Senyumnya tersungging. Namun ada kegetiran di baliknya. Dia sudah siap jika reputasi dan karirnya hancur. Atau jika rumah tangganya berantakan. Atau jika seluruh manusia membencinya. Dia siap. Namun apa yang dilakukan wanita itu seakan meruntuhkan pertahanannya.
Hampir sewindu berlalu, hatinya tetap milik wanita itu. Sekalipun riuh kehidupan sebagai artis menyibukkannya beberapa tahun ke belakang, kepalanya tak pernah sesibuk saat dia memikirkan wanita itu. Sekalipun ada seseorang sesempurna Sharon di sampingnya, dia tidak pernah mampu mengusir bayangan wanita itu dari ingatannya.
Cintanya, hatinya, pikirannya, semuanya.
Empat bulan yang lalu dia diberi harapan. Namun lihatlah apa yang wanita itu lakukan kepadanya sekarang. Di hadapan publik dia menyatakan cintanya kepada suaminya, seseorang yang katanya tidak pernah mampu menggantikan dirinya di hati wanita itu.
Almara ternyata setega itu.
&n
“Kita kemana sekarang Pak?” tanya Fariz saat hendak mengemudi mobil.“Ke kantor, ada yang menunggu Saya di sana,” jawab Rangga sambil melihat jam tangannya.“Baik.”Jalanan agak macet sehingga mereka baru tiba di kantor setelah menempuh perjalanan hampir satu jam.“Dia masih di dalam?” tanya Rangga pada Wina, sekretaris kantornya, saat dia sudah sampai di depan ruangan kerjanya.“Masih Pak,” jawab Wina.“Oke,” Rangga melangkah masuk ke ruangannya. Seorang pria sedang duduk santai di sofa tamu sambil menyesap secangkir kopi.“Maaf membuatmu lama menunggu, Ardan,” ujar Rangga sambil memposisikan dirinya duduk di hadapan Ardan.Ardan meletakkan cangkirnya lalu bersandar pada sofanya. Tersenyum, dia berkata, “It’s okay. C
“Terimakasih Kamu sudah bawa saya ke sini ya Fariz,” ucap Almara saat Fariz menghampirinya.“Tidak masalah Bu Almara, Saya rasa sudah sangat wajar jika Kita saling membantu. Tadinya saya datang mau menyerahkan ini,” Fariz menyerahkan sebuah kardus ponsel yang masih tersegel dengan rapi.“Ini dari Pak Rangga untuk menggantikan hape Bu Almara yang rusak. Oya, dan Saya juga membawa ini,” diserahkannya kepada Almara sebuah wadah kecil seukuran kotak lensa mata dari dalam sakunya.“Apa ini?”“Itu simcard, dari hape yang lama. Pak Rangga meminta saya menyimpannya dan rutin membelikan pulsa setiap bulan agar nomornya tetap aktif.”“Oh, oke, terimakasih,” Almara membuka kardus ponselnya dan memasang kartu simnya ke dalam ponsel tersebut.Saat Almara menginstal aplikasi perpesanan dan media sosial
Rangga masih berada di kantornya. Sudah hampir satu bulan dia nyaris tidak pernah pulang ke rumah. Siang ini saat dia menceraikan Almara, adalah pertama kalinya dia kembali ke rumah semenjak terkuaknya kasus perselingkuhan Almara dan Ardan.Baginya berada di rumah itu sama saja seperti meracuni hatinya sendiri. Baginya, rumah itu adalah rumah cintanya dengan Almara. Saat dia memutuskan bahwa dia tidak akan hidup bersama Almara lagi, dia bertekad tidak akan kembali lagi ke rumah itu. Saat ini, dia menempati apartemen yang biasanya dia gunakan untuk tamunya yang berasal dari luar kota.Sudah dini hari, waktu menunjukkan pukul 3 pagi. Namun, dia masih berkutat dengan laptop dan beberapa dokumen di mejanya. Rangga mengerjapkan matanya, keduanya sudah terasa sepat. Otot – ototnya pun sudah lelah, tapi hanya ini yang bisa mengalihkan pikirannya dari Almara. Tenggorokannya terasa kering. Rangga bangkit dan be
