Home / Romansa / Diam-Diam Menikmati / Bab 98 Kelinci kecil Jacob

Share

Bab 98 Kelinci kecil Jacob

Author: SILAN
last update Last Updated: 2025-02-12 18:46:49
Hari mulai merangkak pagi, cahaya lembut menyelinap melalui celah tirai, menyapu perlahan suasana kamar Jacob yang sunyi. Hening. Hanya dua tubuh yang saling berpelukan, membagi kehangatan yang seolah melawan dinginnya pagi. Udara terasa diam, seakan ikut menahan nafas, menyaksikan momen intim yang terjalin antara mereka.

Luna sudah bangun lebih awal. Matanya yang teduh namun penuh perasaan menatap wajah Jacob yang masih terlelap. Nafasnya pria itu teratur, tenang, seakan dunia di luar tak mampu mengusik ketenangannya.

Jacob mungkin lelah setelah mengurus segala masalah Luna yang belum ada ujungnya, tapi pria ini tetap setia di sisinya. Meski lelah menyelimuti pikirannya, Jacob tak pernah berhenti menjadi sandaran bagi Luna. Kesetiaannya seperti angin sepoi-sepoi yang selalu menemani, meski tak terlihat, namun terasa.

Cahaya pagi menyinari ujung hidung mancung Jacob, dan tanpa sadar, jari-jari Luna meraihnya, menyentuh lembut. Sentuhan itu seperti mengukir kenangan, mengingatkan Luna b
SILAN

Hari ini cukup melelahkan, jadi saya putuskan untuk tidur :P

| 15
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
SILAN
sabar sabar
goodnovel comment avatar
SILAN
Terimakasih doa baiknya 🫶
goodnovel comment avatar
Gung Gek Utami
Smg cepat pulih dan bisa beraktifitas seperti biasa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 99 Leah berulah

    Helikopter baru saja mendarat dengan suara mesin yang menderu perlahan, baling-balingnya berputar pelan sebelum akhirnya berhenti. Jacob bahkan belum sempat benar-benar turun dari kabin saat matanya menangkap sosok Hazel yang sudah berdiri di pintu masuk, wajahnya tegang dan penuh dengan kecemasan. Tanpa berpikir panjang, Jacob segera menyerahkan kendali helikopter pada anak buahnya dan setengah berlari menghampiri adiknya itu."Bagaimana kau tahu aku tiba?" tanya Jacob, suaranya penuh rasa penasaran, tapi juga ada sedikit kekhawatiran yang terselip di balik nada bicaranya.Hazel tak langsung menjawab. Alih-alih, ia langsung menyerahkan iPad ke tangan Jacob. Wajahnya serius, seolah tak ada waktu untuk basa-basi."Leah membuat masalah," ucap Hazel dengan suara datar namun tegas. "Dia mencuri data perusahaan tanpa kita ketahui. Sekarang, perusahaan kita dalam masalah besar jika file yang dia curi itu sampai jatuh ke tangan orang yang salah."Jacob tertegun sejenak, matanya membesar. Tan

    Last Updated : 2025-02-13
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 100 Jadi rebutan

    Perkelahian berlangsung sengit, tinju dan tendangan saling berhamburan di udara yang tegang. Jacob dengan sigap, berusaha melindungi Hazel dari serangan yang datang bertubi-tubi. Beberapa kali dia terkena pukulan, tapi dia tak peduli.Tubuhnya bergerak lincah, menghalau serangan demi serangan, meski nafasnya mulai terengah-engah. Di sisi lain, Hazel tak kalah tangguh. Dengan gerakan yang terlatih, dia berhasil menjatuhkan satu lawan dengan tendangan yang tepat sasaran.Setelah pertarungan yang melelahkan, akhirnya ketiga penyerang itu tumbang. Mereka terkapar di tanah, mengerang kesakitan sebelum akhirnya memutuskan untuk melarikan diri, meninggalkan Jacob dan Hazel yang masih berdiri dengan nafas tersengal-sengal."Kau tidak terluka, kan?" tanya Jacob, matanya penuh kekhawatiran saat melihat Hazel.Hazel menggeleng, sambil menerima tasnya kembali yang diambilkan Jacob. "Aku baik-baik saja. Tapi menurutmu, apa mereka suruhan Leah?"Jacob menghela nafas, matanya masih waspada memindai s

