Share

ILYSB

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-09 20:59:07

ZOLA

Ariq membuatku sedikit gugup dengan caranya menatap. Aku segera memalingkan muka, menghindari tatapannya. Aku mungkin bisa mengelak dari matanya, tapi telingaku nggak bisa lari dari kata-katanya. Ariq terus meracau mengungkapkan isi hatinya.

“Coba kalau kita kenal dari dulu pasti kejadiannya nggak akan begini. Mungkin kamu nikahnya sama saya, bukan sama Zach Mahanta.”

Meski bibirku terkatup rapat tapi aku mendengar semua perkataannya.

“Tahu nggak, La, sampai saat ini saya masih nggak rela melepas kamu. Tapi saya juga bukan tipe laki-laki yang akan menghancurkan hubungan orang. Saya akan kejar kamu sampai dapat selama kamu masih sendiri, tapi haram hukumnya buat saya mengganggu istri orang.”

Aku mengangkat muka memandang ke arah Ariq. Kata-kata terakhirnya membuatku kagum. Dan aku harap ini bukan hanya sekadar lip service.

Ariq ternyata laki-laki yang baik. Ya, kalau dia berniat jahat sudah dari dulu dia melakukannya. Apalagi kesempatan untuk itu terbuka lebar. Ariq bisa saja mem
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   He's a 10

    ZACHAku yang kaget atas tindakan tiba-tiba Cassandra langsung mendorongnya hingga terjengkang ke belakang. Sama denganku Cassandra juga tak kurang terkejut. Dia terlihat kesakitan akibat bokongnya berbenturan keras dengan lantai.“You’re so rude!” kecamnya sambil mengeluh kesakitan.Aku berdiri dengan cepat dari lantai sambil mengusap-usap bibir bekas ciumannya tadi dengan keras. Aku nggak rela atas kecupan yang tadi dicurinya.“Kamu yang nggak tahu malu! Apa begitu sikap perempuan baik-baik? Kalau kamu bilang aku laki-laki yang takut pada istri, jadi kamu apa namanya? Sebutan apa yang cocok untuk kamu, Ra? Sebutan apa yang paling pas untuk perempuan yang mencium laki-laki? Padahal laki-laki itu adalah suami orang!”Cassandra lalu berdiri dari lantai lalu berdiri tepat di hadapanku. “Aku sengaja ngelakuin itu agar kamu ngerti perasaanku. Agar kamu tahu sebesar apa perasaanku untuk kamu. Masalahnya dari dulu kamu nggak pernah peka. Aku udah kasih kode, signal, segala macam, tapi kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-09
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   What a Surprise

    ZACHCassandra agaknya memang sudah gila. Aku nggak tahu di mana dia meletakkan otaknya yang selama ini katanya cerdas. Dia salah kalau berpikir aku akan bernafsu melihat tubuh setengah telanjangnya. Dia bukan lagi Cassandra yang kukenal dulu. Dia sudah berubah. Dia berbeda.Apa cinta membuat orang bisa segila ini?“Ayo, Zach, tunggu apa lagi? Mana kameranya?” Dia memajukan langkahnya kemudian mengelus rahangku.“Go fak yourself!” Aku menepis tangannya dengan keras. Sepanjang dua puluh tujuh tahun usiaku aku belum pernah main fisik dan berlaku kasar pada perempuan. Tapi Cassandra membuatku melakukannya.“Zach, kamu nggak usah khawatir, aku nggak bakal kalah dari Zola. Lihat sendiri bodyku jauh lebih indah dari dia.” Cassandra meremas dadanya yang membusung.“Stop fucking around! Mau aku panggilin 911?”“Aku juga nggak lagi main-main. Kamu nggak percaya kan kalau aku cinta sama kamu sejak dulu? Aku pengen buktiin sama kamu. Satu kali aja, Zach …”Aku sudah kehabisan kata untuk mengum

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Paizuri

    ZOLAAku membiarkan Zach main berdua dengan Fai. Sementara aku sibuk di belakang membersihkan peralatan makan yang kotor.“Biar aja dulu, La! Bersih-bersihnya besok aja! Kamu nggak capek memangnya?”Aku mendengar seruan Zach yang melarangku.Aku memang capek. Amat sangat capek. Tapi aku nggak tahan melihat tumpukan piring kotor dan gelas-gelas bekas kopi yang belum dicuci. Beginilah kalau laki-laki hidup sendiri jauh dari istri.Jadi sudah seharusnya aku mendampingi Zach di mana pun dia berada. Bukankah seorang istri tempatnya adalah bersama suami?Selesai bersih-bersih di ruang belakang aku kembali ke depan. Zach dan Fai sedang face time dengan Mami, memberitahu bahwa kami sudah tiba dengan selamat.Fai meloncat-loncat saat melihat wajah Ominya.“Mi, onti na (Mi, Aunty mana)?” tanya Fai saat tidak melihat Zeline.“Apa, Nak? Siapa?” ujar Zach bingung.“Maksudnya Zeline, Zach,” jawab Mami.Selama aku pergi aku menyuruh Zeline stay di rumah Mbak Zoi. Aku khawatir ada tingkah Zeline yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Anything For You

