Pria yang baru saja aku kenal itu dengan awalan menolong ternyata sekarang menjadi suamiku, rasanya begitu seperti mimpi, pria tampan dengan senyuman yang begitu manis, mau bersanding dengan aku yang hanya janda dan mempunyai seorang anak, bahkan aku juga berasal dari kampung.Lisa menatap Gilang yang sedang makan di depannya, tiba tiba saja Gilang menatap istrinya dengan tersenyum manis.Entah kenapa, aku merasa suamiku saat pulang kampung, sifatnya begitu hangat, seperti ada cinta dalam pernikahan kami berdua.Padahal aku tahu, jauh di hatinya belum bisa melupakan mantan kekasihnya, mana mungkin suamiku cepat menaruh hati dengan janda kampungan seperti aku ini.Entah kenapa setiap kali Mas Gilang menatap hangat ke arah ku, aku selalu minder bahkan aku merasa tidak pantas untuknya."Sayang, nanti kamu mau tidak menemaniku keliling kampung?" Gilang mencoba mengajak Lisa.Lisa terdiam lalu berkata, "memangnya mau ke mana, Mas??""Ke mana saja, apa kamu mau menemaniku?""Sudah Lisa, tem
Walau cinta tak semudah itu tumbuh di antara aku dan juga Mas Gilang. Namun kenyataannya aku yang sepertinya lebih dulu mencintainya.Namun aku tak berani berterus terang dengan suamiku sendiri. Aku takut jika Mas Gilang masih menyimpan rasa dengan mantan kekasihnya. Aku juga tak ingin seperti cintaku pada mantan suamiku dulu.Hanya sia sia bahkan hanya mendapati kekecewaan yang ada.Tiga bulan menikah, hubunganku sepertinya sedang dalam masa pertumbuhan kasih sayang, namun tampaknya suamiku juga belum menumbuhkan rasa cinta padaku.Karena sampai saat ini mas Gilang tak pernah menyampaikan rasa yang ia punya untukku.Aku sebagai istri selalu berbuat baik padanya, apapun yang ia minta tak pernah aku membantahnya, walau dalam tiga bulan menikah, aku dan juga Mas gilang masih saja tidur terpisah, bahkan mas Gilang belum menyentuhku sampai saat ini.Aku masih memiliki satu buah hati yang ku bawa dari hasil pernikahan ku bersama Mas Tomi.Kiki yang semakin hari semakin tumbuh menjadi gadis
Saat Gilang beserta yang lainnya sampai ke perkampungan Lisa, saat itu pula sebuah panggilan telfon terhubung ke ponsel Gilang.Gilang yang belum sempat mendudukkan bokongnya ke tempat duduk tiba-tiba telfon bergetar dan berdering.Dret... Dret... Dret...Gilang merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah ponsel yang ada di dalam saku celana.Lisa menoleh ke arah suaminya saat Gilang mendapati sebuah telepon yang Lisa sendiri tak tahu siapa?."Maaf Bu, Pak, Ma, sayang, aku keluar sebentar ya, aku terima telfon dulu di luar?" Gilang meminta izin untuk segera mengangkat telepon.Mereka semua mengangguk dan akhirnya Gilang mengangkat telepon itu. Ia keluar dari dalam kamar karena tak enak hati untuk berbicara di sana, sementara Ibu mertuanya sedang sakit.Saat berada di teras rumah, Gilang pun akhirnya mengangkat telepon itu dan berbicara."Hallo selamat sore, dengan Bapak Gilang!" ucap seorang pria yang menelepon dari balik telepon."Iya, saya sendiri!" jawabnya."Begini Pak, besok l