Aku memasuki kantor polisi dengan jantung berdebar. Dalam hati kecilku, Aku mengakui jika Aku ketakutan. Bukan, bukan karena Aku takut tidak mampu meluruskan kesalahpahaman jika ini adalah fitnah. Melainkan Aku takut jika ini benar.“Selamat siang Pak Rangga,” seorang petugas polisi bernama Jefri menyalamiku dan tersenyum dengan ramah. Dia adalah salah satu polisi yang bertanggung jawab terhadap kasus Almara.“Saya ke sini untuk mengkonfirmasi temuan baru polisi yang disampaikan oleh asisten Saya.”“Oh, ya benar. Pak Fariz sudah menjelaskan berarti ya?”“Bisakah Saya tahu lebih detail?” tanyaku pada Jefri.“Awalnya kami menemukan chat antara istri Anda dan Ardan di sini,” ujarnya sambil menyodorkan ponsel Almara kepadaku. Aku tahu jika polisi memang mengambil ponsel Almara untuk penyelidikan. Jefri mengatakan dia menemuk
“Pak Rangga tidak pernah meninggalkan rumah sakit sama sekali sejak pertama kali Beliau mendapat berita mengenai penikaman tersebut. Sama sekali tidak pernah pulang selama lebih dari tiga bulan. Saya yang selalu membawakan Pak Rangga makanan, baju ganti, keperluan mandi dan lain – lain,” terang Fariz kepada Almara.“Suatu hari Kami mendapat info bahwa ternyata pelaku penikaman hanyalah orang bayaran. Dan yang membayarnya adalah Istri Pak Ardan. Motifnya karena cemburu akan hubungan Anda dan Pak Ardan,”Almara memejamkan matanya, mengapa jadi seperti ini?“Pak Rangga ke kantor polisi untuk mengkonfirmasi hal tersebut. Dan dari sana Pak Rangga mendapatkan hape Bu Almara yang sempat disita polisi. Di Hape itu, Pak Rangga membaca semua pesan antara Anda dan Pak Ardan. Bahkan...” Fariz sempat ragu namun akhirnya tetap melanjutkan.“Seseorang mengirim a
Keesokan paginya, Ardan memarkir mobilnya di sebuah kantor Firma Hukum. Setelah mengatakan tujuannya kepada reseptionist yang sedang bertugas, dia terpaksa harus menunggu untuk waktu yang cukup lama dengan alasan karena dia belum memiliki janji sebelumnya.Saat hari sudah mulai sore, dia disilakan untuk menemui Julio Aksara di ruangannya. Awalnya, Ardan mengira Julio Aksara adalah seorang pengacara senior yang sudah tua yang berusia sekitar 40 atau 50 tahun. Namun saat dia memasuki ruangan, ternyata Julio masih sangat muda dan tampan. Mungkin dia berusia awal 30-an.“Selamat Sore Pak Ardan, maaf jika Anda terpaksa menunggu untuk waktu yang sangat lama,” ucap Julio sambil mempersilakan Ardan untuk duduk.“Tidak masalah, akhir – akhir ini menunggu sudah jadi pekerjaan rutin saya.”Julio tertawa ringan, “Jadi apa tujuan Anda ingin menemui Saya sejak pagi – pagi
Ardan termenung menatap langit – langit kamarnya seorang diri. Sudah dini hari, namun sekuat apapun dia mencoba untuk tidur, seluruh sel – sel tubuhnya seakan menolak untuk terlelap. Otaknya tak pernah berpikir sekeras ini, setiap kejadian yang dia alami beberapa waktu ke belakang benar – benar seperti benang kusut yang menyesatkannya.Dia memikirkan Almara yang mengajak dirinya untuk bertemu pagi nanti. Entah apa yang akan wanita itu katakan, Ardan terlalu takut untuk sekedar berandai – andai. Dia takut, dia takut jika Almara benar – benar sudah memilih Rangga sebagai penghuni hatinya. Dia tidak siap.Dia juga memikirkan Sharon. Entah apa yang ada dipikiran wanita itu, mengapa bisa – bisanya dia menerima permintaan Si Julio Pengacara Brengsek itu.Ardan masih ingat apa yang Sharon katakan saat dia membujuk wanita itu untuk membatalkan perjanjiannya dengan Julio,&
