Bu Marni masih kepanasan atas apa yang ia lihat di rumah Bu Saodah tadi, Lisa yang tiba-tiba menjadi wanita cantik, padahal ia mempunyai anak namun dirinya begitu cantik, bahkan Juli saja kalah."Apa yang ibu katakan, aku tidak faham!" kata Tomi yang belum mengerti saat Bu Marni menjelaskannya."Kamu tahu tidak mantan istrimu itu sudah pulang, ibu tadi habis dari warung dan kamu tahu, semua orang di kampung ini sedang memuji Lisa!"Mata Tomi melotot, "ibu ngaco pasti, mana mungkin warga kampung ini memuji Lisa, memangnya Lisa itu siapa?" ledek Tomi dengan berjalan dan duduk di atas sofa."Dan kamu tahu yang membuat ibu kesal, semua warga kampung menghina kamu dan juga ibu!" mata Bu Marni melotot ke arah Tomi.Sontak Tomi menoleh ke arah ibunya yang tengah berbicara."Kenapa mereka menghina kita, Bu? memangnya salah kita apa?" tanya Tomi."Lisa waktu jadi istri kamu itu tidak cantik, yang ada kerempeng, jelek, gak keurus. Tapi sekarang Lisa menjadi wanita cantik bahkan sepertinya banya
Pria dengan berwajah tampan layaknya pria Turki, hidung mancung, berkulit putih, bertubuh tinggi dan juga sedikit kekar, dengan lesung pipi di wajahnya, memiliki senyuman manis dengan alis tebal, siapa saja yang melihatnya takkan pernah mengatakan bahwa ia pria jelek, semua orang akan berpendapat sama bahwa Gilang adalah pria tampan.Setelah selesai meeting, ia meraih ponselnya dengan melihat galeri yang di sana terdapat foto istrinya, Gilang ternyata diam diam mengambil foto Lisa saat Lisa sedang mengemasi rumah.Senyum manis terpancar di wajah Gilang saat menatap foto istrinya yang ternyata diam diam Gilang telah jatuh hati padanya."Sayang, kamu begitu cantik, bahkan dengan ekspresi mu yang terlalu fokus terhadap pekerjaan membuatku semakin gila bila memikirkan mu," kata Gilang dengan mengusap foto yang ada di galeri handphone miliknya."Apa mungkin, aku akan segera mendapatkan cintamu? rasanya sudah tak sabar ingin sekali aku melihatmu bermanja padaku setelah kamu membuka hati unt
Pagi ini Lisa mendapatkan kabar baik dari sang suami, Gilang memberitahu bahwa ia akan segera pulang besok lusa.Gilang juga memberitahu Lisa bahwa ia sangat merindukan masakan buatan Lisa yang biasa ia hidangan di meja makan setiap pagi dan juga setiap hari untuknya.Bahkan Gilang juga memberitahu Lisa bahwa ia juga merindukan senyuman Lisa yang menurutnya cute serta mengesankan baginya."Lisa sayang, mas akan pulang besok lusa, tolong ya, jika nanti mas pulang, mas minta kamu masakan kesukaan mas, apapun itu mas pasti makan," ucapnya dari seberang telepon.Lisa tersenyum seketika mendengar bahwa suaminya akan segera pulang.Berasa mimpi, dua Minggu berlalu Lisa di tinggal di rumah orang tuanya, dan hari ini ia mendapatkan kabar bahagia."Baik mas, aku akan buatkan makanan untuk kamu ketika kamu pulang nanti," ucapnya dengan lemah lembut."Terima kasih sayang, oh iya, di mana anak, mas? Mas sangat merindukan kiki," ucapnya."Kiki sedang bersama ibu, mas, di ajak ke warung berbelanja