    Last Updated : 2025-02-13
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 101 Masuk jebakan

    Suasana di dalam apartemen Leah terasa begitu mencekam, seperti udara yang dipenuhi oleh awan gelap sebelum badai. Leah duduk di sofa, tubuhnya membungkuk, kedua tangannya mencengkram rambutnya dengan erat.Kepalanya menunduk, wajahnya dipenuhi oleh frustasi yang tak terbendung. Seharusnya, dalam waktu dekat ini, dia sudah bisa mendapatkan apa yang dia incar selama bertahun-tahun. Tapi sekali lagi, Luna yang sudah hampir ada di genggamannya lepas begitu saja."Jacob sialan!" teriak Leah tiba-tiba, suaranya memecah keheningan ruangan. Tangannya meninju meja di depannya, membuat gelas yang ada di atasnya bergetar. "Ini semua gara-gara dia!"Eric yang baru saja muncul dari kamar, langsung terdiam di tempatnya. Matanya memperhatikan Leah yang sejak kemarin terlihat seperti orang yang kehilangan akal sehat. Wajahnya yang biasanya dingin dan penuh perhitungan, kini berubah menjadi liar, penuh emosi yang tak terkendali."Kau terlalu sembrono, Leah," ucap Eric dengan suara datar, meski ada sed

    Last Updated : 2025-02-14
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 102 Perubahan

    Tiga hari telah berlalu sejak Jacob meninggalkan pulau, dan kehidupan Luna seakan kembali pada ritme yang tenang dan damai. Tanpa tekanan, tanpa rasa takut, hanya kebebasan yang membuatnya bisa bernafas lega. Pulau keluarga Jacob memang seperti surga kecil yang terisolasi dari dunia luar. Di sini, Luna merasa aman, terlindungi, dan bebas menjadi dirinya sendiri.Pagi ini, Luna menghabiskan waktunya di taman luas yang dipenuhi dengan kelinci-kelinci lucu. Tawa riangnya menggema, bercampur dengan desiran angin yang membawa aroma bunga-bunga segar. Dia berlari kesana kemari, mencoba menangkap kelinci-kelinci kecil yang berlarian menghindarinya. Wajahnya bersinar dengan kebahagiaan yang tulus, seperti anak kecil yang baru saja menemukan mainan favoritnya.Setelah berhasil memasukkan anak-anak kelinci ke dalam kandang, Luna menatap mereka dengan senyum puas. "Kalian lucu sekali," bisiknya, sebelum menutup pintu kandang dengan hati-hati. Saat dia berbalik, tiba-tiba—"Aaaaah!" teriaknya kage

    Last Updated : 2025-02-15
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 103 Hukuman untuk Keith

    Sebuah ruangan yang sunyi, hanya diterangi oleh cahaya redup dari lampu gantung yang menggantung di atas meja kayu besar. Nico dengan langkah hati-hati menyelinap masuk ke dalam ruang kerja ayahnya. Matanya langsung tertuju pada sebuah bingkai foto yang tak pernah berpindah posisi sejak pertama kali diletakkan di atas meja itu. Foto itu seperti benda sakral yang dijaga dengan ketat, seolah menyimpan rahasia besar.Dengan penuh rasa kesal, Nico meraih bingkai foto itu. Di dalamnya, terpampang wajah Luna yang tengah tersenyum lebar, seolah tak ada beban di dunia ini. Nico memerhatikan foto itu dengan seksama, matanya menyipit seolah mencoba mengingat sesuatu. Ada sesuatu yang mengganjal di benaknya. Wajah Luna terasa begitu familiar, seolah dia pernah bertemu dengannya di suatu tempat. Tapi di mana? Dia tidak bisa mengingatnya."Wajahnya tidak asing, tapi aku tidak tahu di mana aku pernah melihatnya," gumam Nico pelan, suaranya hampir tak terdengar. Jari-jarinya memegang erat bingkai fo