‘Hah! Si Pengacara Brengsek itu,’ ucap Ardan dalam hatinya.Dia menatap sosok Almara yang duduk tepat di hadapannya. Almara terlihat serius membalas pesan dari Julio. Tadinya, Ardan mengalihkan topik pembicaraan ke masalah Sharon karena hatinya sudah tidak sanggup. Dia tidak sanggup bicara lebih lama mengenai kisahnya dan Almara yang sudah berakhir.Namun, Si Julio Pengacara Brengsek itu mengirim pesan kepada Almara, membuat Almara semakin serius dengan pembicaraan mengenai kasus Sharon.“Dia ajak Aku ketemu secepat mungkin. Kalau bisa sekarang. Kalau gitu apa Aku undang dia untuk datang ke sini aja kali ya?”“Ha?” Ardan tidak bisa berkata – kata. Julio hadir di antara dia dan Sharon, haruskah dia juga merusak momennya bersama Almara?“Hmm... maaf ini harusnya jadi pertemuan kita berdua. Tapi, Aku rasa pembicaraan kita suda
“Gimana kabar kamu Fi? Lama banget deh gak ketemu. Seru jalan – jalan ke Eropanya?” tanya Sharon saat Fiolina baru datang dan duduk di hadapannya dan Almara. “Seru dong. Maaf ya telat, aku bangun kesiangan,” jawab Fiolina sambil merapikan make up nya. Mereka bertiga berjanji untuk bertemu di sebuah cafe setelah 2 bulan Fiolina berlibur di Eropa. “Eh Fi, jadi kamu sama sekali gak denger kabar apapun dari perkembangan kasus Nayra, Mama Kinanti dan Billy?” tanya Almara. “Iya lah. Aku kan ngelarang kalian cerita apapun soal itu selama aku healing di Eropa dan aku juga ngelarang semua orang untuk kasih tahu aku supaya aku gak terganggu sama masalah mereka lagi selama di sana,” jawab Fiolina. Memang benar, tiga bulan sudah berlalu semenjak penangkapan Billy, Fiolina memutuskan untuk berjalan – jalan dan tidak mendengar kabar apa pun soal kasus itu selama dua bulan terakhir. “Emangnya ada kabar apa?” tanya Fiolina kepada Almara dan Sharon yang terlihat sedikit tegang. “Billy bunuh diri
Almara menjalani kehidupan barunya sebagai seorang ibu dengan ceria. Sekalipun banyak hal yang membuatnya kaget bahkan kelelahan namun dia tetap menikmati prosesnya. Dia dibantu oleh Hardian dan juga Rangga yang super semangat merawat Rama sekalipun mereka berdua banyak melakukan kesalahan konyol.Saat Rama genap berusia satu bulan, Rangga dengan antusias memiliki ide untuk merayakan. Almara bersikeras menolak, “Gak gak buat apa sih. Namanya ulang tahun itu ya setiap tahun, tunggu umur satu tahun. Lagian emangnya kamu mau merayakan setiap bulan?”“ya gak papa dong,” kekeh Rangga.“Gak usah, pemborosan. Dan gak wajar juga jadinya.”“Hm... oke oke ya udah, aku nurut bundanya Rama aja deh,” ujar Rangga.“It’s okay. Papa dulu juga terlampau semangat gitu kok waktu baru pertama kali jadi ayah pas Almara lahir hehe,” Hardian kali ini maju untuk membela Rangga karena merasakan kesamaan nasib sebagai ayah.“Tuh kan, berarti gak cuma aku,” saut Rangga.Di tengah kecerian mereka, ponsel Rangga
