"Lisa, itu kaki anak kamu kenapa?"Deg!"Kenapa sepertinya memar? apa yang telah terjadi padanya?"Mata Lisa sontak melotot karena tak di sangka oleh Lisa bahwa Bu Ranti memperhatikan kaki Kiki yang tiba-tiba saja memar."Lisa, kenapa kamu diam?"Bu Ranti terus memperhatikan Lisa dan meraih Kiki dari tangan Lisa."Ya ampun, sepertinya ini harus segera di obati." Bu Ranti memandang kaki Kiki yang memerah."Tidak perlu Bu, dikasih minyak angin saja nanti juga hilang memarnya." Jawab Lisa."Siapa yang melakukan ini pada anakmu, Lisa?" Bu Ranti menatap Lisa.Sementara Lisa hanya bisa menelan salivanya. Lisa bingung harus menjawab apa karena dirinya sendiri tak tahu siapa yang telah melakukan perbuatan keji terhadap bayi berusia tiga bulan itu."Maaf Bu, saya sendiri juga tidak tahu." Jawab Lisa dengan menunduk."Nanti ibu akan pasang cctv di kamarmu ini, agar kita sama sama tahu perbuatan siapa yang melakukannya.""Tidak usah Bu, tidak perlu, tidak apa. Tolong Bu jangan di perpanjang. Ini
Tampak di meja makan terlihat Bu Ranti yang sedikit kesal terhadap Bella yang ikut campur dengan dirinya."Maaf, Nak Bella. Walau Lisa hanya seorang Art, tapi dia begitu berjasa untuk Gilang." Jawab Bu Ranti dengan tersenyum.Bella yang tak mengerti akan arti perkataan Bu Ranti saat ini, Bella hanya menoleh ke arah Gilang dengan menatap Gilang dengan butuh penjelasan dari dirinya.Gilang terbatuk dan kemudian menetralkan dirinya di sertakan deheman sebelum memulai berbicara."Ehem.. Itu lho sayang, yang waktu itu aku ceritakan dengan kamu, Mbak Lisa itu adalah orang yang telah menolongku diwaktu aku kecelakaan waktu itu." Jelas Gilang.Bella tersenyum dengan menyipitkan kedua matanya. "Oh, kirain apa.""Memang apa yang kamu fikirkan saat ini?" tanya Bu Ranti.Bella menggeleng dan berkata, "Bella fikir, Gilang dan Lisa itu telah menjalin hubungan tanpa sepengetahuan Bella." Jawaban Bella benar benar membuat Bu Ranti ingin sekali memberitahu Gilang bahwa yang sebenarnya mengkhianati Gil
Hari ini adalah hari kebahagiaan Bella, laki-laki yang Bella incar sejak dahulu, bukan karena cintanya melainkan karena hartanya. Gilang yang dikenal oleh Bella 4 bulan lalu berhasil mencintai Bella sepenuh hatinya hingga ingin menikahinya."Gak sia sia Gue bertahan empat bulan, akhirnya Gue akan menjadi nyonya Gilang dan akan menguasai hartanya. Gue akan keruk habis hartanya dan nggak akan menyisakan sedikitpun dan setelah itu gue akan menyingkirkan Bu Ranti, Gina dan juga Gilang." Kata kata licik yang terucap di bibir Bella saat berada di rumahnya.Wanita yang berusia 25 tahun itu benar benar memiliki hati busuk serta memiliki jalan fikirkan yang licik.Akan tetapi Bella tak menyadari bahwa Gina dan juga Bu Ranti telah mengetahui bahwa Bella hanya mengincar harta mereka saja, bahkan Bu Ranti juga tidak akan membiarkan Bella masuk begitu saja ke dalam keluarga mereka.Bella merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuk serta tersenyum sendirian. Triiing!Suara ponsel Bella berdering, de
