Seorang wanita mengatur napasnya karena merasa gugup, berharap dia tidak tertangkap oleh bodyguard yang berjaga di depan kamar rawatnya. Dua bodyguard yang berjaga di depan adalah bawahan sang suami lebih tepatnya 'mantan suami' bagi Shireen.
Kenapa mantan suami? Karena Shireen sudah menandatangani surat gugatan perceraian beberapa waktu yang lalu dan meninggalkannya di atas meja.
Meski dia sadar jika sah tidaknya gugatan tersebut ada pada tangan suami tapi, Shireen tetap melakukannya. Masa bodo dia terima atau tidak yang penting Shireen sudah mengajukannya dan hal itu tidak bisa diganggu gugat.
Rencana ini harus berhasil karena hanya ini kesempatan untuk Shireen kabur. Berharap pada keberuntungan Shireen nekat melakukannya disaat mantan suaminya itu sedang menerima telepon entah dari siapa dia tidak tahu dan tidak pernah mau tahu.
Shireen membuka pintu ruangan dan keluar dengan tenang. Baru saja dua langkah Shireen melangkahkan kakinya, dia sudah dicegat oleh salah satu bodyguard.
"Berhenti!" cegah salah satu bodyguard.
Mata Shireen sedikit melotot kaget. Namun, segera dia normalkan kembali untuk menghilangkan kecurigaan bodyguard.
Shireen berdeham supaya suaranya sedikit berubah, "Ada apa?" tanyanya.
"Saya akan memeriksa kotak yang anda bawa." Kata bodyguard tersebut.
Shireen menatap tajam pada bodyguard itu, "Silakan jika ingin dipecat!" tegasnya.
Mendengar kata pecat, bodyguard itu mengurungkan niatnya untuk membuka kotak tersebut meskipun masih dalam mode curiga. Dia tidak mau jika sampai kehilangan pekerjaan. Namun, dia tidak sadar jika tindakannya itu akan membuatnya dipecat bahkan sampai kehilangan nyawa.
"Permisi!" finnal Shireen.
Shireen melangkahkan kakinya dan pergi. Wanita itu bernapas lega karena bisa melewati dua bodyguard yang dikenalnya sangat kejam. Tapi, tidak jauh Shireen melangkah Adam berjalan menuju kearahnya.
Shireen gemetaran, jika sampai mantan suaminya itu menangkapnya maka tidak akan pernah ada kesempatan untuknya kembali melarikan diri.
Adam melewati Shireen, mata lelaki itu sedikit melirik dan merasa aneh pada wanita yang tengah berdiri sedikit menunduk sembari membawa kotak yang lumayan besar.
Adam sedikit curiga. Namun, kecurigaannya hilang saat suara gaduh dari arah ruangan sang istri menarik perhatiannya. Adam langsung berlari.
Kepergian Adam digunakan Shireen untuk segera pergi dari tempat itu, jantungnya masih tetap berdegup sangat kencang takut jika dia tertangkap.
Shireen langsung masuk kedalam mobil yang memang sudah disiapkan untuk menjemputnya.
"Cepat jalan!!" perintah Shireen cepat, keringatnya sudah mulai membasahi dahinya.
Shireen menengok ke belakang, setelah merasa aman dengan keadaan, Shireen langsung membuka kotak yang dia bawa tadi yang ternyata berisi bayi. Bayi yang baru saja dilahirkannya dua hari yang lalu.
Ide kaburnya sangat gila! Bahkan tidak memikirkan keselamatan bayinya yang bisa saja kehabisan napas saat dalam proses kaburnya.
"Kamu gila, Ren!" omel Dika.
"Diamlah! Anakku sedang tidur!" omel balik Shireen.
Dika langsung bungkam, dia tahu jika Shireen sudah mengatakan dengan tegas berarti ucapannya tidak bisa dilawan. Dika adalah teman baik Shireen, jadi dia tahu betul bagaimana perangai wanita itu.
