Semilir angin pantai menerpa wajah tampan Rio yang terlihat tidak bersemangat. Awalnya putra pertama Nadia dan Gio itu berpikir cukup dengan tidak pernah bertemu lagi maka hubungan itu bisa diartikan sudah berakhir. Tetapi hal itu tentu akan terasa sangat tidak adil bagi Ishana. Dan di sinilah Rio k
Ishana tertawa lebar saat dia bersama Handa jalan-jalan bersama di sebuah pusat perbelanjaan. Troly yang saat ini sedang didorong oleh istri pengusaha kaya itu sudah penuh dengan berbagai bahan makanan dan juga camilan. Handa hanya menggelengkan kepala saat melihat putri sulungnya yang bertingkah se
Handa merasa jika dirinya saat ini telah gagal menjadi seorang ibu, saat putri kandungnya seolah enggan untuk menceritakan permasalahan yang sedang dia hadapi sekarang. Selama ini Handa selalu bersikap terbuka dengan kedua putrinya, tetapi tampaknya mereka memang merasa lebih nyaman saat bersama den
Rio berdiri di dekat jendela kamarnya menikmati indahnya langit senja. Hanya itu yang kini menjadi hiburan bagi Rio. Putra pertama Nadia dan Gio itu menganggap nasibnya kini sama dengan senja. Kala senja yang begitu indah harus rela mengalah pada gelapnya malam. Begitu juga dengan cintanya pada Isha
Dengan sabar dan penuh kasih sayang Bia merawat Rio, kakak sulungnya. Sahabat Ishana itu akan menunggu sampai sang kakak membuka mulutnya, mengunyah, menelan, hingga menghabiskan makanan yang telah disediakan oleh sang bunda. Tentu hal seperti ini tidak akan bisa dilakukan oleh Nadia, bukan karena t
"Selama ini kakak merasa hubungan kakak dengan Isha baik-baik saja, dan semua akan lancar sampai kami melangkah ke jenjang pernikahan." Rio menundukkan kepalanya sambil menggelengkan kepala pelan, seolah tidak percaya dengan takdir cinta yang harus mereka jalani saat ini. "Selama ini kakak mengira,
Nadia mendatangi rumah Permadi, dia ingin menemui Dio yang sudah beberapa hari tidak pulang ke rumah. Tetapi ternyata hari itu Dio ada bimbingan skripsi, sehingga ibu tiga anak itu hanya bertemu dengan Permadi dan Diandra yang kebetulan belum berangkat ke butiknya. Ayah dan anak itu kini berbincang
Pintu terbuka, dengan perlahan Nadia dan Diandra mengayunkan kaki melangkah memasuki ruangan yang dahulu merupakan kamarnya waktu masih gadis, dan sekarang kamar tersebut ditempati oleh Dio. Kamar tersebut kini terlihat lebih luas dan lebih lega, karena tidak ada banyak barang di sana. Hanya ranjang