Saat semuanya telah di siapkan, tanggal dan juga hari bahkan bulan baik yang akan di laksanakan. Tiba-tiba saja Gilang yang sedang hendak pergi keluar untuk menikmati indahnya pemandangan sore hari, ia berjalan di dekat taman kota, namun tiba-tiba ia di kejutkan dengan Bella yang sedang duduk berdua dengan seorang laki-laki di sisinya. Bahkan Bella juga begitu terlihat mesra tanpa perasaan canggung. Begitu terlihat mereka seperti memiliki hubungan yang sepesial."Apa benar itu, Bela?" kata Gilang dengan meyakinkan dirinya, Gilang memandang fokus ke arah Bella, dirinya tak ingin jika sampai salah orang.Deg!Jantung Gilang serasa ingin meledak, emosinya naik turun, bahkan suhu tubuhnya kini menjadi panas.Saat Gilang tahu, Gilang langsung menemuinya dan kemudian berdiri di depan Bella membuat Bella terperanjat dari duduknya. Melotot ke arah Gilang."Oh, ternyata ini yang sering kamu lakukan jika jauh dari aku. Kamu menggoda laki-laki lain, jika di belakangku!"Bella gelagapan saat meli
Lisa masih terdiam membisu saat Bu Ranti menanyakan hal itu pada dirinya, Lisa masih menimbangkan semuanya dengan benar dan sangat hati hati untuk mengambil keputusan."Nak Lisa, Ibu tanya sekali lagi, apakah kamu bersedia membantu ibu, nak? ibu mohon, tolong. Ibu bingung harus meminta tolong dengan siapa?""Ibu juga tidak mungkin, jika membatalkan begitu saja.""Begini saja, jika kamu sudah menikah dengan Gilang, jika kamu dalam waktu lima bulan belum mencintai Gilang, gak papa, kamu boleh bercerai dari Gilang dan ibu janji akan memberi kamu jaminan hidup yang layak untuk kamu, tapi ibu mohon, tolong bantu ibu, Nak."Saat Bu Ranti memohon, entah kenapa hati Lisa tiba tiba yang awalnya ingin menolak, akhirnya menjadi luluh dan mengiyakan semua persyaratan Bu Ranti. Bu Ranti yang mendengarkan Lisa mengatakan iya, tentu saja sangat bahagia. Karena Lisa mau menjadi pengantin pengganti untuk pernikahan putranya.Saat malam tiba, semua orang yang berada di dalam rumah telah tertidur pulas,
Saat semua orang sibuk dengan pekerjaannya, Lisa hanya mampu berdiri dan terdiam. Ada rasa tak percaya di hati Lisa, mampukah Lisa menjadi istri yang terbaik untuk Gilang."Ya Tuhan, mudahkanlah semua urusanku, aku sangat berharap ini jalan yang terbaik yang engkau beri untukku," batin Lisa.Lisa kembali mempersiapkan diri Karena esok hari Lisa harus bergegas dan bersiap-siap untuk menjadi calon pengantin.tiba-tiba saja Bu Ranti menemui Lisa,"Lisa,"Lisa menoleh ke arah suara Bu Ranti."Nak Lisa, kamu jadikan menelpon orang tuamu?"Lisa kembali terdiam, ada rasa ingin menghubungi orang tuanya di kampung, namun Lisa kembali berfikir, jika Bapak dan ibunya bertanya bekerja apa dia sekarang? Lisa harus menjawab apa?sejak kecil Lisa tak pernah berbohong kepada kedua orang tuanya, Lisa selalu berkata jujur apa adanya."Lisa," seru Bu Ranti kembali."Kenapa kamu melamun, Lisa? apakah kamu tidak jadi menelpon orang tuamu?"Bu Ranti kembali menatap Lisa dengan raut wajahnya yang bingung."