"Antarkan aku ke bandara sekarang, Dik." Shireen mengatakan seraya menimang bayinya.
"Kamu gila! Kalau Adam sampai tau aku bersengkongkol sama kamu buat kabur dari dia, habis aku, Ren!" Dika menggerutu kesal.
"Sudahlah, jangan memperumit keadaan. Antarkan saja aku ke bandara sekarang." Shireen memejamkan matanya dan memijat pelipisnya ringan.
Dika hanya menghela napas berat dan fokus pada jalanan. Merutuki dirinya sendiri dalam hati dan harus menyiapkan mental jika Adam tahu tentang dia membantu kabur istrinya.
Sedangkan di rumah sakit, Adam mengamuk dan menghancurkan fasilitas rumah sakit yang ada di kamar rawat istrinya. Dia juga menghajar dua bodyguard yang ditugaskan untuk berjaga. Bahkan bodyguard itu hampir kehilangan kesadarannya jika saja Riki tidak datang menenangkan Adam yang tengah menghajar dua bodyguard itu.
Adam duduk diam memegang kertas yang sudah tidak mulus lagi karena cengkramannya.
Riki menerima telepon dari bawahannya yang ditugaskan untuk melacak keberadaan Shireen. Setelah mendapatkan informasi, Riki menghampiri Adam yang terlihat sangat kacau. Laki-laki itu bisa jadi singa dalam hal bisnis dan dunia bawah. Namun, akan jadi kucing yang sangat penurut saat bersama Shireen.
"Kita mendapatkan lokasi Shireen sekarang." Riki memberi tahu.
Adam segera beranjak dari duduknya dan mengambil jas yang dia lepaskan tadi lalu menghela napas panjang.
"Ayo!" ajak Adam 'tak sabar.
"Kamu lihat saja, sayang! Hukuman apa yang akan aku berikan saat kamu sudah ada dipelukanku!" kesal Adam dengan seringainya.
Jiwa devil-nya kembali muncul setelah sudah lama terpendam. Dengan tidak sabar Adam dan Riki berjalan menuju mobil yang akan membawa mereka menjemput Shireen.
*****
Di bandara, Shireen meminta Dika untuk membelikannya minuman. Tapi saat Dika membelikan minuman untuknya, Shireen menyelinap ke kamar mandi. Shireen berganti pakaian kembali disana dengan menggunakan pakaian ibu-ibu tanpa sepengetahuan Dika.
Shireen tahu jika kekuasaan Adam jauh dari orang biasa, mungkin sekarang Adam tengah menuju bandara sekarang. Dan benar saja, anak buah Adam sudah lebih dulu sampai di bandara.
Saat Shireen akan masuk ke dalam taksi, Shireen melihat Adam baru keluar dari mobil bersama Riki. Cepat-cepat Shireen masuk.
"Pak jalan sekarang, Pak!" pinta Shireen tidak sabar.
Supir taksi sedikit kaget dan bertanya, "Kemana, Neng?"
"Sudah jalan dulu saja, Pak! Nanti saya yang kasih tau mau kemana!" kata Shireen tidak sabar.
Supir taksi mengangguk, "Baik, Neng."
Di dalam bandara, Dika kelimpungan mencari Shireen. Merasa dibodohi dua kali hari ini oleh sahabatnya itu. Pertama membantunya kabur, kedua membantunya membelikan minuman.
Disaat Dika mencari-cari keberadaan Shireen, bahunya di tepuk seseorang. Dika merasa aura dingin di punggungnya sangat pekat hingga tubuhnya menjadi gemetaran.
Perlahan Dika menoleh dan tersenyum bodoh. Mata Adam sangat tajam menatap Dika seperti ingin mengulitinya.
Saat Adam hendak memukul wajah tampan Dika, Dika mengangkat kedua tangannya sehingga semua barang yang dia bawa tadi terjatuh untuk melindungi wajahnya.