    ZOLAAku masih berada di dalam dekapan Zach. Kami baru saja selesai bercinta sesi kedua. Zach membuktikan kata-katanya bahwa akan ada part kedua dan mungkin saja setelahnya akan ada part ketiga dan seterusnya.“Dari tadi tuh banyak yang mau aku tanya sama kamu. Sekarang cerita gimana bisa kamu kepikiran buat ke sini, terus Ariq bilang apa?” Zach menagih agar aku menceritakan semua kronologinya sambil mengelus-elus pangkal lenganku.“Hm, kepikiran aja sih, terus aku minta cuti sama Ariq dan dia ngizinin.”“Terus kerjaan kamu gimana? Apa Ariq nggak bakal repot kalau nggak ada kamu?”Aku memiringkan tubuh mengarah pada Zach. Begitu pun dengan dia memutar posisinya mengarah padaku. Kami saling berbaring miring berhadapan.Tanganku terulur mengelus pipinya. “Seharusnya sih repot, tapi udah ada Zeline yang gantiin aku.”“Zeline? Dia bukannya kuliah?’“Udah kelar, sekarang lagi nunggu wisuda. Jadi daripada bengong nggak tahu mau ngapain aku suruh aja dia datang ke Jakarta dan kusodorin ke Ar

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Mission Failed

    ZOLASama denganku, orang yang saat ini sedang berada di hadapanku ini juga terperanjat. Itu terlihat jelas dari wajahnya. Sudah pasti dia tidak menyangka akan kehadiranku.“Kamu?” Itu potongan kata yang berhasil keluar dari mulutnya setelah terpana berdetik-detik lamanya.“Iya, ini aku. Kenapa kaget?”Cassandra, si perempuan yang saat ini berada di hadapanku buru-buru mengganti ekspresi wajahnya, menyembunyikan rasa terkejut yang sejak tadi tercetak jelas.“Hai, Zola, aku nggak tahu kalau kamu ada di sini,” ucapnya dengan nada suaranya yang khas atau lebih tepatnya diramah-ramahkan tapi sarkas setiap kali berbicara denganku.Aku hanya menatapnya datar sembari mengira apa kepentingannya datang ke sini.Cassandra memiringkan kepalanya melongok ke belakangku, mencuri pandang ke dalam apartemen. “Zach mana?” tanyanya kemudian.“Ada apa?” “Aku mau ketemu sama Zach sebentar.”“Lewat aku aja.”“Oh, begitu? Ya udah. Aku ke sini mau ambil baju yang ketinggalan. Kemarin aku lupa soalnya bur

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Terlalu Sayang

    ZOLASore ini juga atau tepatnya beberapa jam setelah dia pulang Zach langsung mengajakku pergi untuk melihat rumah yang dimaksudkannya. Tidak hanya satu, tapi ada beberapa lokasi.Dia memintaku untuk memilih rumah yang kusuka. Tapi justru itu membuatku bingung. Masalahnya, semua terlihat bagus di mataku.Setelah kami mendiskusikannya berdua, aku dan Zach memutuskan untuk memilih sebuah rumah yang terletak tidak begitu jauh dari downtown tapi tampak begitu nyaman dan damai.Rumah itu memiliki halaman yang luas serta padang rumput kecil di belakangnya. Sangat ideal untuk menunggangi kuda seperti yang digaungkan Zach sebelumnya.Rumah tersebut juga fully furnished dan kami adalah penghuni pertamanya atau dengan kata lain kami membeli rumah tersebut dalam keadaan baru.Sore itu juga transaksi dilakukan. Maka rumah tersebut resmi menjadi milik kami. Uang dan koneksi menjadikan segalanya lebih gampang. Aku hanya diam memperhatikan saat Zach membawa Fai bermain di rerumputan belakang ruma

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Aku Bisa Sakau Kalau Nggak Ada Kamu

