Rio berdiri di dekat mobilnya, meski tangannya sudah memegang handle, tetapi tampak ada keraguan pada diri pemuda itu. Dipandanginya gedung yang menjulang tinggi di hadapannya, terpampang jelas logo perusahaan dengan dua huruf kapital, OC, Oetama Corporations. Perusahaan yang dirintis oleh leluhurny
"Berikan kepada saya satu alasan yang tepat!" ucap Satria dengan tatapan tajam ke arah Rio, jemarinya bergerak berirama mengetuk-ngetuk surat pengunduran diri Rio yang berada di atas meja, tepat di hadapannya. Suasana akrab yang sudah terjalin cukup lama, terasa menguap begitu saja. Kini Satria pun
Nadia sedang sibuk memasak di dapur, sayuran adalah menu yang wajib ada di atas meja makan keluarga Oetama. Kebiasaan Gio yang tidak bisa makan jika tidak ada sayuran, akhirnya diikuti oleh anak-anaknya. Bi Siti membantu Nadia menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan, pagi ini Nadia ingin menghidangka
Nadia memasang dasi Gio, sebuah kegiatan yang hampir setiap hari dia lakukan selama lebih dari dua puluh tahun. Tidak ada rasa bosan di hati keduanya kala melakukan hal itu, sebuah rutinitas yang sangat sederhana dan mudah, tetapi ternyata terbukti ampuh untuk menjaga keharmonisan rumah tangga merek
Hari pertama Rio bekerja di Oetama Corporations disambut dengan setumpuk berkas yang sudah lama ditinggalkan oleh Alta. Rio harus benar-benar bertindak secara profesional, bukan belajar lagi seperti apa yang selama ini dia lakukan saat berada di Arga Group. Tidak ada kesempatan untuk mengeluh, kare
"Delia!" panggil Rio pada sang sekretaris yang sudah sampai di depan pintu. "Kau sudah makan siang?" tanya Rio. "Belum, Pak!" jawab Delia singkat. "Ini untukmu," ucap Gio dengan senyum merekah sambil menyerahkan makan siang yang dia pesan secara online. Terlihat binar bahagia di mata Delia karena
Melangkah dengan terburu-buru meninggalkan Gedung Arga Group, berulang kali Gio menggelengkan kepalanya, sungguh dia tidak mengira Satria akan bertindak demikian kepada dirinya. Hubungan baik yang terjalin antara dua keluarga dan hubungan bisnis antara dua perusahaan seolah tidak ada artinya bagi Sa
Setelah membuka pintu dan mempersilahkan para tamu masuk, Satria langsung kembali mendekat dan duduk di tepian brankar dimana sang istri berada. Satria benar-benar tak ingin jauh dari istri dan anaknya, anak yang kehadirannya sudah lama mereka nantikan. Senyum bahagia terus mengembang di bibir pasan
Rio mencium kening Ishana yang terlelap dengan wajahnya yang masih terlihat pucat. Lelaki yang kini telah bergelar suami itu merapikan selimut agar menutupi tubuh istrinya hingga sebatas dada. Rio pun bergegas keluar untuk menemui keluarga yang sudah berkumpul di luar kamar. Meskipun pernikahan dil
Setelah pintu terbuka sebuah kejutan bagi Rio saat melihat keluarganya datang, meskipun harus tanpa adanya Dio. Adik yang tentunya juga sangat dia rindukan, karena setelah pernikahannya hingga saat ini Rio belum bertemu kembali Dio kembali. Ternyata bukan hanya keluarga Oetama yang datang tetapi pa
Sebagai orang yang dianggap paling dekat dengan Ishana, tentu Bumi menjadi terduga paling utama sebagai pelaku yang telah memberikan racun kepada Ishana. Karena itulah Bumi kembali ke Amerika untuk memberi keterangan dan membuktikan jika dirinya bukanlah pelaku kejahatan tersebut. Penyelidikan yang
Rio menatap boneka yang berbentuk bulan, yang saat ini menemani Ishana tidur. Senyum terukir indah di bibir Rio kala mengingat saat dia membeli boneka itu untuk Ishana. Rio sangat yakin jika sampai detik ini Ishana masih mencintainya dan akan bersedia untuk menikah dengannya. Sebenarnya tidak masala
"Maafkan sikap mamanya Isha!" pinta Satria. Saat ini Rio dan Satria sedang duduk berhadapan berada di sebuah restaurant, Satria tahu jika sejak kedatangannya Rio belum makan sama sekali. "Apa yang terjadi pada Isha, Om?" tanya Rio yang sejak tadi belum mendapatkan jawaban. "Ada orang yang ingin m
"Sudah merasa lebih baik?" tanya Bumi kepada Ishana Putri sulung Handa dan Satria membersihkan sisa muntahan yang masih ada di sekitar mulutnya dengan tisu yang di sodorkan oleh Bumi. Tak ada satu orang pun yang ingin merasaka sakit, begitu juga dengan Ishana, meskipun saat ini dia menempati ruang
"Tanggung jawab apa?" tanya Rio kepada Bia dengan mengerutkan dahinya. "Bia nggak tahu, Kak! Tapi sepertinya antara Kak Bumi dan Isha ..." Lidah Bia terasa kelu, hingga dia tidak bisa melanjutkan kalimatnya, Si bungsu di keluarga Oetama itu justru memalingkan wajahnya karena tidak ingin jika sang
Sudah hampir satu minggu keluarga Argawinata meninggalkan Indonesia, tak ada kabar dan berita yang bisa di gali dari orang-orang terdekat, karena kepergian mereka yang begitu mendadak. Usaha Rio untuk menghubungi Satria dan Handa tidak pernah membuahkan hasil, bahkan ponsel Ishana sudah lama dalam k
Tidak alasan bagi Nadia dan Gio untuk menolak lamaran dari Bumi, apalagi Bia sendiri telah menganggukkan kepalanya sebagai tanda jika si bungsu itu telah menerima lamaran dari kekasih hatinya. Meskipun hubungan mereka belum lama terjalin, bahkan selama ini Bia dan Bumi harus menjalani hubungan jarak