Hingga waktunya tiba Gilang pun pulang ke rumah dan ia segera pergi untuk menjemput sang istri, merasa tak sabar ingin segera bertemu Lisa di kampung.Saat sampai di rumah Gilang disambut oleh Bu Ranti orang tua Gilang, Gilang pulang tanpa memberi kabar pada sang ibu.Ia mencoba memberi kejutan kepada Bu Ranti dan Gilang juga tak lupa untuk membawakan oleh-oleh untuk Bu Ranti dan juga Gina.Kedua bola mata Bu Ranti membulat sempurna ketika melihat kedatangan putranya."Ya ampun sayang, kenapa tidak memberitahu Mama jika kamu pulang?" campur anti saat melihat kedatangan putranya dan menghampiri hilang kemudian memegang kedua pipi kiri dan kanan Gilang.Gilang tersenyum manis ketika melihat sang ibu, "maaf Ma, bilang sengaja tidak memberitahu Mama bahwa hari ini Gilang pulang,""Kamu benar-benar tidak berubah ya sayang, Mama itu sejak tadi menelponin kamu dan mama tidak tahu kamu itu pulang hari ini."Gilang tersenyum dan tertawa kecil melihat ekspresi wajah ibunya."Ya sudah kalau begi
Lisa menyiapkan makanan untuk mereka makan malam bersama, Gilang, Bu Ranti, Bu Saodah dan juga pak Usman, mereka semua berkumpul di dapur dan menunggu masakan Lisa siap di sajikan di sana.Terlihat senyuman sumringah terpancar dari wajah Lisa saat menyajikan makanan hasil masakannya. "Wah terlihat begitu menggoda masakan kamu Lisa," ucap Bu Ranti dengan menatap masakan Lisa.Rebus daun singkong, sambal terasi dan juga goreng ikan asin beserta goreng tempe dan juga lalapan timun mentah yang telah di tiriskan di atas piring.Lisa hanya memasak makanan itu untuk makan malam bersama suami, anak dan juga orang tuanya.Menyiapkan minuman di dalam gelas dan menuangkannya.Dengan perhatian dan juga tutur kata yang begitu ramah Lisa menawari suami, orang tua dan juga mertuanya. Tak lupa pula ia menyuapi si kecil Kiki terlebih dulu sebelum ia makan."Lisa kenapa kamu tidak makan dulu? nanti Kiki biar ibu saja yang menyuapinya," ucap Bu Ranti."Tidak apa apa Bu, nanti Lisa makan kok," jawabnya
Hari ini Lisa dan juga Gilang pergi ke pasar untuk membeli di pan baru, karena di pan di rumah sudah rusak, gilang memutuskan untuk mengajak Lisa dan juga yang lainnya berkeliling di pasar sambil berjalan jalan bersama keluarga.Saat di pasar siapa sangka jika Lisa harus bertemu dengan mantan suaminya yaitu Tomi, Tomi tertegun ketika melihat wajah Lisa yang sekarang, cantik, bersih, dan juga wangi bahkan berpenampilan modis.Tidak seperti waktu bersama Tomi, kucel dan dekil bagikan orang yang tidak terurus."Lisa," ucap Tomi ketika Lisa dan Tomi tak sengaja bertabrakan.Lisa hanya diam karena Lisa tidak ingin Gilang marah padanya dan menuduh yang tidak tidak, Lisa langsung mendekati Gilang tak menghiraukan Tomi.Mata Tomi membulat ketika melihat lisa yang seperti orang yang tak kenal dengannya."Mas, mari kita jalan sekarang," ucap Lisa mengajak suaminya pergi."Kenapa tidak melihat ke sana saja sayang, sepertinya di pan di sana bagus," kata Gilang."Tidak mas, di tempat lain pasti ad
Berapa terkejutnya mendengar bahwa Gilang diam diam tak sengaja mendengar ucapan mereka berdua, pak Usman dan juga Lisa membulatkan matanya.Berjalan perlahan mendekati Lisa dan juga pak Usman."Sayang, siapa itu Tomi? kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan dariku?""Nak Gilang, Tomi itu tidak penting, sudah jangan di bahas lagi?" jawab pak Usman."Tapi pak, kenapa sejak tadi bapak dan Lisa membahas pria itu? lantas siapa dia? apakah dia ada hubungannya dengan istriku?" tanya Gilang pada pak Usman."Iya, dia adalah pria yang jahat, tidak punya perikemanusiaan dan juga ia adalah seorang ayah yang tidak bertanggung jawab terhadap anaknya sendiri, Mas, aku mohon jangan bahas soal dia, aku tidak ingin membahasnya, jika membahasnya hanya mengingatkan aku dalam kejadian di mana bersama orang itu, di hina, di siksa dan caci." Jawab Lisa."Maafkan aku, jika pertanyaanku membuat kamu menjadi teringat akan kejadian keji itu, lain kali mas tidak akan menanyakannya lagi sayang." Kata Gilang yang m
