih mana pakaian yang akan dibawa Yori dengan bibir membisu.<
Bab 29. Rumah Baru, Status Baru'Rasa syukur kini kupanjatkan kepada Tuhan, karena sungguh bertemu denganmu adalah hal yang tidak pernah kubayangkan, Yori.'(Hana A. Divandra)*****Hana mengikuti langkah Yori ke lantai atas. Rumah yang kini mereka tinggali merupakan rumah tiga lantai yang mana bagian atas digunakan untuk ruang keluarga dan rooftop. Sengaja Harry membangun desain seperti itu karena merasa bahwa cucu2nya kelak membutuhkan ruang terbuka yang aman nantinya selama tinggal di kompleks perumahan kota besar.Hana berjalan dengan mata masih memindai ruangan yang masih kosong. Yori bahkan sesekali melirik raut wajah sang istri yang menurutnya menyukai rumah tinggal mereka. Awalnya ia m
Bab 30. Sebatas Sahabat'Biarlah semua berjalan apa adanya, karena bagiku yang terjadi setiap waktu merupakan sebuah anugerah.'(Yori. K. Hirata)*****Yori melepaskan sepatu di depan pintu luar rumah. Bertukar dengan memakai sandal yang berada di rak teras, ia pun meletakkan benda berwarna gelap mengkilap itu di sana.Pria itu mendapati rumahnya tampak sepi, meski lampu sudah menyala terang tetap saja tanpa sambutan dari sang istri rasanya ada yang kurang. Senyuman Hana selalu terbayang dalam pelupuk mata.“Hana?” panggil Yori saat memasuki rumah.
Bab 31 Kebersamaan Yori dan Hana'Kebahagiaan ini janganlah sampai berakhir.'(Yori K. Hirata)*****Yori dan Hana kini tengah berada di toko yang menyediakan aneka furniture lengkap dan terbesar di kotanya.Hana sibuk memilih dengan beberapa kali berpindah tempat setelah mengetahui harganya. Yori hanya diam mengamati tingkah Hana dengan hati geli."Bagus, ya?" tanya Hana memandang wajah Yori yang mengangguk berulang. Salah satu sofa dengan warna cokelat muda menjadi pilihan Hana. Bila dirasakan sejak tadi, Yori menyadari bahwa favorit Hana merupakan warna yang kalem. Entah itu bagian dari suramnya masa lalunya atau karena memang dirinya tipe wanita yang tidak suka hal yang mencolok. Yori hanya bisa menduga-duga.
Bab 32 Setitik Rasa'Pertemuan ini memberikan fakta bahwa sepertinya aku berada di tempat yang salah.'(Hana Aulia)****Tawa riuh terdengar. Sangat asyik memang bagi yang bisa masuk ke dalam pembahasan. Namun, tidak bagi Hana. Gadis cantik itu lebih banyak menyimak. Sesekali hanya memberikan balasan senyuman kepada Yori yang berupaya untuk mengajaknya mengobrol juga.Hana sadar, tanpa pendidikan yang mumpuni ia tidak layak masuk ke dalam lingkaran pertemanan Yori dan kawan-kawannya. Ia hanyalah wanita gagal dalam bidang apa pun termasuk hidup, karir, dan cinta.Setelah meminta izin kepada Yori, akhirnya Hana bisa bernapas lega setelah masuk ke dalam kamar mandi. Ia bukan perempuan
Bab 32 Canggung'Rasanya gila, tak kusangka kamu pun merasakan apa yang kurasa.'(Yori K. Hirata)****Usapan lembut berkabut asmara. Yori merasakan sensasi ingin lebih dan lebih. Memagut lembut dengan mengecap rasa manis sungguh memabukkan untuk bergerak lebih liar dari yang ia rencanakan.Sejatinya ia hanya akan mengeluarkan apa yang ada di hatinya dengan bahasa fisik. Namun, mendapatkan balasan dari Hana malah semakin membuatnya bergolak untuk terus dan terus tidak terkendali.Tanpa disadari kini tubuh Yori mulai merangkak naik, menindih tubuh Hana yang mulai kehilangan akal juga akibat kemarahan yang me
