“Parah gimana? Gue ngelakuin sesuatu yang menurut gue itu benar. Dan yang lu harus tau, gue nggak bakal lakuin hal lebih. Kalo itu nggak menyangkut kebahagiaan gue,” ujar Debi sambil bersiap-siap untuk pergi ke supermarket. Ia mengganti pakaiannya terlebih dahulu.“Iya dah terserah lu. Eh si Yoga gimana kabarnya, nggak lu undang?” tanya Ressa penasaran. Karena setaunya Yoga adalah kekasih dari Debi, walau sebenarnya ia juga sudah tahu bahwa Debi adalah perebut suami orang lain.'Kagak lah, gue udah putus sama dia. Jadi buat apa pakai ngundang dia segala, yang ada nanti acara kita hancur.' Debi berdecak karena pertanyaan Ressa yang menurutnya tidak masuk akal."Jadi gimana, jam berapa lu ke rumah gue. Biar gue siapin perlengkapannya?" tanya Debi pada Resa.“Jam 8 malam aja deh, kayaknya kalo malam sampai subuh seru. Gimana?” tanya Ressa balik. Ia sudah menyusun rencana di tempatnya. Rencana yang mungkin saja membuat Debi menyesali semuanya.“Oke deh, terserah aja yang penting lu pada d
***Pagi harinya, Debi terbangun dengan rasa yang sangat menyakitkan. Ia merasakan seluruh badannya seperti tak bertulang, bahkan membuka matanya pun terasa sangat sulit bagi Debi."Aduh, aku kenapa sih. Kok rasanya badan aku pegal-pegal semua, perasaan malam tadi ga ada ngapa-ngapain deh." Debi memijat kepalanya yang terasa sakit. Ia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi malam tadi, tapi satu pun kejadian sama sekali tak dapat terlintas di pikirannya.Debi merasakan sakit yang sangat di bagian bawah. Ia membuka mata perlahan, sambil meringis pelan.“Aw, sakit banget gila!” umpat Debi.Ia lalu duduk dari tidurnya sambil mengucek mata.“Siapa kalian!” teriak Debi setelah kesadarannya penuh. Ia terkejut bukan main melihat ada beberapa pria berada di dalam kamarnya.“Kau sudah bangun?” tanya seorang lelaki sambil merapikan jasnya. Sedangkan yang satunya lagi baru ke luar dari kamar mandi. Devi bertanya-tanya mengapa mereka bisa berada di dalam kamarnya.“Siapa kalian, hah! Berani sek
***Pagi harinya, Debi terbangun dengan rasa yang sangat menyakitkan. Ia merasakan seluruh badannya seperti tak bertulang, bahkan membuka matanya pun terasa sangat sulit bagi Debi."Aduh, aku kenapa sih. Kok rasanya badan aku pegal-pegal semua, perasaan malam tadi ga ada ngapa-ngapain deh." Debi memijat kepalanya yang terasa sakit. Ia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi malam tadi, tapi satu pun kejadian sama sekali tak dapat terlintas di pikirannya.Debi merasakan sakit yang sangat di bagian bawah. Ia membuka mata perlahan, sambil meringis pelan.“Aw, sakit banget gila!” umpat Debi.Ia lalu duduk dari tidurnya sambil mengucek mata.“Siapa kalian!” teriak Debi setelah kesadarannya penuh. Ia terkejut bukan main melihat ada beberapa pria berada di dalam kamarnya.“Kau sudah bangun?” tanya seorang lelaki sambil merapikan jasnya. Sedangkan yang satunya lagi baru ke luar dari kamar mandi. Devi bertanya-tanya mengapa mereka bisa berada di dalam kamarnya.“Siapa kalian, hah! Berani sek
“Sudahlah, tak usah berlagak suci. Nyatanya kau memang kotor dari sananya. Kami pamit dahulu, sebenarnya kami ingin bermain lagi denganmu pagi ini. Tapi apalah daya, kami harus segera berangkat ke kantor. Oh ya, ngomong-ngomong malam tadi kamu sangat menggoda. Terima kasih untuk malam yang indah itu ya, cantik,” ucap salah satu dari mereka sambil mencolek dagu Debi. Debi menghapus bekas colekan itu dengan kasar. Merasa jijik dengan tubuhnya sendiri karena telah digilir oleh dua pria yang pantasnya menjadi ayahnya.Mereka tak memperdulikan isak tangis Debi yang mulai terdengar. “Jangan disesali, lagipula kamu sepertinya sudah banyak bermain. Uang bayaranmu, ambil dengan temanmu tadi malam.” Mereka lalu meninggalkan Debi yang masih menangis menyesali acaranya tadi malam. Bukannya berakhir bahagia, malah itu menjadi petaka untuknya. Dan pastinya akan meninggalkan jejak luka yang sangat menyakitkan.Tak ingin berlarut dalam penyesalan, Debi pergi ke kamar mandi, membersihkan dirinya dan