Pagi itu Lisa yang seperti biasa, aktivitas kesehariannya mencuci baju, membereskan rumah, masak dan juga menyiram bunga.Walau di rumah Bu Ranti ada asisten rumah tangga, namun Lisa selalu membantunya, tanpa sungkan dan berat tangan.Pagi itu Lisa menyiram tanaman bunga milik Bu Ranti, semua bunga bermekaran indah di pandang, air yang segar membasahi tanaman itu agar menjadi segar tak lagi layu."Ehem," suara deheman milik pria di belakang Lisa yang berhasil membuat Lisa terkejut setengah mati."Astaghfirullah," ucap Lisa seketika saat kaget."Maaf Nona, jika aku mengangetkan mu.""Mas, Aldo, ada apa?" tanya Lisa saya menoleh ke belakang ternyata itu Aldo yang sedang berdiri tepat di belakangnya."Tidak ada, aku hanya ingin melihat kamu, Hmm, maksudku, aku hanya ingin melihat kamu menyiram bunga itu saja tidak lebih." Jawabnya dengan menatap Lisa."Oh," Lisa hanya memberi Oh saja."Apa kamu tidak keberatan untuk aku berada di sini?"Lisa menggeleng, namun sebenarnya ia tak enak jika
pernikahan Hana digelar dengan sangat mewah dengan acara pesta yang meriah. Disambut oleh tamu undangan yang hadir ditengah-tengah pernikahan Hana dan Rangga saat ini. Kebahagiaan menyelimuti Rangga dan juga Hana.Tamu undangan pun tak henti-henti mengatakan bahwa Hana begitu cantik dan menawan. Membuat Rangga tersenyum saat bersanding bersamanya.Hana yang bersetatus janda hanya bisa terheran dengan acara pesta yang digelar oleh sang suami, karena acara begitu sangat mewah. Berbeda saat pernikahan Hana dan Danang dahulu. Walau Danang orang mampu hanya saja pesta diadakan secara biasa saja."Apakah acara pesta ini tidak membuang uang kamu saja??" ujar Hana dengan lirih.Rangga menoleh kearah suara Hana yang saat ini resmi menjadi istri sahnya."Kenapa? Apakah kamu tidak menyukainya??""Bukan begitu! Aku hanya seorang janda. Apakah ini tidak berlebihan?" Ucap Hana yang tidak enak jika dirinya merepotkan seorang suami.Rangga tersenyum saat mendengar ucapan Hana."Bagaimana aku tak sela
siang ini Hana mengajak Rangga bertemu, mata Hana tak berani menatap Rangga. Namun tidak dengan Rangga, yang sejak tadi dirinya menantap Hana."Kamu mau bicara apa, Hana??" tanya Rangga dengan menantap Hana, seolah ingin cepat mengetahui, apa penyebab Hana tiba-tiba mengajaknya bertemu disiang hari ini."Rangga!""Iya Hana, ada apa??""Aku sebenarnya ingin....""Katakan saja Hana, jangan ragu.""Sebenarnya, aku mengajak kamu datang kesini ingin berbicara mengenai masalah kemarin," ujar Hana yang masih saja ingin menyusun kata yang akan disampaikan pada Rangga saat ini."Masalah yang mana??" jawab Rangga seperti lupa akan ucapannya kemarin malam."Please Rangga, jangan buat aku bingung!" balas Hana dengan wajah srius.Rangga tersenyum saat mendapatkan tatapan srius itu dari Hana."Iya, maafkan aku. Bicaralah! Dan aku akan trima apapun jawaban dari kamu!"Hana menunduk, wajahnya terlihat bingung. Lalu Rangga meraih dagu Hana dan mengarahkannya kearah wajah Rangga dan menatapkannya. Rang