Saat kepergian Gilang dan Bu Ranti, Lisa hanya bisa diam ketika di tinggalkan suaminya.Lisa yang masih duduk di dalam kamar ibunya dengan memijat kaki ibunya tiba-tiba saja telfon Lisa bergetar.Ting!Sebuah pesan dari aplikasi hijau.Lisa melihat nama yang tertera di layar ponselnya."Mas Ganteng!"Itu adalah nama Gilang di kontak yang ia berikan.Segeralah Lisa melihat sebuah pesan yang Gilang kirimkan."Sayang, mas pergi dulu ya, kamu jaga diri baik-baik, jangan nakal di sana, jangan jelalatan matanya, oke," tak lupa Gilang memberi emoticon tertawa, Lisa yang membaca pesan itupun langsung terukir senyum di sudut bibirnya.Hatinya berbunga-bunga tak terkira kebahagiaan yang harus ia lukiskan."Iya mas, kamu juga jaga diri baik-baik di sana," jawab pesan dari Lisa.Ting!Tak lama kemudian pesan kembali di kirim oleh Gilang untuknya."Setalah mas pulang, kamu mau mas ajak jalan-jalan ke mana? Hongkong, Paris, Landen, Jepang, Korea, atau ke mana sayang?"Lisa tersenyum setelah melihat
Lisa masih diam memandang suaminya, Gilang sekarang sedikit mengerti bahwa istrinya itu tidak menginginkan apapun, kecuali menginginkan memandang wajahnya sedikit lama."Mas tahu, Lisa ingin apa?" ucapnya mengagetkan lisa.Mimik wajahnya seketika berubah.Gilang tergelak ketika melihat istrinya seperti wanita yang malu malu saat bersama sang suami."Sayang, kamu kenapa sih, masih menyembunyikan rasa itu dari mas? katakan saja sayang, mas menunggu?" kata Gilang yang membuat Lisa kaget."Apa mungkin suamiku tahu bahwa aku diam diam menaruh hati padanya?" batin Lisa seketika.Gilang tersenyum manis mengandung gula sekebun yang membuat Lisa diabetes bila memandang wajahnya."Mas, kamu tampan sekali hari ini?" lirih Lisa namun di dengar orang Gilang."Apa sayang? mas tidak mendengarnya? kamu bilang apa?" kata Gilang mencoba mencagil sang istri."Tidak mas, kamu hati-hati ya kalau berangkat kerja, sekarang berangkatlah takutnya nanti tidak keburu mas? apa lagi sudah malam.""Baiklah, jika i
Siapa sangka jika Lisa di ketahui oleh ibu Tomi yang tiba-tiba saja melintas di warung hendak berbelanja, warga kampung sekarang sedang heboh membicarakan Lisa yang pulang."Ibu-ibu tahu tidak? Lisa anak pak Usman pulang lho, dan denger denger dia sekarang sudah punya suami baru.""Iya, yang aku tahu, suami barunya sekarang kaya raya, kemarin saja pas pulang aku lihat dia di antar suaminya pakek mobil mahal, bagus banget," ucap ibu-ibu saat mereka berkumpul di warung.Bu Marni hanya diam mendengarkan ucapan para ibu-ibu."Eh Bu Marni tahu belum? mantan menantu ibu sekarang sudah menjadi orang kota yang kaya lho, mana geulis pisan sekarang ini."Mata Bu Marni hanya menyipit ketika mendengar para ibu-ibu membicarakan Lisa."Iya iih, beda saat Lisa sama anak Bu Marni, kurus, dekil, gak ke urus, sekarang cantik banget kaya artis-artis itu lho ibu ibu." Sindir para ibu-ibu kampung."Maksud kalian apa ya? kok jadi menjelek-jelekkan anak saya, jelas-jelas Lisa sendiri yang tidak mau dandan,
Bu Marni masih kepanasan atas apa yang ia lihat di rumah Bu Saodah tadi, Lisa yang tiba-tiba menjadi wanita cantik, padahal ia mempunyai anak namun dirinya begitu cantik, bahkan Juli saja kalah."Apa yang ibu katakan, aku tidak faham!" kata Tomi yang belum mengerti saat Bu Marni menjelaskannya."Kamu tahu tidak mantan istrimu itu sudah pulang, ibu tadi habis dari warung dan kamu tahu, semua orang di kampung ini sedang memuji Lisa!"Mata Tomi melotot, "ibu ngaco pasti, mana mungkin warga kampung ini memuji Lisa, memangnya Lisa itu siapa?" ledek Tomi dengan berjalan dan duduk di atas sofa."Dan kamu tahu yang membuat ibu kesal, semua warga kampung menghina kamu dan juga ibu!" mata Bu Marni melotot ke arah Tomi.Sontak Tomi menoleh ke arah ibunya yang tengah berbicara."Kenapa mereka menghina kita, Bu? memangnya salah kita apa?" tanya Tomi."Lisa waktu jadi istri kamu itu tidak cantik, yang ada kerempeng, jelek, gak keurus. Tapi sekarang Lisa menjadi wanita cantik bahkan sepertinya banya