"Wait! Wait! Dengerin aku dulu, Dam!!" seru Dika mencegah.
"Teman macam apa kamu membantu kabur teman kamu sendiri dari suaminya, hah!?!" bentak Adam keras.
"I-iya, aku salah! Aku mengaku salah, oke! Sekarang yang penting cari istri kamu dulu. Soalnya dari tadi aku nyari dia nggak ketemu!" Dika mencoba menghentikan aksi Adam.
Adam melepas cengkeramannya dan tersadar jika sang istri 'tak lagi di sekitar mereka. Adam mengepal kuat merasa kecolongan untuk kedua kalinya.
"Cari cepat istriku!!!" teriaknya menggema.
Adam tidak perduli lagi atas citranya atau omongan orang-orang disekitarnya. Yang jadi prioritasnya sekarang adalah Shireen ketemu, itu saja.
Para anak buah Adam segera berpencar mencari.
"Adam, apa kamu merasa jika Shireen ada orang yang membantunya? Aku curiga jika itu benar adanya. Kamu lihat anak buah aku dan kamu sampai disini lebih dulu tapi mereka sama sekali tidak menemukan keberadaan Shireen?" Riki mulai mengutarakan kecurigaannya.
Adam sejenak berpikir dan membenarkan apa yang sahabatnya itu katakan. Kemungkinan besar Shireen dibantu oleh seseorang itu sangatlah mungkin dan yang menjadi pertanyaan Adam, siapa orang itu?
Adam membelalakkan matanya. "Aku sepertinya tau siapa dia!" geram Adam mengepalkan tangannya.
Riki melihat Adam ngeri, meski sama-sama bergerak di dunia bawah, tapi Adam lebih kuat dari dirinya. Dan melihat laki-laki itu seperti ini, Riki merasa takut jika bencana akan datang sebentar lagi.
Hai semua, jika suka dengan ceritanya jangan lupa masukan ke perpustakaan kamu ya, salam dari author kece^_^
Shireen menatap tidak suka pada bangunan megah didepannya, bagi setiap orang pasti banyak yang mendambakan untuk memiliki rumah atau hanya sekedar tinggal di sana juga tidak masalah, tapi tidak dengan Shireen. Tatapan matanya penuh kebencian. Bukan hanya ayah dan ibunya saja yang sudah meninggal di tangan orang yang punya rumah didepannya, tapi juga dirinya pun jadi tawanan. Tawanan untuk sebuah perjanjian yang dia tidak tahu apa itu. Dan kakaknya, kakaknya hilang entah kemana. Seorang pria berjas rapi dengan postur tubuh tampan dari ujung kaki sampai rambut, keluar dari mobil yang berbeda dengan shireen. Tatapan membunuh Shireen ditunjukkan kepadanya yang menatap Shireen dengan seringaian mengejek. "Bawa dia masuk!" perintahnya kemudian berjalan mendahului mereka. Shireen menatap benci sebenci-bencinya pada laki-laki didepannya itu. Gadis itu diseret paksa oleh anak bu
Bola mata Shireen bergerak di balik kelopak mata ketika cahaya matahari mengusik tidurnya. Matanya perlahan terbuka dan memegang kepala karena merasa pusing. "Sudah bangun?" Suara yang familiar menyentak telinganya. Adam berjalan menghampiri Shireen dan mengambil sebuah tablet dan menyerahkannya pada Shireen. "Ambil ini dan cepat bersiap!" tegas Adam. Shireen mengulurkan tangan menerima tablet tersebut dan menatap penuh tanya pada Adam, "Apa ini?" tanyanya. "Obat lambung. Cepat mandi dan turun ke bawah. Tidak ada kata penolakan dan pemberontakan seperti kemarin!" finnal laki-laki itu lalu langsung pergi dari kamar tersebut. Shireen menatap tidak suka pada Adam. Orang yang kejam telah memberikannya sebuah obat lambung? Tidak tahu jika memang benar obat lambung bukan racun. Pikiran buruk selalu Shireen lemparkan pada Adam yang menurutnya sangat keja