ica yang sejak tadi tak berhenti membereskan rumah mertuanya. Bahkan banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan saat ini juga."Sialan! Aku disini seharusnya jadi nyonya, kenapa harus jadi babu. Menyebalkan!!" Ucap Ica dengan menjemur pakaian.Sementara Dewi dan Bu Vina melihat kerja Ica dari kejauhan."Ibu lihat, rencana kita berhasilkan??" ucap Dewi dengan tersenyum menatap kearah Ica dengan kepuasan, bahkan Dewi berhasil membuat ica sengsara."Iya Dewi, ibu senang dengan rencana kamu ini, berkat kamu, Ica merasakan apa yang dirasakan oleh Danang waktu itu. Walaupun ini semua tak sebanding dengan kejahatan yang ia berikan dengan Danang waktu itu, tapi ibu puas walaupun ini semua tak seberapa!""Ibu tenang saja, kita akan membuat Ica nggak betah disini dan akan angkat kaki secepatnya!!""Kamu yakin Dewi??""Iya Bu, apakah ibu tidak yakin dengan Dewi??""Iya, ibu percaya sama kamu!""Kalian lihatin apa??"tiba-tiba Danang datang menganggetkan keduanya, membuat Dewi dan Bu Vina m
aku yang sedang menggendong Shifa karena sepertinya Shifa sudah mulai mengantuk. Namun aku belum berani untuk berbicara kepada Rangga bahwa aku ingin segera pulang.Ku lihat Rangga ditarik tangannya oleh ibu dan ayahnya, mereka terlihat berbicara srius disana. Namun aku tak tahu pembicaraan apa yang sedang mereka bicarakan, karena aku fokus untuk menenangkan Shifa. Aku duduk disofa yang tersedia dipojokkan."Apa sebaiknya aku meminta Rangga untuk megantarkanku pulang?" Batinku.Tak lama Rangga dan orang tuanya menghampiriku, aku hanya tersenyum saat mereka menghampiriku."Hana, bagaimana malam ini kamu menginap dirumah ibu." Tawar Bu Neti."Aduh Bu, maaf sebelumnya, bukan maksud saya untuk tidak sopan. Tapi saya harus pulang, karena ibu saya pasti khawatir, apa lagi bapak saya sedang berada dirumah sakit, jadi saya tidak bisa untuk meninggalkannya, maaf ya Bu, pak. Bukan maksud saya tidak sopan.""Iya Hana, tidak apa-apa. Malahan ibu dan bapak yang tidak enak dengan kamu, maaf ya ibu
pria tampan dengan senyum manis berada didepan pintu rumah ku saat ini, dengan tatapan khasnya membuatku yang menantapnya langsung disalah tingkah bila memandang wajahnya. Senyumnya yang manis bahkan lesung pipi yang menggoda itu membuatku tak kuasa bila menantapnya. Rapi dan bersih kulitnya, bahkan gaya rambut yang benar-benar cocok dengannya."Kamu kenapa natapin aku begitu??" ujar Rangga dengan tersenyum manis."Ng-nggak apa-apa!!" aku yang ditanya langsung berubah salah tingkah dengan tatapan dan senyumnya."Jadi berangkat??" tanya Rangga.Aku hanya mengangguk pelan tanpa menantap matanya saat ini. Entah kenapa aku benar-benar lemah ketika ia tersenyum padaku, sebenarnya aku sudah tak muda lagi, aku sudah memiliki satu orang anak, dan bahkan aku berstatus janda. Tapi entah kenapa rasanya serial kali Rangga menantapku dengan tatapan yang tak biasa itu membuat aku salah tingkah. Rasanya benar-benar seperti aneh tak terkendali.Rangga yang sudah menunggu dipintu depan rumah, aku yang
"Cuci nih!!" Dewi menghempaskan pakaian kotor kewajah Ica yang sedang berbaring dikamar tidurnya.Mata Ica membulat sempurna saat melihat Dewi yang tiba-tiba datang, lalu menghempaskan segunduk pakaian kewajahnya saat ini."Ngapain masih Lo lihatin, nggak akan bersih kalau Lo pelototin begitu!!" kata Dewi melotot."Tapi Dewi, kenapa kamu menyuruh saya??""Apa katamu? Dewi!!""Sopan banget kamu sama saya! Saya ini ipar kamu, seharunya kamu panggil saya ini mbak!!" imbuh Dewi."Cih, benar-benar menguras emosi wanita ini. Kalau saja aku tidak tinggal disini, akan aku beri pelajaran untuk ini semua padanya." Batin Ica kesal."Hey.....!!! Ngapain kamu masih rebahan, kerja! Beres-beres rumah kamu, jangan taunya enak doang!""Tapi mbak, kenapa harus saya yang mengerjakan ini semua. Bukannya ada pembantu dirumah ini??""Apa kata kamu! Pembantu, enak sekali mulut kamu ngomong, emangnya siapa yang mau mengaji pembantu dirumah ini kalau ada kamu!!" tuding Dewi pada Ica."Mbak, tapi saya bukan pe