Pria dengan berwajah tampan layaknya pria Turki, hidung mancung, berkulit putih, bertubuh tinggi dan juga sedikit kekar, dengan lesung pipi di wajahnya, memiliki senyuman manis dengan alis tebal, siapa saja yang melihatnya takkan pernah mengatakan bahwa ia pria jelek, semua orang akan berpendapat sama bahwa Gilang adalah pria tampan.Setelah selesai meeting, ia meraih ponselnya dengan melihat galeri yang di sana terdapat foto istrinya, Gilang ternyata diam diam mengambil foto Lisa saat Lisa sedang mengemasi rumah.Senyum manis terpancar di wajah Gilang saat menatap foto istrinya yang ternyata diam diam Gilang telah jatuh hati padanya."Sayang, kamu begitu cantik, bahkan dengan ekspresi mu yang terlalu fokus terhadap pekerjaan membuatku semakin gila bila memikirkan mu," kata Gilang dengan mengusap foto yang ada di galeri handphone miliknya."Apa mungkin, aku akan segera mendapatkan cintamu? rasanya sudah tak sabar ingin sekali aku melihatmu bermanja padaku setelah kamu membuka hati unt
pernikahan Hana digelar dengan sangat mewah dengan acara pesta yang meriah. Disambut oleh tamu undangan yang hadir ditengah-tengah pernikahan Hana dan Rangga saat ini. Kebahagiaan menyelimuti Rangga dan juga Hana.Tamu undangan pun tak henti-henti mengatakan bahwa Hana begitu cantik dan menawan. Membuat Rangga tersenyum saat bersanding bersamanya.Hana yang bersetatus janda hanya bisa terheran dengan acara pesta yang digelar oleh sang suami, karena acara begitu sangat mewah. Berbeda saat pernikahan Hana dan Danang dahulu. Walau Danang orang mampu hanya saja pesta diadakan secara biasa saja."Apakah acara pesta ini tidak membuang uang kamu saja??" ujar Hana dengan lirih.Rangga menoleh kearah suara Hana yang saat ini resmi menjadi istri sahnya."Kenapa? Apakah kamu tidak menyukainya??""Bukan begitu! Aku hanya seorang janda. Apakah ini tidak berlebihan?" Ucap Hana yang tidak enak jika dirinya merepotkan seorang suami.Rangga tersenyum saat mendengar ucapan Hana."Bagaimana aku tak sela
siang ini Hana mengajak Rangga bertemu, mata Hana tak berani menatap Rangga. Namun tidak dengan Rangga, yang sejak tadi dirinya menantap Hana."Kamu mau bicara apa, Hana??" tanya Rangga dengan menantap Hana, seolah ingin cepat mengetahui, apa penyebab Hana tiba-tiba mengajaknya bertemu disiang hari ini."Rangga!""Iya Hana, ada apa??""Aku sebenarnya ingin....""Katakan saja Hana, jangan ragu.""Sebenarnya, aku mengajak kamu datang kesini ingin berbicara mengenai masalah kemarin," ujar Hana yang masih saja ingin menyusun kata yang akan disampaikan pada Rangga saat ini."Masalah yang mana??" jawab Rangga seperti lupa akan ucapannya kemarin malam."Please Rangga, jangan buat aku bingung!" balas Hana dengan wajah srius.Rangga tersenyum saat mendapatkan tatapan srius itu dari Hana."Iya, maafkan aku. Bicaralah! Dan aku akan trima apapun jawaban dari kamu!"Hana menunduk, wajahnya terlihat bingung. Lalu Rangga meraih dagu Hana dan mengarahkannya kearah wajah Rangga dan menatapkannya. Rang