    Last Updated : 2025-02-16
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 104 Russel akhirnya tau 

    Mobil hitam yang dikendarai Nico meluncur pelan sebelum akhirnya berhenti tepat di depan gedung perkantoran megah. Saat ia melangkah keluar, pandangannya langsung tertuju pada sebuah mobil mewah yang baru saja berhenti beberapa meter darinya. Dari dalam mobil itu, Jacob Lawson muncul, wajahnya tetap tenang dan penuh dengan aura kepemimpinan yang tak tergoyahkan. Nico mendesis pelan, matanya menyipit seperti predator yang sedang mengincar mangsanya."Jacob Lawson," gumam Nico dalam hati, rasa tidak suka yang mendalam terpancar dari tatapannya. Ada sesuatu di dalam dirinya yang ingin melihat ekspresi dingin Jacob itu hancur, ingin melihat pria yang selalu tampak sempurna itu terjatuh dari singgasananya.Tanpa disadari oleh Jacob, Nico mengikuti langkahnya menuju gedung yang sama. Mereka berdua ternyata menuju ke tempat yang sama, sebuah rapat penting yang melibatkan perwakilan perusahaan Jacob dan perusahaan Russel Calderon. Hanya saja, kali ini yang mewakili Russel adalah putranya.Saat

    Last Updated : 2025-02-16
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 105 Merindukan Luna

    Russel berdiri di tengah ruangan, wajahnya bersinar dengan kegembiraan yang tak terbendung. Akhirnya, setelah sekian lama mencari dia tahu di mana Luna berada. Kebenaran itu seperti angin segar yang menghapus semua keraguan dan kekhawatiran yang selama ini membebani pikirannya. Tak peduli bahwa Luna saat ini sedang menjalin hubungan dengan Jacob, Russel tahu dia harus segera menjemput putrinya. Baginya, tidak ada yang lebih penting daripada memastikan Luna kembali ke pangkuannya.Di dalam ruang tahanan, Nico masih berdiri dengan ekspresi yang sulit dibaca. Dia berusaha menyembunyikan keterkejutannya, tapi matanya yang sedikit melebar dan rahang yang mengeras menunjukkan betapa dia tidak menyangka bahwa Russel ternyata menguping pembicaraan mereka. Keith yang masih terikat, menatap Nico dengan maya menyala-nyala dengan kemarahan.Russel menepuk bahu Nico dengan senyum lebar. "Kau pintar juga membuat perempuan ini berkata jujur," pujinya, suaranya penuh dengan kepuasan. "Sekarang, aku h

    Last Updated : 2025-02-17
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 106 Bersama Luna 

    Suara tawa Luna yang riang bergema di sepanjang pantai, bercampur dengan desiran ombak yang bergulung-gulung menghantam pasir. Gadis itu berlari-lari kecil, memamerkan kerang-kerang hasil tangkapannya dengan wajah yang bersinar penuh kebahagiaan. Sementara itu, Jacob sibuk membongkar bebatuan di tepi pantai, mencari gurita kecil yang bersembunyi di balik celah-celah karang. Matanya fokus, tapi sesekali dia mencuri pandang ke arah Luna, menikmati keceriaan yang terpancar dari gadis itu.Di sekitar mereka, hanya ada kedamaian. Matahari sore yang mulai turun memancarkan cahaya keemasan, menerangi pantai yang sepi. Tak ada yang bisa merusak momen indah ini, setidaknya, untuk saat ini."Apa ini masih belum cukup banyak?" tanya Luna sambil mengangkat keranjang kecil yang berisi kerang hasil tangkapannya. Matanya berbinar penuh harap, seolah ingin mendapatkan pujian dari Jacob.Jacob menoleh, senyum kecil mengembang di bibirnya. Dia memasukkan dua gurita kecil yang berhasil dia tangkap ke da