    ZOLATidurku begitu nyenyak sampai-sampai untuk kesekian kalinya Zach bangun lebih awal dariku. Sedangkan aku masih meringkuk malas. Selain udara dingin yang menggigit di luar sana, aku juga merasa lelah karena bercinta semalam. Ini adalah hari kelima aku berada di sini, dan hampir setiap malam Zach menggempurku.Aku terkejut ketika membuka mata lebih lebar dan menyaksikan Zach dengan kameranya. Dia asyik memotretku entah sejak kapan. “Zach, kamu ngapain?” tanyaku sambil menaikkan selimut menutupi dadaku yang terbuka.“Lagi moto kamu,” jawabnya santai lalu kembali melanjutkan aktivitasnya memotretku. “Zach, udah dong, jangan foto-foto mulu.” Aku langsung panik membayangkan entah sebanyak apa Zach mengabadikan tubuhku dalam keadaan tanpa busana.“Tenang aja, La, foto ini nggak bakal kesebar. Ini koleksi pribadiku,” katanya seakan mengerti kekhawatiranku.Zach kemudian mendekat padaku lalu menurunkan selimut yang menutupi dadaku hingga aku terpekik. Tapi dia malah tertawa nakal sambil

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-11
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Bertemu Kakak Ipar

    ZOLA“Nanti aku chat Jevin minta bantuan dia buat jemput kamu ke bandara.”“Nggak usah, nanti biar aku pake taksi.” Aku menolak ide Zach karena tidak ingin merepotkan siapa pun, apalagi kakak ipar yang belum pernah kutemui.“Nggak apa-apa, kamu nggak usah sungkan. Lebih aman pulang sama dia ketimbang sama taksi.”Yang dikatakan Zach ada benarnya juga. Apalagi aku berangkat malam dari sini. Itu artinya aku juga akan sampai malam di Indonesia kalau pesawat nggak delay saat transit nanti.“Terus nanti aku harus panggil apa sama dia?” tanyaku lagi mengingat Zach hanya memanggil nama tanpa embel-embel apa pun pada kakaknya.“Terserah kamu, tapi Jevin lebih tua dari Javas, by the way.”“Berarti nanti aku harus panggil dia Mas Jevin?”“Sebaiknya sih gitu.”“Kamu sendiri sama Mas Javas dan Mas Jevin kenapa cuma panggil nama?” kataku memprotes. Apalagi dengan Mas Jevin selisih umur Zach cukup jauh.Zach menderaikan tawanya sebelum menjawab pertanyaanku. “Aku dari kecil memang memanggil mereka

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-11

Bab terbaru

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   TAMAT (True Love never Dies)

    True Love Never DiesZELINESudah beberapa hari ini aku meninggalkan apartemen. Jevin menitipkanku di rumah Mbak Zola karena harus mengikuti event surfing kelas dunia di California.Sebenarnya Jevin tidak tega meninggalkanku apalagi saat ini kandunganku sudah tua. Hanya tinggal hitungan hari maka si kembar akan launching ke dunia. Hanya saja Jevin wajib pergi karena karena mengikuti acara itu adalah impiannya sejak lama.“Masih sakit?” tanya Mbak Zola melihatku meringis ketika masuk ke kamar.Tadi aku mengeluhkan punggung yang terasa ditusuk-tusuk serta pinggang yang pegal. Rasanya ingin menangis saking tidak kuat menahan sakit. Biasanya kalau ada Jevin dia akan mengusap-usap punggung maupun pinggangku. Walau tidak meredakan sakit itu tapi setidaknya kehadiran Jevin membuatku merasa tenang. Ada dia yang melindungiku. Menyatakan bahwa aku tidak sendiri sehingga aku kuat menghadapinya.“Masih, Mbak, sakit banget …” Aku merintih perih. Pinggangku rasanya mau patah. Sementara anak dalam ka

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Husband Goals

    JEVINHari-hariku berubah setelah Zeline dinyatakan hamil. Aku lebih protektif padanya (tapi bukan posesif), karena kami begitu sulit untuk berada di titik ini. Sedangkan Zeline tampak sangat bahagia, walau kadang uring-uringan dikarenakan hormon kehamilan yang mulai memengaruhinya.Saat ini aku dan Zeline sedang berada di rumah sakit untuk memeriksakan kandungan Zeline. By the way, ini adalah rumah sakit ketiga yang kami kunjungi saking excited, syok, bahagia, kolokan, whatever you name it. Aku dan Zeline khawatir kalau ternyata Zeline tidak benar-benar hamil dan hasil test pack itu salah. Untuk itulah kami mencari second hingga third opinion.Rumah sakit ketiga yang kami kunjungi merupakan milik orang Indonesia yang sudah menetap bertahun-tahun dan berganti kewarganegaraan menjadi warga Amerika. Oleh sebab itulah dia lancar berbahasa Indonesia. Bahkan tadi saat tahu kami orang Indonesia dia sangat excited.“Langsung kita periksa saja ya, Zel, silakan berbaring di sana,” suruh dokter