ica yang sejak tadi tak berhenti membereskan rumah mertuanya. Bahkan banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan saat ini juga."Sialan! Aku disini seharusnya jadi nyonya, kenapa harus jadi babu. Menyebalkan!!" Ucap Ica dengan menjemur pakaian.Sementara Dewi dan Bu Vina melihat kerja Ica dari kejauhan."Ibu lihat, rencana kita berhasilkan??" ucap Dewi dengan tersenyum menatap kearah Ica dengan kepuasan, bahkan Dewi berhasil membuat ica sengsara."Iya Dewi, ibu senang dengan rencana kamu ini, berkat kamu, Ica merasakan apa yang dirasakan oleh Danang waktu itu. Walaupun ini semua tak sebanding dengan kejahatan yang ia berikan dengan Danang waktu itu, tapi ibu puas walaupun ini semua tak seberapa!""Ibu tenang saja, kita akan membuat Ica nggak betah disini dan akan angkat kaki secepatnya!!""Kamu yakin Dewi??""Iya Bu, apakah ibu tidak yakin dengan Dewi??""Iya, ibu percaya sama kamu!""Kalian lihatin apa??"tiba-tiba Danang datang menganggetkan keduanya, membuat Dewi dan Bu Vina m
aku yang sedang menggendong Shifa karena sepertinya Shifa sudah mulai mengantuk. Namun aku belum berani untuk berbicara kepada Rangga bahwa aku ingin segera pulang.Ku lihat Rangga ditarik tangannya oleh ibu dan ayahnya, mereka terlihat berbicara srius disana. Namun aku tak tahu pembicaraan apa yang sedang mereka bicarakan, karena aku fokus untuk menenangkan Shifa. Aku duduk disofa yang tersedia dipojokkan."Apa sebaiknya aku meminta Rangga untuk megantarkanku pulang?" Batinku.Tak lama Rangga dan orang tuanya menghampiriku, aku hanya tersenyum saat mereka menghampiriku."Hana, bagaimana malam ini kamu menginap dirumah ibu." Tawar Bu Neti."Aduh Bu, maaf sebelumnya, bukan maksud saya untuk tidak sopan. Tapi saya harus pulang, karena ibu saya pasti khawatir, apa lagi bapak saya sedang berada dirumah sakit, jadi saya tidak bisa untuk meninggalkannya, maaf ya Bu, pak. Bukan maksud saya tidak sopan.""Iya Hana, tidak apa-apa. Malahan ibu dan bapak yang tidak enak dengan kamu, maaf ya ibu
pria tampan dengan senyum manis berada didepan pintu rumah ku saat ini, dengan tatapan khasnya membuatku yang menantapnya langsung disalah tingkah bila memandang wajahnya. Senyumnya yang manis bahkan lesung pipi yang menggoda itu membuatku tak kuasa bila menantapnya. Rapi dan bersih kulitnya, bahkan gaya rambut yang benar-benar cocok dengannya."Kamu kenapa natapin aku begitu??" ujar Rangga dengan tersenyum manis."Ng-nggak apa-apa!!" aku yang ditanya langsung berubah salah tingkah dengan tatapan dan senyumnya."Jadi berangkat??" tanya Rangga.Aku hanya mengangguk pelan tanpa menantap matanya saat ini. Entah kenapa aku benar-benar lemah ketika ia tersenyum padaku, sebenarnya aku sudah tak muda lagi, aku sudah memiliki satu orang anak, dan bahkan aku berstatus janda. Tapi entah kenapa rasanya serial kali Rangga menantapku dengan tatapan yang tak biasa itu membuat aku salah tingkah. Rasanya benar-benar seperti aneh tak terkendali.Rangga yang sudah menunggu dipintu depan rumah, aku yang
"Cuci nih!!" Dewi menghempaskan pakaian kotor kewajah Ica yang sedang berbaring dikamar tidurnya.Mata Ica membulat sempurna saat melihat Dewi yang tiba-tiba datang, lalu menghempaskan segunduk pakaian kewajahnya saat ini."Ngapain masih Lo lihatin, nggak akan bersih kalau Lo pelototin begitu!!" kata Dewi melotot."Tapi Dewi, kenapa kamu menyuruh saya??""Apa katamu? Dewi!!""Sopan banget kamu sama saya! Saya ini ipar kamu, seharunya kamu panggil saya ini mbak!!" imbuh Dewi."Cih, benar-benar menguras emosi wanita ini. Kalau saja aku tidak tinggal disini, akan aku beri pelajaran untuk ini semua padanya." Batin Ica kesal."Hey.....!!! Ngapain kamu masih rebahan, kerja! Beres-beres rumah kamu, jangan taunya enak doang!""Tapi mbak, kenapa harus saya yang mengerjakan ini semua. Bukannya ada pembantu dirumah ini??""Apa kata kamu! Pembantu, enak sekali mulut kamu ngomong, emangnya siapa yang mau mengaji pembantu dirumah ini kalau ada kamu!!" tuding Dewi pada Ica."Mbak, tapi saya bukan pe