    Last Updated : 2025-02-18

Latest chapter

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 135 Kembali ke rumah

    Pada akhirnya, semua usaha kabur itu sia-sia. Luna kembali ke kediaman megah Russel Calderon, tempat yang seharusnya menjadi rumahnya, tapi justru terasa seperti sangkar emas yang mengurungnya. Saat mobil hitam berhenti di depan rumah, Russel sudah menunggu di depan pintu, seolah tahu bahwa Nolan akan membawa pulang putrinya yang memberontak.Wajah Russel dingin, matanya tajam seperti pedang yang siap menghunus. Luna turun dari mobil dengan langkah berat, kepalanya menunduk, tak berani menatap langsung ke arah ayahnya. Ia tahu, amukan dan kemarahan Russel pasti akan segera menghujaninya. Tapi yang lebih membuatnya takut adalah rasa bersalah yang menggerogoti hatinya. Ia telah membawa Hazel dan Jacob ke dalam masalah, dan sekarang, ia harus menghadapi konsekuensinya.“Kau berhasil membawanya pulang, Xav… maksudku, Nolan,” ucap Russel, suaranya datar namun penuh makna. Pandangannya lurus ke arah Nolan yang berdiri di belakang Luna, seolah ada sesuatu yang tersembunyi di balik kata-katan

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 134 Pasrah

    Jacob baru saja tiba di apartemennya, tubuhnya terasa berat seperti membawa beban yang tak terlihat. Ia langsung terjatuh ke sofa, menghembuskan nafas panjang sambil tersenyum kecil.“Rasanya aku sedang menyembunyikan harta karun yang diincar oleh banyak orang,” gumamnya, mencoba mencairkan suasana dalam pikirannya sendiri. Tapi senyum itu tidak bertahan lama. Detik berikutnya, ia terdiam, bahunya bersandar ke belakang sementara kepalanya setengah mendongak, menatap langit-langit apartemen yang kosong.Pikirannya melayang ke Luna. Saat ini, ia hanya bisa mempercayakan Luna pada Hazel. Tapi satu hal yang tak bisa ia lupakan, ia hanya punya waktu satu bulan untuk menyelesaikan semua masalah ini. Tekanan itu terasa begitu berat, seperti batu besar yang menindih dadanya.Jacob menyentuh keningnya, memijatnya perlahan. Bukan perusahaan yang ia khawatirkan, ia yakin bisa mengatasi itu. Yang membuatnya gelisah adalah Luna. Ia harus memastikan bahwa Russel tidak akan menemukan keberadaan gadi

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 133 Masih berlanjut

    Suasana persaingan semakin memanas, tiada hari tanpa kesibukan yang menguras tenaga dan pikiran. Sudah tiga hari berlalu sejak Jacob membawa Luna menjauh dari cengkeraman Russel Calderon. Tiga hari yang penuh dengan ketegangan, di mana setiap langkah Jacob selalu diawasi oleh mata-mata yang dikirim oleh Russel. Jacob tahu betul bahwa ia harus berhati-hati, setiap gerak-geriknya bisa menjadi bumerang yang membahayakan Luna.Di dalam ruang kerjanya yang megah, Jacob sibuk mengurus tumpukan dokumen yang berserakan di atas meja. Tangannya bergerak cepat, matanya fokus pada setiap detail yang tertulis di sana. Namun, ketenangan itu tiba-tiba pecah ketika pintu ruangannya terbuka dengan keras. Ayahnya masuk dengan langkah yang penuh wibawa. Wajahnya keras, tatapannya tajam seperti pedang yang siap menghunus.“Ada yang ingin aku bicarakan padamu,” ucap Dustin, suaranya berat dan penuh otoritas.Jacob yang langsung paham arti di balik kalimat itu, segera menghentikan pekerjaannya. Ia bangkit