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Yang Dinanti Sejak Lama

    JEVIN“Om Jep, Kaka udah sekolah sekalang …” Kaka tersenyum bangga menceritakan aktivitasnya. Masih dengan mengenakan seragam putih biru dia memamerkan tubuhnya dengan bergerak-gerak mengayunkan kaki serta merentangkan tangannya di hadapanku. Aku tertawa geli melihat Kaka yang begitu menggemaskan. Andai saja saat ini aku dan dia berhadapan langsung maka aku akan menggendong dan menciumnya bertubi-tubi. Sayangnya jarak yang memisahkan membuatku dan Kaka hanya bisa saling menatap melalui layar gawai.“Wah, berarti Kaka udah gede dong, kan udah sekolah. Tadi belajar apa di sekolah?”“Banyak, Om.”“Salah satunya?”“Menggambal, mewalnai, sama lipat keltas.”“Origami maksudnya?”“Apa, Jev? Siapa yang poligami?” Suara lain penuh antusias tiba-tiba terdengar menyela. Zeline muncul dari belakangku lalu duduk di sebelahku dan menatapku dengan mata melebar.“Nggak ada yang poligami, tadi aku bilang origami bukan poligami. Tanya deh sama Kaka.”“Ontiii … Kaka lindu sama Ontiiii …” Kaka berteria

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Jalan Terakhir

    JEVINZeline memucat di hadapanku. Bibirnya bergetar. Sementara aku memandanginya dengan tidak mengerti.“Menggugurkan anak kita?” Aku mengulangi ucapannya tadi.Bagaimana mungkin dia menggugurkan anak kami sedangkan dia belum pernah hamil?“Aku beneran nggak ngerti kamu lagi ngomong apa. Bisa jelasin ke aku?”Zeline tidak menjawabku. Aku melihat mata indahnya berkaca-kaca yang membuatku semakin bingung.Aku memegang tangannya, meminta padanya sekali lagi untuk menjelaskan padaku. Tapi yang terjadi adalah dia berurai air mata.“Ayang, please, ini ada apa? Kamu kok nangis gini?” Aku memeluknya. Bukan diam, isaknya semakin keras.Aku benar-benar tidak habis pikir apa yang sesungguhnya terjadi.“Kita pulang dulu yuk.” Aku mengajaknya kembali ke hotel yang berada tidak jauh dari rumah sakit. Selama di dalam perjalanan Zeline tidak bersuara. Aku tidak memaksanya bicara. Aku memberinya waktu sampai dia siap untuk memberitahu.Setiba di hotel aku memberinya air minum. Lalu menanti beberapa

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Rahasia Yang Tersimpan

    ZELINE“Gimana, Yang? Kamu suka?”Aku memandang Jevin lalu menganggukkan kepala setelah puas melihat-lihat. Saat ini kami sedang berada di sebuah apartemen yang terletak di Downtown. Kami memutuskan untuk membeli apartemen karena nggak mungkin tinggal selamanya di rumah Mbak Zola.“Jadi fix kita ambil yang ini?” tanya Jevin lagi, padahal kami sudah resmi membelinya.“Fix, Jev,” jawabku memutuskan yang membuat broker properti yang mendampingi kami mengembangkan senyum lebar.Lalu Jevin bicara dengannya sedangkan aku berjalan ke tepi jendela lalu mengamati lalu lintas yang terhampar di luar sana. Dari ketinggian lantai delapan belas mobil-mobil yang melintas tampak seperti kotak-kotak kecil dalam temaram cahaya malam.Aku mengembuskan napas lega. Ini adalah bulan keempat kami di USA. Dan syukurnya kehidupanku berjalan dengan baik di sini.Setelah interview waktu itu aku diterima bekerja di sebuah perusahaan teknologi dan informasi. Sejauh ini aku enjoy kerja di sana. Selain sesuai den