"Hana!!" Ucap Rangga yang melihat Hana saat diresto.Hana menoleh kearah suara yang sedang memanggilnya.Deg!"Rangga!!" Lirih Hana.Rangga menghampiri Hana yang sedang berdiri menghadap dirinya."Ini beneran kamu??"Hana menantap dirinya dengan bingung."Hana!!" Rangga meraih kedua tangan Hana dan menatap dirinya."Maaf Rangga jangan seperti ini." Ujar Hana lalu mencoba menyingkirkan tangan Rangga dengan pelan agar dirinya tak tersinggung."Maafkan aku, Hana. Aku tak bermaksud untuk....""Iya Rangga, aku faham. Cuma kamu tahu aku ini janda, apa kata orang jika aku dipegang-pegang orang, aku juga harus menjaga warwahku sebagai janda. Maaf sekali lagi Rangga!!""Iya Hana. Tidak apa-apa, seharusnya aku yang minta maaf denganmu, karena ku sudah tak sopan dengan kamu, maaf Hana!!""Iya." Jawab Hana dengan singkat."Kamu ada apa datang kesini??" tanya Hana."Aku hanya khawatir denganmu, kenapa kamu tiba-tiba menghilang??'"Siapa? Aku!!" Hana menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung."
Ting tong....Bel kembali ditekan oleh Ica yang masih mengharapkan Danang akan keluar rumah."Kemana mereka semua, kenapa tidak ada yang membukakan pintu untukku." Ucap Ica didepan pintu rumah Bu Vina."Ku coba lagi menekan bel nya. Mana tahu mereka akan denger jika aku menekannya lagi."Ting tong....Ting tong....Tak lama suara pintu terdengar terbuka.Cklekk....Mata Bu Vina membulat saat melihat Ica yang berdiri didepan pintu rumahnya."Ica!!"Ica tersenyum tipis saat melihat Bu Vina yang membuka pintu. Namun tidak dengan Bu Vina yang malah kaget saat Ica datang."Selamat siang Bu!!" Ica mencoba menyapa mertuanya."Ngapain kamu datang kesini??" Celetuk Bu Vina saat melihat Ica datang."Ma-maaf Bu, saya hanya ingin bertemu mas Danang. Apa dia ada didalam??""Saya tanya kamu, ngapain kamu kesini, dan pertanyaan saya belum kamu jawab. Ngapain malah tanya balik!!""Mau ada Danang atau tidak didalam rumah saya, memangnya apa urusan kamu??" imbuh Bu Vina yang nampak benci atas keberadaa
saat Riki sedang makan dicafe namun tiba-tiba saja Hana lewat didepan Riki yang membuat Riki sontak kaget dan langsung terpegun melihat Hana. Pandangan Riki tak henti menantap Hana yang sedang berjalan."Hana." Lirih Riki dengan menantap mantan pacar dan mantan adik iparnya itu.Hana tak menyadari bahwa ada Riki diresto miliknya, bahkan Riki juga tak tahu bahwa resto itu adalah milik Hana. Selama ini Riki tak pernah tahu dimana resto Hana, yang tahu Hana memiliki resto dan kantor. Hanya Bu Vina dan Dewi istri Riki.Riki langsung bangkit dan mengejar Hana yang berjalan."Hana!!!" seru Riki.Hana langsung menghentikan langkah kakinya dan menoleh kearah suara yang tak asing itu."Mas Riki." Lirih Hana saat menatap Riki.Riki berdiri tepat didepan Hana saat ini."Hana, ini benar-benar kamu??" ucap Riki dan mendekati Hana."Stop mas, jangan terlalu dekat!!" Pinta Hana pada Riki.Riki langsung menghentikan langkah kakinya dan membulatkan matanya karena bingung."Ada apa ini, Hana? kenapa ak