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 132 Bersembunyi lagi

    Di sebuah tempat yang jauh dari keramaian kota New York, di mana alam masih begitu liar dan tak tersentuh oleh hiruk-pikuk kehidupan modern, terdapat sebuah rumah kecil yang tersembunyi di tengah hutan lebat. Pohon-pohon tinggi menjulang, seolah menjadi penjaga alami bagi tempat itu.Tak jauh dari rumah, sebuah sungai mengalir dengan air yang jernih, menciptakan suara gemericik yang menenangkan. Namun, ketenangan alam itu tidak sepenuhnya mampu menenangkan hati Luna, yang saat ini duduk di atas batu besar di pinggir sungai, pandangannya kosong menatap air yang mengalir.Hazel keluar dari rumah, matanya langsung mencari Luna. Ia melihat gadis itu duduk sendirian, terlihat seperti tenggelam dalam lamunan yang dalam. Perlahan Hazel mendekat, langkahnya pelan agar tidak mengganggu ketenangan Luna. Ia memperhatikan Luna dengan penuh perhatian. Menjadi seseorang yang diperebutkan seperti ini pastilah tidak menyenangkan. Luna hanya menginginkan kebebasan, tapi orang-orang di sekitarnya terlal

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 131 Tamu tidak diundang

    Hari sudah semakin larut, langit malam dipenuhi bintang-bintang yang seolah menjadi saksi bisu dari segala kejadian yang sedang berlangsung. Jacob bangkit dari duduknya, tubuhnya terlihat tegap meski kelelahan terpancar dari sorot matanya. Ia mengulurkan tangannya ke arah Luna, mengajak gadis itu untuk berdiri. Tanpa ragu, Luna menerima tangan Jacob, dan mereka pun berdiri saling berhadapan, tatapan mereka saling bertaut dalam keheningan yang penuh makna. “Aku tidak ingin menjadi beban untukmu,” ucap Luna, suaranya lirih namun sarat dengan emosi. Sorot matanya menunjukkan kebingungan yang mendalam, pertarungan batin antara rasa cintanya pada Jacob dan kekhawatirannya akan perseteruan sengit antara Jacob dan Russel yang tak kunjung usai. Tapi, Jacob dengan tenang hanya tersenyum lembut. Tangannya terulur, membelai rambut Luna dengan penuh kelembutan. “Sama sekali tidak,” katanya, suaranya tegas namun hangat. “Aku tidak pernah menganggap dirimu sebagai beban sejak pertama kali kita be

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 130 Ini tidak mudah

    Beberapa saat sebelumnya, suasana tegang sudah mulai terasa. Setelah Nico menjauh dari Luna, ponsel Luna bergetar singkat. Sebuah pesan dari Jacob muncul di layar, “Dimana posisimu?” tanyanya singkat, namun penuh urgensi.Luna dengan jantung berdebar kencang, segera menghubungi Jacob sambil berjalan menjauh. Begitu telepon tersambung, suara Jacob yang tegas langsung terdengar. “Luna, kau di sebelah mana?”“Aku ada di lantai tiga,” jawab Luna dengan suara cemas, matanya terus melirik ke sekeliling, takut ketahuan oleh siapa pun.“Sekarang ikuti arahanku. Keluar melalui tangga darurat. Aku akan menunggu di bawah,” perintah Jacob dengan nada yang tidak bisa ditawar.Luna mengangguk, meskipun Jacob tidak bisa melihatnya. Ia segera mematikan panggilan, tapi langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat Russel dan George keluar dari ruangan tempat pertemuan mereka berlangsung. Luna mundur perlahan, bersembunyi di balik dinding, menunggu kedua pria tua itu pergi. Detak jantungnya semakin kencang