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Hanya Masalah Waktu

    ZELINE“Kebetulan banget kamu ke sini, jadi aku nggak perlu cari orang lagi buat benerin laptop.”Aku mendelik mendengar ucapan Zach sedangkan dia terkekeh geli.“Jauh-jauh ke sini cuma buat benerin laptop.” Aku pura-pura merajuk namun tak urung menerima MacBook yang diberikan Zach.Meski Zach tahu betul apa spesialisasiku, tapi orang-orang sering salah kaprah. Mereka menganggap anak IT hanya tukang memperbaiki komputer rusak. Padahal lebih dari itu. Teknologi informasi bukan perkara hardware, tapi lebih ke software, seperti bidang yang kutekuni.Aku menyalakan MacBook milik Zach yang katanya rusak. Sambil menunggu booting aku mendengar obrolan Zach dan Jevin.“Hari ini Zeline bakal nyoba apply beberapa job vacancy. Tapi di kantor lo kira-kira lagi butuh programmer nggak?” tanya Jevin pada adiknya.Zach tidak langsung menjawab. Dia tampak berpikir sesaat. “Seingat gue belum. Paling kalo ada bakal diumumin di official website. Tapi nanti deh gue tanya HR buat lebih jelasnya,” kata Zach

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Memulai Hidup Baru

    ZELINE“Auntyyyy ...”Suara halus anak kecil laki-laki mengisi pendengaranku. Fai berlari kecil lalu menghambur memelukku saat aku tiba.“How are you, Boy?”“I’m fine, and you?” Bibir mungilnya bergerak-gerak lucu menanyakan kabarku. Tanpa sengaja aku jadi ingat Kaka.Tatapan Fai lantas pindah pada Jevin. Anak itu mengerutkan dahi mencoba mencari tahu siapa laki-laki bertubuh atletis di sebelahku.“Hai, Fai, ini Om Jevin, masih ingat nggak?” Jevin menanyakannya saat menemukan tatapan heran anak itu.Fai terlihat bingung. Mungkin karena jarang bertemu dengan Jevin sehingga ia harus memulihkan lagi ingatannya.“Mamaaaa!” Fai berlari menuju Mbak Zola yang baru muncul dari arah dalam rumah. Lalu Mbak Zola berbicara menerangkan sesuatu pada anaknya.Aku dan Jevin datang berdua dan memang sengaja meminta tidak dijemput ke bandara.“Fai nanya katanya itu siapa. Dia agak lupa itu Om Jevin yang mana.” Mbak Zola menerangkan pada kami.Jevin tertawa pelan. Jevin memang lebih dekat dengan Kaka ke

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Gembok Cinta

    JEVINSudah sejak tadi aku berorasi membujuk Zeline, meyakinkan padanya bahwa hanya dialah yang aku cintai. Apapun yang terjadi di masa lalu, sebanyak apapun perempuan yang pernah singgah di kehidupanku (jika memang benar), tapi hanya dialah satu-satunya wanita yang kujadikan pendamping hidup sampai akhir usia.Berjam-jam aku membujuknya. Mulai dari bandara tadi sampai pesawat mengudara. Zeline tidak merespon satu kali pun kata-kataku. Kendati begitu aku yakin dia mendengar apa yang aku sampaikan. Hanya saja dia masih dikuasai emosinya, egonya, rasa cemburunya.“Dia bukan tipeku, lihat aja bibirnya tipis,” ucapku di ujung keputus asaan.Aku pikir Zeline masih tidak merespon. Siapa sangka dia bereaksi dengan cepat.“Maksud kamu?” terjangnya. Dan itu membuatku bersemangat.“Aku nggak suka cewek berbibir tipis.”Dia menantangku dengan matanya.“Kamu mau tahu nggak, Yang? Kenapa?”Tatapannya semakin lekat di wajahku. Aku tahu dia butuh jawabanku tapi gengsi untuk bertanya. Dia sangat pena

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Bed Friend

    ZELINEWhat does she say? Pacarnya Jevin?Aku menatap Jevin lekat dengan sorot meminta konfirmasi mengenai apa yang baru saja kami dengar.Jevin balas menatapku dengan kebingungan yang semakin menjadi. Dia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.“Aku nggak kenal dia,” bantahnya tegas.“Tapi dia bilang pacar kamu, Jev.”“Pacar gimana? Aku udah punya kamu begini. Udahlah, Yang, nggak usah pedulikan gangguan dari luar yang akan bikin hubungan kita jadi rusak. Aku kan udah bilang itu sebelumnya.”“Apa, Jev? Jadi karena kamu udah punya yang baru makanya mengingkari hubungan kita dulu?” sela Calista tidak terima.Jevin mengalihkan pandangan ke arah Calista. “Sorry, tapi aku nggak pernah kenal sama kamu apalagi menjalin hubungan seperti yang kamu sebutkan.”“Kamu bisa bilang begitu sekarang karena kamu udah punya yang lain. Tapi buat aku, hubungan kita dulu adalah segalanya. Kita udah sejauh itu. Apa kamu lupa, Jev?”“Sejauh apa?” tanyaku cepat. Mulutku tidak bisa direm mendengar pengakuannya.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status