Bab 34 Bersama Sahabat 'Bila jatuh cinta sesakit ini, aku berjanji akan menyingkirkan perasaan itu dari kamus hidup hingga aku menutup lembaran kehidupan.' (Hana Aulia) **** Lusi terus saja memasukkan beberapa sayur ke dalam troli yang didorong Hana tanpa minat. Semua draft bahan masakan yang sejatinya akan dibelinya, kini seolah lenyap terbawa oleh pikiran buruk yang tiba-tiba menyergap. Hana menghela napas. Membaurkan diri bersama beberapa pengunjung supermarket yang juga sedang belanja dengan pura-pura memilih beberapa jenis buah. Menimbang berapa beratnya kemudian memasukkan ke dalam troli agar Lusi tidak mencurigai sikapnya yang mendadak
Bab 35 Celah Untuk Menghianati Cinta'Ketika ada celah, kumohon jangan pernah menggunakannya untuk membuatku kecewa.'(Hana Aulia)****Hening, Yori tidak segera menyahut pertanyaan Hana. Perempuan itu pun segera melanjutkan makan bersama rasa kecewa. Apa asumsinya kini benar? Yori memang tengah bersama Adelia dan sebagai bukti bahwa foto hari ini adalah nyata bukan merupakan memori mereka? Hana menelan rasa penasaran dalam dirinya.“Aku tadi sebenarnya sudah pulang jam empat, cuma ....”Hana melirik sekilas, kemudian meneguk minumannya tanpa menyela ucapan Yori yang tampak ragu. Ia tidak mau apa yang ia terka keluar dari mulutnya sendir
Bab 36 Kekecewaan Mendalam'Semakin aku kecewa, semakin pula aku menjauh.'(Hana Aulia)*****Hari sudah malam ketika Hana selesai memindahkan barangnya ke dalam kamar yang nanti rencananya akan ia tempati. Ia memilih ruangan yang memperlihatkan view bagian taman samping. Menurutnya itu sangat sempurna. Ia juga berharap Yori tetap setuju karena belum meminta pendapatnya terlebih dulu.Furniture yang dibeli sudah datang tepat pukul sepuluh pagi tadi. Hana segera menyiapkan diri untuk pindah seandainya kamarnya sudah siap.“Kamu yakin pak Yori sudah pulang?” tanya Hana ketika menghubungi pihak kantor suaminya setelah pukul
Bab 64. Kebahagiaan Yang Sempurna'Virus cinta menginfeksi tubuh berpusat pada hati. Campuran dari rasa kagum, cemburu, egois, sayang, dan juga rindu. Ia kuat, tetapi mampu merapuhkan. Ia ramah, tetapi sanggup menghancurkan. Hitam putih warnanya tergantung pada siapakah kita letakkan biangnya.'(Syala Yaya)*****Delapan bulan sudah berlalu, hidup berjalan dengan indah. Saat ini pasangan itu sedang menunggu kelahiran buah cinta mereka yang akan terlahir dua minggu lagi. Keduanya disibukkan dengan persiapan untuk menyambut dengan mendesain ulang kamar. Hana sangat antusias, tidak kalah dengan keluarga Yori yang kini sering berkunjung ke rumahnya.Setelah m
Bab 63. Menikmati Kesabaran.'Tidak ada yang menang ketika memilih jalan untuk melepaskan genggaman silaturahmi. Keindahan saat kebersamaan terjalin harus pupus oleh keegoisan karena memaksakan keadaan untuk bisa memiliki.'(Syala Yaya)****Hana memandang Yori dalam diam. Ia lebih banyak menyimak obrolan mertuanya yang heboh dalam memilih nama yang kelak akan diberikan kepada calon anaknya kelak. Sebenarnya ia cukup bingung untuk ikut berkomentar. Ini bahkan terlalu cepat untuk membicarakan masalah itu berhubung kehamilannya baru menginjak enam minggu.“Cowok apa cewek, ya?” oceh Ayu belum berhenti berspekulasi.