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 129 Kabur 

    Di depan cermin besar yang memantulkan cahaya redup kamarnya, Luna berdiri tegak, mengenakan dress hitam tanpa lengan yang sederhana namun elegan. Dress itu sengaja ia pilih tidak terlalu formal atau ketat agar ia bisa bergerak leluasa, terutama jika situasi memaksanya untuk berpacu dengan waktu.Detak jantungnya masih berdegup kencang, seperti drum yang dipukul tak beraturan. Pikirannya melayang pada Jacob. Ia khawatir, sangat khawatir, kalau-kalau Russel akan mengetahui niat Jacob. Jika itu terjadi, Jacob bisa berada dalam masalah."Aku sepertinya sangat egois," batin Luna, menatap bayangannya sendiri di cermin. Matanya menyiratkan konflik batin yang mendalam. Di satu sisi, ia tidak ingin menjerumuskan Jacob ke dalam masalah. Disisi lain, ia juga tidak ingin dipaksa menjalani hidup dengan seseorang yang bahkan tidak ia kenal, apalagi dijodohkan tanpa persetujuannya.Tiba-tiba, suara langkah kaki yang tegas memecah kesunyian. Russel muncul di balik pintu, wajahnya seperti biasa, dingi

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 128 Rencana

    Setelah Nolan mengantarkannya ke depan ruangan Russel, Luna mengambil nafas dalam-dalam sebelum melangkahkan kakinya. Ruangan itu terasa megah dan berwibawa, dipenuhi dengan aroma kayu mahoni yang segar dan elegan. Meja kaca besar terpajang di pinggir ruangan, sementara Russel duduk di baliknya, bersandar di kursi kulit hitam yang terlihat sangat mahal. Saat melihat Luna masuk, Russel langsung bangkit dari kursinya, wajahnya dihiasi senyum ramah yang membuat Luna merasa sedikit tidak nyaman."Kau sudah datang," ucap Russel, suaranya hangat tapi ada sesuatu di baliknya yang membuat Luna waspada.Luna mencoba tersenyum, tapi senyumnya terasa kaku. Pandangannya segera tertarik pada sebuah bingkai foto di atas meja Russel. Foto itu adalah foto dirinya, foto yang sama yang ada di kamarnya, hanya berbeda ukuran."Aku tidak mengerti kenapa kau menyuruhku datang ke sini," ucap Luna, mencoba menjaga suaranya tetap tenang meski hatinya berdebar kencang. Ia tidak ingin menunjukkan kegugupannya, t

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 127 Mengetahui rahasia

    Kejahilan Nico masih terus berlanjut, dan meskipun tindakannya tidak berbahaya, tetap saja itu membuat Luna merasa kesal. Pagi ini, saat Luna membuka pintu kamarnya, ia langsung dibuat kaget oleh pemandangan yang tidak terduga. Sebuah boneka dengan hanya kepala yang tersisa tergantung di depan pintu kamarnya, matanya kosong dan senyumnya mengerikan. Luna menjerit kaget, jantungnya berdebar kencang."Astaga!" teriak Luna, tangannya menutupi mulutnya yang terbuka lebar.Dari ujung lorong, Nico muncul dengan senyum puas di wajahnya. Luna memijat keningnya, mencoba menenangkan diri. "Aku pikir dia sudah berhenti dengan kejahilannya. Ternyata aku salah," batinnya, sambil menghela nafas panjang.Luna memutuskan untuk tidak membiarkan hal itu mengganggu paginya. Ia berjalan menuju meja makan, berharap bisa menikmati sarapan dengan tenang. Tapi, kali ini Russel Calderon tidak hadir di meja makan. Suasana terasa sedikit berbeda, biasanya pria itu duduk di ujung meja dengan wajah serius. Luna me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status