HAPPY READING MAN-TEMAN :,-)Shireen menatap langit-langit kamar dengan sedih, gila! Keputusan yang dia ambil adalah hal gila. Sekarang dia sangat menyesal akan persetujuannya tentang kontrak itu, tapi tidak bisa menarik kembali ucapan dan stempel di kontrak tersebut.__________________Shireen menatap marah pada surat dan dua orang dihadapannya. Bagaimana mereka dengan entengnya mengatakan hal yang di luar nalar seperti itu? Meminjam rahim? Astaga, Shireen tidak bisa membayangkan bagaimana keadaannya nanti.Dia akan menikah dan melahirkan tapi tidak punya hak atas anaknya kelak, ini gila. Sekali lagi Shireen dirugikan oleh laki-laki dihadapannya."Aku nggak mau!""Nggak ada kata tolakan!" Adam berkata tajam tidak ingin dibantah dan lagi-lagi suara kesakitan kakak Shireen menggema di ruangan itu seakan b
Shireen membanting pintu dengan kesalnya, rencananya gagal total sekarang. Bahkan dia begitu tidak punya muka untuk bertemu dengan lelaki yang nantinya akan menjadi suaminya bernama, Adam.Di jatuhkannya dengan sedikit keras tubuh yang tadi dengan berani menyelinap ruangan seperti kandang singa pemilik rumah. Ya bisa dibilang seperti itu bukan? Adam memang seperti singa, sangat menyeramkan."Dasar laki-laki sinting! Hah! Lagian itu orang nggak tidur apa? Padahal sudah jam segini." Shireen menggerutu seraya matanya melirik jam yang ada di dinding yang menunjukkan pukul 2 malam.Lama kelamaan Shireen tenggelam dalam pikirannya hingga matanya semakin berat dan tertidur dengan pulas. Lima belas menit kemudian ada yang membuka pintu dan tidak lain tidak bukan adalah Adam sendiri.Ditatapnya wajah damai Shireen yang tertidur pulas. senyumnya terbit saat Shireen juga tersenyum. Adam semakin mendekat dan tan
Happy reading man-teman^_^Shireen yang melihat Adam kesakitan pun menjadi bingung dan bersalah. Dia sedikit bergetar saat menyentuh bahu Adam yang sakit akibat ulahnya. Di bangunkan dan didudukan di sofa kamar.Shireen segera bergegas keluar kamar dan meminta obat pada pelayan rumah Adam. Setelah mendapatkan kotak obat, Shireen langsung berlari masuk kembali ke kamar.Mella sudah tidak ada di rumah, setelah mendatangi kamar yang ditempati oleh Shireen dan melihat Adam yang tidur di kamarnya, dia langsung ke luar karena jadwal pemotretannya.Bukan dia tidak kesal, tapi pekerjannya yang membuatnya harus pergi meninggalkan keduanya. Menurut Mella itu juga untuk membiasakan diri, tidak dipungkiri jika nantinya Shireen akan jadi madunya bukan?Adam meringis sakit karena lukanya ditekan dengan keras oleh Shireen. "Bisa diam tidak!" seru Shireen kesal karena Adam terus saja mengaduh sa
Happy reading man-teman^_^Setelah sarapan bersama Shireen, calon istri keduanya. Adam langsung berangkat ke kantor untuk mengurus perusahaannya. Lelaki itu wajahnya sangat terlihat ceria pagi ini dan itu juga tidak luput dari perhatian sang asisten."Wajah Tuan sangat berseri pagi ini.""Oh ya? Baguslah jika begitu.""Maaf, Tuan. Persiapan pernikahan yang akan di selenggarakan dua hari lagi sudah selesai 80%. Sesuai perintah Tuan jika ini hanya sederhana saja maka persiapan sudah rampung di kerjakan dan nanti siang akan ada EO yang kami sewa datang ke rumah."Adam mengangguk mengerti dan memainkan ponselnya. Di carinya nomer Shireen dan mengetikkan sesuatu."Nanti siang akan ada EO dan desainer yang datang ke rumah. Kamu ikut arahan mereka."Lima menit tidak mendapatkan balasan, Adam mengetik kembali. "Kamu ngerti tidak? Hei jawab aku!"