“Apa kabar Fi?” tanya Rangga kepada sosok mungil di hadapannya.Fiolina menyempatkan menyeruput minumannya sebelum menjawab pertanyaan basa – basi Rangga. Hari ini, tiga hari setelah sidang pertama kasus penikaman Almara, Rangga dan Fiolina berjanji untuk bertemu di sebuah cafe.“Aku dalam keadaan yang super baik,” jawab Fiolina, “Almara tahu kamu ketemu sama aku?”Rangga mengangguk, “Tahu dong.”“Dia gak masalah kita ketemu berdua? Gak cemburu?”“Aku sempat berpikir kalau dia mungkin bakal ngelarang aku ketemu berdua aja sama kamu, tapi waktu aku minta ijin ternyata dia gak keberatan. Dia bilang, dia yakin kamu orang baik jadi dia gfak khawatir.”Fiolina tertawa ringan, “Itu karena dia gak tahu aja dulu aku cinta banget sama kamu. Kalau dia tahu, dia pasti cemburu dan berpikir kalau aku mungkin berniat merebut kamu dari dia.”“Gak kok. Dia tahu.”“Kamu yang cerita?”“Sedikit detailnya iya. Tapi dia udah tahu sebelum aku cerita?”“Tahu dari mana?”“Hm... itu agak panjang dan kompleks
Billy menghilang. Sebagaimana Hardian, Melissa juga tinggal di rumah Ardan dan Sharon karena tak ingin sendirian. Hari – harinya diisi dengan tidur dan menangis. Ardan nyaris putus asa tak tahu harus bagaimana menghibur mamanya gar bangkit dari keterpurukan.Sidang Sharon terus berlanjut. Julio bahkan menghadirkan Frans dan istrinya sebagai saksi. Pengacara itu dengan brilian membalikkan keadaan, membuat Sharon terlepas dari segala tuduhan dan berganti status sebagai saksi.Sidang – sidang selanjutnya berubah menjadi Nayra dan Kinanti yang sudah menjadi terdakwa. Namun Billy masih menjadi buronan.“Mama, gimana kalau kita jalan – jalan? Kita bisa menikmati puncak atau pantai buat refreshing,” bujuk Sharon kepada mama mertuanya.“Yuk Ma, bagus tuh idenya Sharon. Sekalian kita rayain kebebasannya Sharon karena dia udah lepas dari fitnah dan bukan tahanan rumah lagi,” tambah Ardan.Melissa hanya tersenyum dan mengangguk, “Ya udah ayok besok kita jalan – jalan.”“Yey.... gitu dong Ma,” s
Kinanti bergegas keluar dari mobil begitu Hardian memarkir mobilnya di depan rumah. Sepanjang perjalanan, tak ada satu kata pun yang terucap dari bibir wanita itu sekalipun Hardian berjuta kali meminta penjelasan padanya.Almara dan Rangga yang berhenti tepat di belakang mobil Hardian menyaksikan bagaimana Kinanti keluar dari mobil dan bergegas masuk ke rumah lalu disusul Hardian yang mengikutinya dari belakang.“Ayo,” Rangga meraih tangan Almara untuk turun dari mobil setelah dia membukakan pintu.“Aku takut Rangga,” ucap Almara terbata – bata sembari menghapus air matanya sendiri.“Apa yang kamu takutin? Kan ada aku. Aku akan lindungi kamu. Mama Kinanti gak akan bisa sakitin kamu.”Almara menggeleng, “Bukan itu. Aku takut dengan kenyataan yang akan aku denger nanti. Aku terlalu gak siap.”Rangga berlutut lalu menggenggam tangan Almara, “Tapi ini harus dihadapi. Gak ada gunanya bertahan dalam keindahan tapi semuanya bohong Almara. Seperti...”“Seperti apa?”“Seperti saat dulu kamu pu
Fiolina datang bersama seorang pria muda tampan di sisinya. Dia dengan anggun berjalan ke kursi saksi. Saat melewati Rangga, dia menoleh dan menyempatkan memberikan senyuman kecil untuk lelaki itu.Julio mengernyitkan dahinya menatap Fiolina. Memang langkah wanita itu terlihat tenang dan anggun, tapi Julio merasa pakaian dan dandanannya berlebihan untuk sebuah acara sidang.Julio menghela nafas, tidak mau ambil pusing mengenai hal itu. Bagaimanapun dia paham, Fiolina adalah seorang model internasional, jadi di mana pun dia berada, dia mungkin harus mempertahankan citranya.“Ehem,” deham Julio seperti biasa memulai pertanyaan kepada Fiolina, “Saudari Fiolina, apakah benarFairy Tale Karaoke adalah salah satu bisnis milik keluarga Anda?”“Tidak benar. Fairy Tale adalah milik saya. Keluarga saya tidak memiliki bagian apapun dalam pembangunan dan bisnisnya,” jawab Fiolina dengan santai.“Begitu rupanya. Anda sering ke luar negeri untuk pekerjaan Anda sebagai model, seberapa sering Anda men