Bab 62. Kabar Bahagia.'Kebahagiaan tidak bisa diukur dari materi. Setiap saat bisa memeluk, mencium, dan mengucapkan selamat pagi saja rasanya sudah cukup.'(Hana Aulia Divandra)****Hari-hari berlalu dengan begitu cepat. Minggu berganti bulan dan semua bahkan tidak menyadarinya.Hana lebih sering ke rumah sakit untuk menemani ayahnya. Sambil menunggu kemoterapi dan berbagai pengobatan sebelum mendapatkan donor hati yang cocok, Hana pun mengisi waktunya dengan membuat gambar desain. Iwan yang melihat begitu seriusnya Hana bekerja, mendadak menitikkan air mata diam-diam. Seorang anak yang sering ia maki dengan kata-kata tidak pantas hanya karena tidak ko
Bab 61. Hidup Dengan Perasaan Damai'Bila bibir masih mampu mengucapkan kata maaf dan sayang, maka lakukanlah. Sungguh, sebenci apa pun pada seseorang, dia masih memiliki hak untuk diberi kesempatan yang ke dua.'(Syala Yaya)****Hana mematung di ambang pintu. Ia tidak pernah dekat lagi dengan papahnya sejak mamah meninggal. Dunia mereka berdua seakan tersekat waktu dan keadaan. Hana merasa papah sudah membangun dunianya yang baru hingga sulit baginya untuk ikut masuk ke dalamnya.Hana menatap sekeliling ruang, tampak kosong. Perempuan itu pun sadar, Mila sama sekali tidak merawat papahnya. Kakinya pun kini melangkah maju untuk me
Bab 60. Mengakhiri perang dingin.'Memaafkan masa lalu adalah cara efektif untuk membuang bayangan kelam saat menatap masa depan.'(Syala Yaya)*****Begitu tiba di rumah, Hana segera bergegas menghubungi papahnya. Tubuhnya sebenarnya cukup letih, tetapi wajah Yori lagi-lagi membuatnya terus bertanya-tanya. Ada apa dengan papahnya? Sayang sekali, kemudian ia pun memutuskan hubungan sepihak saat terdengar dari seberang suara papahnya menyahut panggilan.“Aku pergi sebentar, ya. Istirahatlah,” pamit Yori kemudian bergegas pergi.Yori segera menerima
Bab 59. Bulan Madu 2'Jangan pernah lari dariku. Secepat apa pun kamu menghilang, aku akan tetap menemukanmu.'(Yori Kristian Hirata)*****Malam bertabur bintang. Cuaca sangat bagus untuk makan malam di teras yang terletak di samping area kamar dengan suasana terbuka dan menyatu dengan taman.Hana sudah siap, duduk berhadapan dengan Yori. Keduanya saling menautkan jemari tangan di atas meja. Saling memindai wajah satu sama lain diiringi senyuman. Mata berkabut asmara sangat terlihat jelas dari keduanya saat saling memandang.“Terima kasih sudah bersedia menjadi bagian dari hidup Yor
Bab 58. Bulan Madu'Cinta, kenapa bisa seindah ini. Bila aku tidak pernah merasakan sakitnya saat putus, sudah kupastikan akan menggenggam cinta selamanya.'(Hana Aulia Divandra)****Keesokan harinya Hana dan Yori berangkat ke Gili Trawangan. Memilih tempat destinasi wisata tersebut karena sang bunda sudah menyewakan sebuah resort khusus berada di pantai sangat terpencil. Yori sangat kagum dengan keromantisan ayah dan bundanya saat berlibur. Pria itu tidak menyangka mereka berdua memiliki selera yang sama uniknya.“Bunda kamu keren,” bisik Hana ketika mereka berdua sudah dijemput oleh pihak resort setelah menggunakan fast boat dari Pelabuhan
Bab 57. Resepsi Pernikahan'Izinkan aku sekali lagi untuk mengukuhkan, betapa berharganya kamu di dalam hidupku.'(Yori Kristian Hirata)*****Ballroom Hotel Santosa.Tidak seperti bulan lalu saat perayaan ulang tahun Yori yang ke-24. Kali ini acara digelar untuk resepsi pernikahan Yori dan Hana yang akadnya telah dilangsungkan bulan lalu di tempat yang sama.Yori dan Hana terlihat bahagia saat menyalami tamu yang hadir untuk memberikan ucapan selamat pada mereka. Sengaja tidak menerima kado maupun sumbangan. Dalam acara malam ini keluarga Hirata menggunakan momen itu dengan mengajak para tamu undanga
Bab 56. Posisiku Sangat Berarti'Saat cinta sudah mulai tumbuh, kumohon tidak akan ada lagi halangan yang bisa memisahkan kita. Aku dan kamu selamanya. Menunggu malaikat kecil yang akan menyempurnakan kisah perjalanan rumah tangga kita.'(Yori Kristian Hirata)****Hana memasukkan suapan besar ke dalam mulutnya. Merasai setiap sensasi kuah menyegarkan yang menggoyang lidah. Sangat menyenangkan dan membuatnya senang. Makanan kesukaan mamahnya.Kerinduan pada sang mamah yang tiba-tiba menyentuh kalbu Hana, bukan lagi kesedihan melainkan perasaan cinta yang menggebu. Yori pun ikut memesan menu sama seperti Hana, menatap bahagia perempuan itu. Hana malam ini makan dengan sangat lahap