Seperti yang dijadwalkan satu Minggu yang lalu, hari ini adalah hari pernikahan siri Adam dan Shireen. Acara tersebut di hadiri hanya para teman dan anak buah nya saja.Adam tidak mempublikasikan pernikahan keduanya karena Mella pasti akan sangat kecewa dan status Shireen juga hanya sebagai seorang rahim pengganti saja.Di dalam kamar Adam tengah menatap lembut sang istri yang terdiam dengan tangan yang terus bergerak mendandani Adam.Ada raut sedih di matanya dan Adam bukanlah orang yang bodoh. Dia tahu Mella kini tengah sedih karena pernikahan keduanya.Di tarik ke atas dagu sang istri supaya menatapnya, tangan Mella yang sedang memakaikan dasi pada leher Adam pun menghentikan gerakannya dan menatap Adam seksama."Ada apa?" tanya Adam lembut.Mella sedikit mengulas senyum kemudian berkata, "Tidak apa-apa.""Ayolah, Sayang. Ini bukannya kamu mau jug
Shireen duduk di samping Adam dengan gugup. Matanya tidak berani menatap semua orang di tempat itu. Menunduk dan terus menunduk sampai Adam dengan isengnya menyentuh pinggang Shireen sehingga perempuan itu tersentak dan mau tidak mau dia mendongak. Adam tersenyum puas.Mata Shireen menatap lurus dan mendapati beberapa orang tersenyum padanya tidak terkecuali penghulu di depannya. Di belakang, Mella menahan hatinya yang berdenyut nyeri karena cemburu.Penghulu mulai pada acara perkenalan dari kedua mempelai sampai pemastian mahar. Setelah itu semua lengkap, penghulu tersebut menjabat tangan Adam untuk ijab qobul.Mata Shireen terpejam erat saat namanya di sebut dengan lantangnya oleh laki-laki di sampingnya itu. Dan saat saksi mengatakan SAH! Itu awal dari perjalanan menyedihkan Shireen.Shireen menarik napas dalam-dalam menahan gejolak dihatinya. Yang dia rasakan sekarang semua rasa bercampur menjadi satu. Ada marah, haru, sa
SELAMAT MEMBACA.Di dalam sebuah rumah, terlihat seorang wanita yang tengah duduk di sofa di dalam kamarnya. Wanita itu duduk sembari memandangi wajah cantik yang terdapat pada bingkai foto."Apa kamu di sana baik-baik saja? Aku harap iya. Oh tidak! Pasti kamu baik-baik saja." Wanita itu tersenyum. "Tenanglah, anakmu sudah aku temukan. Maafkan aku yang nggak percaya sama kamu dulu, ya ....""Ma!"Wanita itu terhenyak dan menoleh. "Mama di sini, Sayang!" serunya memberi tahu.Seorang pemuda masuk tanpa mengetuk. "Ma, dasi aku warna biru ke mana?" tanyanya terburu-buru."Ada di lemari kecil dekat tempat kamu menyimpan jam.""Benarkah? Kenapa tadi aku mencari nggak ada ya?" gumam pemuda yang tidak lain adalah anak perempuan itu.Perempuan itu tersenyum, "Cari yang benar," katanya lembut."Ya ya ya ... terima kasih, Ma." Setelah mengatakan itupun pemuda yang akrab dipanggil Harus itupun mengecup pipi sang mama sebelum hilang untuk mencari dasinya kembali.Di meja makan sudah ada Anas, sua
