***Pagi harinya, Debi terbangun dengan rasa yang sangat menyakitkan. Ia merasakan seluruh badannya seperti tak bertulang, bahkan membuka matanya pun terasa sangat sulit bagi Debi."Aduh, aku kenapa sih. Kok rasanya badan aku pegal-pegal semua, perasaan malam tadi ga ada ngapa-ngapain deh." Debi memijat kepalanya yang terasa sakit. Ia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi malam tadi, tapi satu pun kejadian sama sekali tak dapat terlintas di pikirannya.Debi merasakan sakit yang sangat di bagian bawah. Ia membuka mata perlahan, sambil meringis pelan.“Aw, sakit banget gila!” umpat Debi.Ia lalu duduk dari tidurnya sambil mengucek mata.“Siapa kalian!” teriak Debi setelah kesadarannya penuh. Ia terkejut bukan main melihat ada beberapa pria berada di dalam kamarnya.“Kau sudah bangun?” tanya seorang lelaki sambil merapikan jasnya. Sedangkan yang satunya lagi baru ke luar dari kamar mandi. Devi bertanya-tanya mengapa mereka bisa berada di dalam kamarnya.“Siapa kalian, hah! Berani sek
“Sudahlah, tak usah berlagak suci. Nyatanya kau memang kotor dari sananya. Kami pamit dahulu, sebenarnya kami ingin bermain lagi denganmu pagi ini. Tapi apalah daya, kami harus segera berangkat ke kantor. Oh ya, ngomong-ngomong malam tadi kamu sangat menggoda. Terima kasih untuk malam yang indah itu ya, cantik,” ucap salah satu dari mereka sambil mencolek dagu Debi. Debi menghapus bekas colekan itu dengan kasar. Merasa jijik dengan tubuhnya sendiri karena telah digilir oleh dua pria yang pantasnya menjadi ayahnya.Mereka tak memperdulikan isak tangis Debi yang mulai terdengar. “Jangan disesali, lagipula kamu sepertinya sudah banyak bermain. Uang bayaranmu, ambil dengan temanmu tadi malam.” Mereka lalu meninggalkan Debi yang masih menangis menyesali acaranya tadi malam. Bukannya berakhir bahagia, malah itu menjadi petaka untuknya. Dan pastinya akan meninggalkan jejak luka yang sangat menyakitkan.Tak ingin berlarut dalam penyesalan, Debi pergi ke kamar mandi, membersihkan dirinya dan
***“Kamu yakin mau balik lagi ke Jakarta?” tanya Rina pada Alif keponakannya. Pasalnya setelah 3 bulan kepergian Ibunya, Alif semakin merasa kesepian di rumahnya sendiri. Rina sendiri berniat berkunjung menjenguk Alif, tapi kedatangannya dikagetkan dengan Alif yang tiba-tiba ingin kembali ke Jakarta “Iya, Tan. Alif di sini malah tambah susah buat ngelupain semuanya. Alif nanti bakalan sering jenguk Mama kok di sini,” jawab Alif sambil merapikan tasnya."Kamu nggak mau ngurusin toko butik mamamu saja? Daripada harus memulai semuanya dari awal, 'kan," ucap Rina sang Tante. Ia masih berat jika harus melepaskan Alif untuk pergi ke kota.Alif berniat kembali ke kota, tempat di mana ia dulu memulai usaha dan mendapatkan pujaan hati. Walau awalnya berat, Alif tetap bertekad untuk kembali ke sana. Ia ingin merintis usaha dari bawah. Bukan untuk mencari tahu tentang keberadaan Laura. Alif ikhlas, mungkin ini memang jalan mereka untuk berpisah.Lagipula, cinta tak akan mungkin bisa dipaksaka
“Mbak Lau!” Yoga dan Laura menoleh secara besamaan.Laura tak membuang kesempatan, ia langsung mengambil gawainya dan berlari menuju karyawannya itu.“Tolong! Dia ingin melecehkanku.” Karyawan Laura menatap bingung. Pasalnya mereka sama sekali tak melihat bahwa Yoga sedang melecehkan dirinya.Tanpa rasa takut, Laura langsung menceritakan kejadian itu semua pada Dina dan juga karyawan yang lainnya.Yoga merasa suasana mulai tidak kondusif.Ia lalu berjalan mendekat sambil mengangkat kedua tangannya.“Aku tidak melakukan apapun. Lihatlah bahkan dia sekarang masih dalam keadaan baik-baik saja,” kilahnya mencoba membohongi mereka semua. Yoga memasang wajah polosnya, siapapun pasti akan mengira bahwa apa yang dikatakannya adalah sebuah kebenaran. Padahal nyatanya, Yoga sedang membohongi orang-orang yang berada di dalam toko ini.Laura menggeleng tak percaya dengan apa yang diucapkan Yoga. Dia benar-benar ingin membunuh Yoga sekarang juga rasanya. Yoga pandai membuat kilah dan ber-akting, s
