Keesokan paginya saat Pajar mulai menyingsing, Lisa terbangun dari tidurnya, ia mendapati suaminya tidak berada di dalam kamar itu.Lisa bangkit dari tidurnya dan langsung menuju keluar kamar, saat berada di ruang tamu, Lisa juga tidak mendapati siapapun.Namun Lisa mendengar suara yang berada di teras rumah orang tuanya.Lisa menuju ke sana dan benar saja, bapak dan ibunya beserta Gilang sedang menikmati sarapan dengan memandangi sekeliling suasana di depan rumah."Lisa, kamu sudah bangun, Nak??"Lisa tersenyum."Sayang, tunggu sebentar." Kata Gilang tiba tiba membuat Lisa bingung dengan panggilan di pagi hari ini."Sayang!!" batinnya dalam hati dengan melihat Gilang yang masuk ke dalam rumah."Suamimu memang benar benar laki-laki yang pandai." Puji Bu Saodah namun Lisa hanya diam karena bingung.Tak lama menunggu lama, akhirnya Gilang keluar dengan membawa sepiring penuh nasi goreng spesial di tangannya."Sayang, makanlah bersama kami di sini, kamu pasti lapar, bukan??" kata Gilang
Pria yang baru saja aku kenal itu dengan awalan menolong ternyata sekarang menjadi suamiku, rasanya begitu seperti mimpi, pria tampan dengan senyuman yang begitu manis, mau bersanding dengan aku yang hanya janda dan mempunyai seorang anak, bahkan aku juga berasal dari kampung.Lisa menatap Gilang yang sedang makan di depannya, tiba tiba saja Gilang menatap istrinya dengan tersenyum manis.Entah kenapa, aku merasa suamiku saat pulang kampung, sifatnya begitu hangat, seperti ada cinta dalam pernikahan kami berdua.Padahal aku tahu, jauh di hatinya belum bisa melupakan mantan kekasihnya, mana mungkin suamiku cepat menaruh hati dengan janda kampungan seperti aku ini.Entah kenapa setiap kali Mas Gilang menatap hangat ke arah ku, aku selalu minder bahkan aku merasa tidak pantas untuknya."Sayang, nanti kamu mau tidak menemaniku keliling kampung?" Gilang mencoba mengajak Lisa.Lisa terdiam lalu berkata, "memangnya mau ke mana, Mas??""Ke mana saja, apa kamu mau menemaniku?""Sudah Lisa, tem
Walau cinta tak semudah itu tumbuh di antara aku dan juga Mas Gilang. Namun kenyataannya aku yang sepertinya lebih dulu mencintainya.Namun aku tak berani berterus terang dengan suamiku sendiri. Aku takut jika Mas Gilang masih menyimpan rasa dengan mantan kekasihnya. Aku juga tak ingin seperti cintaku pada mantan suamiku dulu.Hanya sia sia bahkan hanya mendapati kekecewaan yang ada.Tiga bulan menikah, hubunganku sepertinya sedang dalam masa pertumbuhan kasih sayang, namun tampaknya suamiku juga belum menumbuhkan rasa cinta padaku.Karena sampai saat ini mas Gilang tak pernah menyampaikan rasa yang ia punya untukku.Aku sebagai istri selalu berbuat baik padanya, apapun yang ia minta tak pernah aku membantahnya, walau dalam tiga bulan menikah, aku dan juga Mas gilang masih saja tidur terpisah, bahkan mas Gilang belum menyentuhku sampai saat ini.Aku masih memiliki satu buah hati yang ku bawa dari hasil pernikahan ku bersama Mas Tomi.Kiki yang semakin hari semakin tumbuh menjadi gadis
Saat Gilang beserta yang lainnya sampai ke perkampungan Lisa, saat itu pula sebuah panggilan telfon terhubung ke ponsel Gilang.Gilang yang belum sempat mendudukkan bokongnya ke tempat duduk tiba-tiba telfon bergetar dan berdering.Dret... Dret... Dret...Gilang merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah ponsel yang ada di dalam saku celana.Lisa menoleh ke arah suaminya saat Gilang mendapati sebuah telepon yang Lisa sendiri tak tahu siapa?."Maaf Bu, Pak, Ma, sayang, aku keluar sebentar ya, aku terima telfon dulu di luar?" Gilang meminta izin untuk segera mengangkat telepon.Mereka semua mengangguk dan akhirnya Gilang mengangkat telepon itu. Ia keluar dari dalam kamar karena tak enak hati untuk berbicara di sana, sementara Ibu mertuanya sedang sakit.Saat berada di teras rumah, Gilang pun akhirnya mengangkat telepon itu dan berbicara."Hallo selamat sore, dengan Bapak Gilang!" ucap seorang pria yang menelepon dari balik telepon."Iya, saya sendiri!" jawabnya."Begini Pak, besok l