SELAMAT MEMBACA. Adam terus saja mengusap-usap punggung Shireen, Shireen sudah mulai tenang ... tapi otak jahil Adam pun keluar. Tangannya semakin turun dan membuat Shireen mengerutkan keningnya. "Apa yang kamu lakukan?!" pekik Shireen memukul tangan nakal Adam. Adam hanya menyeringai saja tanpa mengindahkan kata-kata sang istri. "Dasar mesum! Enyah kau!" geram Shireen. Adam kembali menyeringai lalu berbalik berjalan keluar. Shireen menggeram marah. Selalu saja di buat marah oleh laki-laki yang berstatus suami itu. Adam kembali duduk dan menelpon salah satu bawahannya untuk meminta mereka membelikan makanan, Adam mendengar bunyi yang unik dari perut Shireen tadi yang tandanya istrinya itu lapar . &
SELAMAT MEMBACA. Hari sudah sore dan Shireen sudah kembali terjaga dari tidurnya. Perutnya terasa kram saat dirinya hendak terbangun. "Aw!" pekik Shireen mengeluh seraya memegang perut bagian bawah. "Tenang sayang ... tenang ya." Shireen terus meringis merasakan sakit. "Ada apa?" tanya seseorang dari pintu lalu mendatangi Shireen cepat. Shireen menoleh ke orang itu dengan masih menahan kram di perutnya. Adam, suaminya itu memegang perut istrinya juga dan menenangkannya. Di usapnya penuh kelembutan dan kasih sayang. Shireen sedikit demi sedikit merasa rileks setelah kram di perutnya makin mereda. "Sudah enakan?" tanya Adam
Di dalam kamar Shireen dan juga Dika saling mengobrol dan suara tawa mereka terdengar sampai keluar kamar. Kebetulan Adam yang akan masuk ke dalam kamar dan mendengar suara tawa riang Shireen, tawa yang jarang sekali didengarnya.Adam terhenti dan suara itu semakin menariknya untuk mendekat. Suasana yang sepi itu menjadikan suara Shireen terdengar begitu jelas meski jarak antara kamarnya dan Shireen cukup jauh.Tiba di depan pintu, Adam berhenti dan berdiri sembari mendengarkan. Shireen begitu cerewet saat ini dan Adam suka, sangat suka.Sedangkan di dalam, Shireen tengah di suapi Dika. Dika sekarang seperti layaknya suami sedang meladeni kemanjaan istri yang sedang hamil besar yang seharusnya tugas itu di lakukan oleh Adam."Ayo buru habiskan
Adam melempar jas mahalnya di atas sofa di dalam ruang kerjanya. Merasa kesal di sindir oleh orang yang menurutnya tidak selevel dia."Kurang ajar!" kesal Adam.Tok tok tok!Saat tengah mengumpat suara ketukan terdengar mengalihkan perhatiannya pada asal suara. Pintu terbuka perlahan dan menampilkan Mella yang tersenyum cantik. Adam menatap datar saja Mella yang sudah berdiri di hadapannya.Mella mengerutkan keningnya heran melihat mata Adam yang dingin tidak seperti biasanya. Tangan Mella hendak menyentuh wajah tampan Adam. Namun, suaminya itu mengalihkan wajahnya. Mella tertegun untuk sesaat dan tangan yang menggantung di udara dia tarik kembali.Perempuan itu mencoba untuk tersenyum dan baik-baik saja meski hatinya sakit karena merasa tidak di butuhkan saat dia tahu jika suaminya tidak baik-baik saja."Kau baik-baik saja?" tanya Mella. 