"Laura!" panggil Tiara pada Laura. Tiara mihat Laura yang dari tadi melamun. Ia pikir Laura masih teringat kejadian yang membuatnya merasa takut."Eh." Laura tersentak kaget, lalu menghapus air matanya."Ada apa, Ra?" tanya Laura pada Tiara.Tiara menatap lama mata Laura."Maaf, Lau. Aku benar-benar minta maaf karena sudah datang terlambat," ujar Tiara penuh penyesalan. Ia merasa bersalah karena sudah memperkenalkan Yoga pada Laura.Bahkan merasa sangat berdosa karena menyuruh Yoga untuk perlahan-lahan mendekati Laura."Hey, ini bukan salahmu, Ra. Mungkin itu adalah alur yang diciptakan Tuhan dalam hidupku. Anggap saja sebagai pelajaran, bahwa aku tak boleh terlalu percaya dengan orang yang baru saja dikenal," jawab Laura sambil memegang tangan Tiara.Tiara segera membawa Laura dalam pelukannya."Jika terjadi apa-apa lagi padamu. Aku akan secepatnya datang untuk melindungimu," ujar Tiara lagi. Ia memegang telapak tangan Laura dengan lembut. "Aku sama sekali tak tahu mengapa Yoga sepe
***Setengah tahun sudah berlalu, selama itu juga Alif dan Laura tak pernah bertemu. Tak dipungkiri rasa rindu di hati mereka berdua masih sama.Namun mereka sendiri bingung, bagaimana cara menumpahkan rasa rindu itu. Padahal jelas-jelas mereka berdua tak bersama lagi.Kembali?Tak mungkin, menurut mereka hubungan mereka sudah berakhir sejak lama. Sejak Alif memutuskan untuk mendua. Hari ini Alif harus menarik pelanggan kembali, setelah beberapa bulan itu. Sebenarnya ia bisa saja berhenti bekerja begitu. Dia harusnya pulang ke tempat mamanya, dan mengelola butik yang tersisa.Namun Alif tak mau, dia masih bertekad untuk mencari uang dari hasil keringatnya sendiri. Tabungannya sekarang pun sudah lumayan untuk membeli rumah, walaupun tak terlalu besar. Tapi setidaknya bisa dijadikan tempat untuk tinggal.Ia berhasil membeli rumah sendiri dengan hasil kerja kerasnya saat menjadi buruh bangunan.Tak berapa lama, ia lalu menjemput pelanggannya."Mas ke hotel ***, ya," ujar seseorang yang s
Ia benar-benar menyesal dan merasa bersalah karena menjadi penyebab hancurnya keharmonisan rumah tangga orang lain.Dan sekarang Debi mulai terbiasa dengan pekerjaannya, bukan terbiasa tapi terpaksa. Ia harus jatuh ke dalam lembah dosa yang ke sekian kalinya."Maafkan aku, Mas Alif," ujarnya melemah. Debi lalu menghapus jejak air mata dan langsung masuk untuk melakukan pekerjaan yang tak halal itu kembali.****Setelah selesai, Debi lalu pulang bersama dengan Ressa. Mereka berdua pergi ke kontrakan milik Ressa, di sana sudah ada Ningsih dan juga temannya yang lain."Bagi hasil lagi nih kita," ujar Ningsih sambil tertawa.Debi hanya diam, lalu melangkahkan kaki untuk pergi."Mau ke mana lu?" tanya Ressa dengan nada tak enak."Mandi," jawab Debi ketus."Oh, oke, jangan lama-lama. Nggak gue bagi jatah lu entar," ancam Ressa.Debi tak memedulikan ancaman dari Ressa, ia tetap melanjutkan langkah dengan pikiran yang kosong."Gue lihat-lihat tuh anak makin ngelunjak, Res," ujar Ningsih."Iye,
Debi terduduk di pinggir jalan, ia menenangkan pikirannya terlebih dahulu. Lalu memutuskan untuk pergi ke tempat penginapan berbekal uang seadanya.Debi ingin mengakhiri hidupnya, akan tetapi teringat bahwa dia memilih melakukan tindakan b*d*h itu agar dirinya tetap hidup.Jadi Debi memutuskan untuk mengistirahatkan pikiran terlebih dahulu, selanjutnya baru ia akan memikirkan tahap selanjutnya.Debi bersyukur polisi tak ada mencarinya, itu artinya mereka tak melaporkan kasus kepada pihak berwajib.Setelah seminggu menghilang, Debi merasakan badannya sering kelelahan, saat malam badannya berkeringat. Selain itu berat badannya pun menurun dan sering mengalami sakit kepala.Jadi Debi memutuskan untuk memeriksa kondisinya ke rumah sakit.****"Lu nggak apa-apa, kan?" tanya Ningsih melihat Ressa yang terbaring lemah di ranjang."Gue baik-baik aja," jawab Ressa. Matanya menatap kosong."Gue ngerasa bersalah sama dia, gue terlalu jauh membuatnya sengsara," ucap Ressa tanpa sadar mengeluarkan