Saat kepergian Gilang dan Bu Ranti, Lisa hanya bisa diam ketika di tinggalkan suaminya.Lisa yang masih duduk di dalam kamar ibunya dengan memijat kaki ibunya tiba-tiba saja telfon Lisa bergetar.Ting!Sebuah pesan dari aplikasi hijau.Lisa melihat nama yang tertera di layar ponselnya."Mas Ganteng!"Itu adalah nama Gilang di kontak yang ia berikan.Segeralah Lisa melihat sebuah pesan yang Gilang kirimkan."Sayang, mas pergi dulu ya, kamu jaga diri baik-baik, jangan nakal di sana, jangan jelalatan matanya, oke," tak lupa Gilang memberi emoticon tertawa, Lisa yang membaca pesan itupun langsung terukir senyum di sudut bibirnya.Hatinya berbunga-bunga tak terkira kebahagiaan yang harus ia lukiskan."Iya mas, kamu juga jaga diri baik-baik di sana," jawab pesan dari Lisa.Ting!Tak lama kemudian pesan kembali di kirim oleh Gilang untuknya."Setalah mas pulang, kamu mau mas ajak jalan-jalan ke mana? Hongkong, Paris, Landen, Jepang, Korea, atau ke mana sayang?"Lisa tersenyum setelah melihat
Lisa masih diam memandang suaminya, Gilang sekarang sedikit mengerti bahwa istrinya itu tidak menginginkan apapun, kecuali menginginkan memandang wajahnya sedikit lama."Mas tahu, Lisa ingin apa?" ucapnya mengagetkan lisa.Mimik wajahnya seketika berubah.Gilang tergelak ketika melihat istrinya seperti wanita yang malu malu saat bersama sang suami."Sayang, kamu kenapa sih, masih menyembunyikan rasa itu dari mas? katakan saja sayang, mas menunggu?" kata Gilang yang membuat Lisa kaget."Apa mungkin suamiku tahu bahwa aku diam diam menaruh hati padanya?" batin Lisa seketika.Gilang tersenyum manis mengandung gula sekebun yang membuat Lisa diabetes bila memandang wajahnya."Mas, kamu tampan sekali hari ini?" lirih Lisa namun di dengar orang Gilang."Apa sayang? mas tidak mendengarnya? kamu bilang apa?" kata Gilang mencoba mencagil sang istri."Tidak mas, kamu hati-hati ya kalau berangkat kerja, sekarang berangkatlah takutnya nanti tidak keburu mas? apa lagi sudah malam.""Baiklah, jika i
Siapa sangka jika Lisa di ketahui oleh ibu Tomi yang tiba-tiba saja melintas di warung hendak berbelanja, warga kampung sekarang sedang heboh membicarakan Lisa yang pulang."Ibu-ibu tahu tidak? Lisa anak pak Usman pulang lho, dan denger denger dia sekarang sudah punya suami baru.""Iya, yang aku tahu, suami barunya sekarang kaya raya, kemarin saja pas pulang aku lihat dia di antar suaminya pakek mobil mahal, bagus banget," ucap ibu-ibu saat mereka berkumpul di warung.Bu Marni hanya diam mendengarkan ucapan para ibu-ibu."Eh Bu Marni tahu belum? mantan menantu ibu sekarang sudah menjadi orang kota yang kaya lho, mana geulis pisan sekarang ini."Mata Bu Marni hanya menyipit ketika mendengar para ibu-ibu membicarakan Lisa."Iya iih, beda saat Lisa sama anak Bu Marni, kurus, dekil, gak ke urus, sekarang cantik banget kaya artis-artis itu lho ibu ibu." Sindir para ibu-ibu kampung."Maksud kalian apa ya? kok jadi menjelek-jelekkan anak saya, jelas-jelas Lisa sendiri yang tidak mau dandan,
Bu Marni masih kepanasan atas apa yang ia lihat di rumah Bu Saodah tadi, Lisa yang tiba-tiba menjadi wanita cantik, padahal ia mempunyai anak namun dirinya begitu cantik, bahkan Juli saja kalah."Apa yang ibu katakan, aku tidak faham!" kata Tomi yang belum mengerti saat Bu Marni menjelaskannya."Kamu tahu tidak mantan istrimu itu sudah pulang, ibu tadi habis dari warung dan kamu tahu, semua orang di kampung ini sedang memuji Lisa!"Mata Tomi melotot, "ibu ngaco pasti, mana mungkin warga kampung ini memuji Lisa, memangnya Lisa itu siapa?" ledek Tomi dengan berjalan dan duduk di atas sofa."Dan kamu tahu yang membuat ibu kesal, semua warga kampung menghina kamu dan juga ibu!" mata Bu Marni melotot ke arah Tomi.Sontak Tomi menoleh ke arah ibunya yang tengah berbicara."Kenapa mereka menghina kita, Bu? memangnya salah kita apa?" tanya Tomi."Lisa waktu jadi istri kamu itu tidak cantik, yang ada kerempeng, jelek, gak keurus. Tapi sekarang Lisa menjadi wanita cantik bahkan sepertinya banya