Adam pulang saat jam makan siang. Niatnya hanya ingin melihat Shireen di rumah karena dia tidak bisa menjemput istrinya itu saat pulang tadi.Berjalan dengan sedikit tergesa menghampiri kamar yang di tempati Shireen. Di bukanya pelan pintu yang tertutup rapat. Adam masuk ke dalam dan melihat Shireen yang sedang tertidur pulas.Adam berjongkok dan menatap seksama wajah damai Shireen, "Sepertinya dia begitu pulas? Apa senyaman itu tidur di kamar sendiri?" gumam Adam.Terkadang bodoh melanda laki-laki itu. Siapa yang tidak akan nyaman jika kembali ke tempat yang biasa di tempati apalagi tempat tidur. Tapi, di balik kenyamanan yang di rasakan Shireen, perempuan hamil itu sekarang malah merasakan kram di perut bagian bawahnya. Menjelang hari lahir memang begitu nikmat.Adam yang melihat itupun men
Setelah lima hari dirawat di rumah sakit, Shireen sudah diperbolehkan untuk pulang. Bukan Adam yang menjemput ataupun Mella apa lagi, kepulangan Shireen dijemput oleh Dika sahabat rasa adiknya itu."Sehat-sehat lah sebentar lagi ponakan aku bakalan brojol jangan stress stress biarin saja suami kamu yang stress bin gila. Kamu jangan ikutan, aku tau kamu tuh udah gila dari muda. Kamu bentar lagi mau jadi mami jadi tahan lah gilamu itu ya, "celoteh Dika seraya membereskan pakaian Shireen ke dalam travel bag.Shireen mendengus mendengar celotehan Dika yang unfaedah, matanya sesekali melihat ke arah pintu yang tidak kunjung terbuka. Jangankan manusia, lalat saja tidak ada yang melewati pintu itu karena masih saja tertutup rapat tanpa celah.Sebenarnya Shireen sedikit bingung karena di dalam hati kecilnya ada terbesit rasa harap jika Adam akan datang untuk m
"Dasar mesum! Enyah kau!" geram Shireen. Adam menyeringai lalu berbalik berjalan keluar. Shireen menggeram marah. Selalu saja di buat marah oleh laki-laki yang berstatus suami itu. Adam kembali duduk dan menelpon salah satu bawahannya untuk meminta mereka membelikan makanan. Adam mendengar bunyi yang unik dari perut Shireen yang tandanya istrinya itu lapar. Adam memang sangat dingin, tapi Adam diam-diam membaca buku tentang ayah siaga dan sepertinya kini lelaki itu mempraktekkannya. Tidak lama Shireen keluar dari kamar mandi dan berjalan dengan sangat hati-hati karena takut jika terjatuh. Adam menoleh seraya menutup panggilannya. "Sudah lebih baik?" tanyanya lembut tapi di balas tatapan jengkel oleh Shireen. Perlahan Sh
Adam duduk di bangku samping ranjang Shireen, matanya terus menatap wajah damainya. Adam bertanya-tanya dalam dirinya sendiri mengapa saat ini dia merasa takut padahal perempuan di hadapannya tidak akan pernah bisa pergi atau melarikan diri?Perjanjian awal memang setelah melahirkan, Shireen akan bebas. Tapi, melihat kenyataan saat ini Adam rasa akan ada alasan untuk Shireen tetap tinggal.Akan ada alasan baginya untuk menahan Shireen, mungkin sampai akhir hayatnya. Dengan adanya anak diantara mereka pastinya membuat Shireen berpikir untuk tetap tinggal, bukan?Adam sekarang ingin Shireen tetap di sisinya. Egois? Iya Adam akui dirinya egois. Tapi, Adam menginginkan itu! Biarkan dia di cap sebagai apa juga dia tidak peduli, yang terpenting sekarang Shireen terus ada di sampingnya.Tapi, mengapa dalam waktu yang sama Adam ada firasat jika Shireen akan pergi dari sisinya. Apa yang sebenarnya akan terjadi? Lelaki