***“Kamu yakin mau balik lagi ke Jakarta?” tanya Rina pada Alif keponakannya. Pasalnya setelah 3 bulan kepergian Ibunya, Alif semakin merasa kesepian di rumahnya sendiri. Rina sendiri berniat berkunjung menjenguk Alif, tapi kedatangannya dikagetkan dengan Alif yang tiba-tiba ingin kembali ke Jakarta “Iya, Tan. Alif di sini malah tambah susah buat ngelupain semuanya. Alif nanti bakalan sering jenguk Mama kok di sini,” jawab Alif sambil merapikan tasnya."Kamu nggak mau ngurusin toko butik mamamu saja? Daripada harus memulai semuanya dari awal, 'kan," ucap Rina sang Tante. Ia masih berat jika harus melepaskan Alif untuk pergi ke kota.Alif berniat kembali ke kota, tempat di mana ia dulu memulai usaha dan mendapatkan pujaan hati. Walau awalnya berat, Alif tetap bertekad untuk kembali ke sana. Ia ingin merintis usaha dari bawah. Bukan untuk mencari tahu tentang keberadaan Laura. Alif ikhlas, mungkin ini memang jalan mereka untuk berpisah.Lagipula, cinta tak akan mungkin bisa dipaksaka
“Mbak Lau!” Yoga dan Laura menoleh secara besamaan.Laura tak membuang kesempatan, ia langsung mengambil gawainya dan berlari menuju karyawannya itu.“Tolong! Dia ingin melecehkanku.” Karyawan Laura menatap bingung. Pasalnya mereka sama sekali tak melihat bahwa Yoga sedang melecehkan dirinya.Tanpa rasa takut, Laura langsung menceritakan kejadian itu semua pada Dina dan juga karyawan yang lainnya.Yoga merasa suasana mulai tidak kondusif.Ia lalu berjalan mendekat sambil mengangkat kedua tangannya.“Aku tidak melakukan apapun. Lihatlah bahkan dia sekarang masih dalam keadaan baik-baik saja,” kilahnya mencoba membohongi mereka semua. Yoga memasang wajah polosnya, siapapun pasti akan mengira bahwa apa yang dikatakannya adalah sebuah kebenaran. Padahal nyatanya, Yoga sedang membohongi orang-orang yang berada di dalam toko ini.Laura menggeleng tak percaya dengan apa yang diucapkan Yoga. Dia benar-benar ingin membunuh Yoga sekarang juga rasanya. Yoga pandai membuat kilah dan ber-akting, s
"Laura!" panggil Tiara pada Laura. Tiara mihat Laura yang dari tadi melamun. Ia pikir Laura masih teringat kejadian yang membuatnya merasa takut."Eh." Laura tersentak kaget, lalu menghapus air matanya."Ada apa, Ra?" tanya Laura pada Tiara.Tiara menatap lama mata Laura."Maaf, Lau. Aku benar-benar minta maaf karena sudah datang terlambat," ujar Tiara penuh penyesalan. Ia merasa bersalah karena sudah memperkenalkan Yoga pada Laura.Bahkan merasa sangat berdosa karena menyuruh Yoga untuk perlahan-lahan mendekati Laura."Hey, ini bukan salahmu, Ra. Mungkin itu adalah alur yang diciptakan Tuhan dalam hidupku. Anggap saja sebagai pelajaran, bahwa aku tak boleh terlalu percaya dengan orang yang baru saja dikenal," jawab Laura sambil memegang tangan Tiara.Tiara segera membawa Laura dalam pelukannya."Jika terjadi apa-apa lagi padamu. Aku akan secepatnya datang untuk melindungimu," ujar Tiara lagi. Ia memegang telapak tangan Laura dengan lembut. "Aku sama sekali tak tahu mengapa Yoga sepe
***Setengah tahun sudah berlalu, selama itu juga Alif dan Laura tak pernah bertemu. Tak dipungkiri rasa rindu di hati mereka berdua masih sama.Namun mereka sendiri bingung, bagaimana cara menumpahkan rasa rindu itu. Padahal jelas-jelas mereka berdua tak bersama lagi.Kembali?Tak mungkin, menurut mereka hubungan mereka sudah berakhir sejak lama. Sejak Alif memutuskan untuk mendua. Hari ini Alif harus menarik pelanggan kembali, setelah beberapa bulan itu. Sebenarnya ia bisa saja berhenti bekerja begitu. Dia harusnya pulang ke tempat mamanya, dan mengelola butik yang tersisa.Namun Alif tak mau, dia masih bertekad untuk mencari uang dari hasil keringatnya sendiri. Tabungannya sekarang pun sudah lumayan untuk membeli rumah, walaupun tak terlalu besar. Tapi setidaknya bisa dijadikan tempat untuk tinggal.Ia berhasil membeli rumah sendiri dengan hasil kerja kerasnya saat menjadi buruh bangunan.Tak berapa lama, ia lalu menjemput pelanggannya."Mas ke hotel ***, ya," ujar seseorang yang s