"Hana!!" Ucap Rangga yang melihat Hana saat diresto.Hana menoleh kearah suara yang sedang memanggilnya.Deg!"Rangga!!" Lirih Hana.Rangga menghampiri Hana yang sedang berdiri menghadap dirinya."Ini beneran kamu??"Hana menantap dirinya dengan bingung."Hana!!" Rangga meraih kedua tangan Hana dan menatap dirinya."Maaf Rangga jangan seperti ini." Ujar Hana lalu mencoba menyingkirkan tangan Rangga dengan pelan agar dirinya tak tersinggung."Maafkan aku, Hana. Aku tak bermaksud untuk....""Iya Rangga, aku faham. Cuma kamu tahu aku ini janda, apa kata orang jika aku dipegang-pegang orang, aku juga harus menjaga warwahku sebagai janda. Maaf sekali lagi Rangga!!""Iya Hana. Tidak apa-apa, seharusnya aku yang minta maaf denganmu, karena ku sudah tak sopan dengan kamu, maaf Hana!!""Iya." Jawab Hana dengan singkat."Kamu ada apa datang kesini??" tanya Hana."Aku hanya khawatir denganmu, kenapa kamu tiba-tiba menghilang??'"Siapa? Aku!!" Hana menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung."
Ting tong....Bel kembali ditekan oleh Ica yang masih mengharapkan Danang akan keluar rumah."Kemana mereka semua, kenapa tidak ada yang membukakan pintu untukku." Ucap Ica didepan pintu rumah Bu Vina."Ku coba lagi menekan bel nya. Mana tahu mereka akan denger jika aku menekannya lagi."Ting tong....Ting tong....Tak lama suara pintu terdengar terbuka.Cklekk....Mata Bu Vina membulat saat melihat Ica yang berdiri didepan pintu rumahnya."Ica!!"Ica tersenyum tipis saat melihat Bu Vina yang membuka pintu. Namun tidak dengan Bu Vina yang malah kaget saat Ica datang."Selamat siang Bu!!" Ica mencoba menyapa mertuanya."Ngapain kamu datang kesini??" Celetuk Bu Vina saat melihat Ica datang."Ma-maaf Bu, saya hanya ingin bertemu mas Danang. Apa dia ada didalam??""Saya tanya kamu, ngapain kamu kesini, dan pertanyaan saya belum kamu jawab. Ngapain malah tanya balik!!""Mau ada Danang atau tidak didalam rumah saya, memangnya apa urusan kamu??" imbuh Bu Vina yang nampak benci atas keberadaa
saat Riki sedang makan dicafe namun tiba-tiba saja Hana lewat didepan Riki yang membuat Riki sontak kaget dan langsung terpegun melihat Hana. Pandangan Riki tak henti menantap Hana yang sedang berjalan."Hana." Lirih Riki dengan menantap mantan pacar dan mantan adik iparnya itu.Hana tak menyadari bahwa ada Riki diresto miliknya, bahkan Riki juga tak tahu bahwa resto itu adalah milik Hana. Selama ini Riki tak pernah tahu dimana resto Hana, yang tahu Hana memiliki resto dan kantor. Hanya Bu Vina dan Dewi istri Riki.Riki langsung bangkit dan mengejar Hana yang berjalan."Hana!!!" seru Riki.Hana langsung menghentikan langkah kakinya dan menoleh kearah suara yang tak asing itu."Mas Riki." Lirih Hana saat menatap Riki.Riki berdiri tepat didepan Hana saat ini."Hana, ini benar-benar kamu??" ucap Riki dan mendekati Hana."Stop mas, jangan terlalu dekat!!" Pinta Hana pada Riki.Riki langsung menghentikan langkah kakinya dan membulatkan matanya karena bingung."Ada apa ini, Hana? kenapa ak