Share

Lebih galak-an pelakor

Lemas lututku mendengar ancaman Yuni. Tatapannya saja sudah mengintimidasiku, seakan mampu melahapku hidup-hidup.

Jika saja aku tidak berpegangan pada pinggiran meja, mungkin tubuhku sudah tersungkur ke lantai.

‘Benar kata Mbak Jum, Yuni bukan tandinganku. Nyalinya terlalu besar untuk bisa kulawan sendiri,’ batinku.

Refleks aku beringsut mundur untuk memberi jarak dengannya, cemas jika tiba-tiba tangannya melayang ke tubuhku.

“Bukan aku yang kegatelan menggoda suami Mbak. Tapi dia sendiri yang datang merayuku. Dia bilang istrinya sudah tidak bergairah lagi,” ujar Yuni lagi membuat tubuhku kian terkunci oleh tatapannya. Dia memindai tubuhku melalui tatapannya dari ujung kepala hingga kaki.

“Makanya jadi istri itu harus bisa merawat diri dan mengambil hati suami. Jangan kira karena sudah laku serta yakin cinta suami tidak akan pernah berubah jadi lupa mempercantik diri,” sambung Yuni pongah.

“Me–meski pun aku tidak cantik lagi, tetap saja aku pemilik sah. Kamu ... kamu hanya perempuan p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status