Kinanti mengepalkan tangannya saat melhat mantan ART nya maju ke depan, ekspresinya campur aduk antara marah sekaligus takut.Saat Kinanti hendak berdiri meninggalkan ruang sidang, Rangga menahannya, “Mau ke mana Ma?”“Eh Hm... Mama mau ke toilet dulu ya Rangga,” jawab Kinanti sedikit terbata.Rangga tersenyum lalu menarik tubuh Kinanti dengan agak kuat sehingga Kinanti terduduk di kursinya lagi, “Mama yakin mau ke toilet? Lebih baik Mama tunggu di sini. Karena kalau Mama kabur, resikonya mungkin lebih berat.”“Apa maksud kamu Rangga? Mama gak ngerti.”“Lihat itu Ma,” Rangga menunjuk ke arah seorang lelaki yang juga merupakan penonton sidang.“Itu juga,” Rangga kembali menunjuk ke arah seorang lelaki yang lain, “Dan itu. Intinya di ruangan ini banyak orang yang sebenarnya adalah orang – orangku. Di luar ruangan juga ada. Mereka akan mengawasi Mama kemanapun Mama pergi. Jadi percuma aja kalau Mama mau melarikan diri.”“Tapi... Tapi kenapa?”“Kalau Mama gak melakukan kejahatan, Mama gak
Sidang dimulai kembali dengan melanjutkan pemeriksaan Lia sebagai saksi oleh JPU. JPU hanya menanyakan beberapa hal karena sebagian besar sudah dia tanyakan sebelum sidang di skors.Hakim menanyakan apakah pihak terdakwa memiliki pendapat mengenai keterangan saksi yang dihadirkan.Julio meminta ijin hakim untuk menanyakan beberapa hal kepada Lia. Setelah mendapat ijin dari hakim, Julio bersiap mengajukan pertanyaannya.Lelaki kharismatik itu menatap tajam ke arah Lia dengan senyuman misterius yang tertoreh pada wajah tampannya.“Ehem,” Julio memulai, “Saudari Lia Saputri, apa benar Anda bekerja di rumah keluarga Sagara dengan gaji dua juta perbulan?”Lia sedikit mengerutkan keningnya, tidak menyangka dia akan menerima pertanyaan mengenai gajinya yang dia pikir tidak ada hubungannya dengan kasus ini, “Iya benar,” jawabnya.“Apakah Anda memiliki suami?”“Tidak, suami saya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.”“Lalu selain Anda siapa yang turut membantu ekonomi keluarga Anda?”“Tida
“Ck ck ck mereka berdua emang paling jago buat jadi berita viral melebihi aku yang artis,” ujar Ardan saat dia asyik bermain dengan media sosialnya. “Siapa?” tanya Sharon. “Rangga dan Almara.” “Mereka masuk berita viral lagi? Kenapa emangnya? Oh, pasti karena Rangga poligami ya?” “No... Jadi di pernikahan yang harusnya dilaksanakan kemarin, polisi menangkap Nayra. Dan ternyata... Rangga yang laporin dia ke polisi. Trus satu lagi, karena Rangga dan Nayra gak jadi menikah, pestanya berubah jadi pesta anniversary Rangga dan Almara.” “What?” Sharon yang terkejut dengan penjelasan Ardan nyaris melompat dari tempat duduknya. “Iya, coba baca aja di sini, rame banget di semua media sosial,” Ardan melempar ponselnya kepada Sharon, “Kamu sih ngelarang aku dateng kemarin. Ah, tahu gitu kan aku bisa lihat live kejadiannya. Pasti seru.” “Ya mana aku tahu kalau bakal kayak gitu kejadiannya? Almara kan temenku jadi aku sebel banget sama acara pernikahan itu,” Kali ini Sharon asyik menggulir po