Sementara Gilang yang masih saja menatap Lisa dengan senyum tipis di sudut bibirnya, membuat Lisa terheran heran dengan tingkah laku pria yang saat ini berstatus menjadi suami Lisa.Karena Lisa merasa tak nyaman di pandang terus menerus, hingga akhirnya Lisa memecahkan kesunyian."Maaf Mas, Saya harus segera tidur. Permisi!" ucap Lisa."Eh, tunggu mbak!" ucap Gilang lalu menarik tangan Lisa tanpa sengaja tarikannya membuat Lisa berada jatuh di pelukan Gilang, hingga akhirnya keduanya menatap satu sama lain di satu sisi yang sama."Mata yang indah, begitu bersedih bahkan tatapannya menyejukkan hati, walau dengan tata rias yang sederhana mampu membuatku..." Batin Gilang berkata kata, namun tak sempat terselesaikan Lisa terburu melepaskan pelukannya."Maaf mas," Lisa langsung hendak duduk di sofa namun terburu Gilang yang duduk di sana."Mbak, tolong jangan mengeyel jika di beritahu suami, mbak tidur saja di sana." Gilang berbicara dengan lembut di sertai senyuman dan juga menunjuk arah
Lisa yang sejak tadi termenung pada akhirnya di temani oleh Gilang hingga Lisa merasa sedikit lega setelah bercerita dengannya."Jika ada apa apa itu cerita sama suami, supaya lega!" kata Gilang dengan tersenyum menatap ke arah Lisa.Lisa tertunduk saat Gilang berucap yang membuat Lisa sedikit meleleh dengan perhatiannya."Mari masuk, di sini banyak polusi, lebih baik kamu segera membersihkan tubuhku dan mari kita sarapan!"Lisa yang mendengar ucapan Gilang langsung memandang tubuhnya, kemudian menatap ke arah Gilang."Kenapa kamu melihat tubuhmu sendiri?" tanya Gilang yang bingung dengan tingkah laku istrinya."Maaf mas Gilang, apakah aku, bau??" tanya Lisa polos.Gilang bukannya menjawab malah tergelak ketika mendengar ucapan Lisa."Lho kok malah ketawa, Mas?""Kamu tidak bau, hanya saja aku ingin melihat istriku mandi, pasti kamu berkeringat karena berkemas dan memasak.""Oh begitu ya, Mas. Aku kira tubuhku bau," Lisa menyium baju memastikan tidak ada bau busuk di sana yang nantiny
pernikahan Hana digelar dengan sangat mewah dengan acara pesta yang meriah. Disambut oleh tamu undangan yang hadir ditengah-tengah pernikahan Hana dan Rangga saat ini. Kebahagiaan menyelimuti Rangga dan juga Hana.Tamu undangan pun tak henti-henti mengatakan bahwa Hana begitu cantik dan menawan. Membuat Rangga tersenyum saat bersanding bersamanya.Hana yang bersetatus janda hanya bisa terheran dengan acara pesta yang digelar oleh sang suami, karena acara begitu sangat mewah. Berbeda saat pernikahan Hana dan Danang dahulu. Walau Danang orang mampu hanya saja pesta diadakan secara biasa saja."Apakah acara pesta ini tidak membuang uang kamu saja??" ujar Hana dengan lirih.Rangga menoleh kearah suara Hana yang saat ini resmi menjadi istri sahnya."Kenapa? Apakah kamu tidak menyukainya??""Bukan begitu! Aku hanya seorang janda. Apakah ini tidak berlebihan?" Ucap Hana yang tidak enak jika dirinya merepotkan seorang suami.Rangga tersenyum saat mendengar ucapan Hana."Bagaimana aku tak sela
siang ini Hana mengajak Rangga bertemu, mata Hana tak berani menatap Rangga. Namun tidak dengan Rangga, yang sejak tadi dirinya menantap Hana."Kamu mau bicara apa, Hana??" tanya Rangga dengan menantap Hana, seolah ingin cepat mengetahui, apa penyebab Hana tiba-tiba mengajaknya bertemu disiang hari ini."Rangga!""Iya Hana, ada apa??""Aku sebenarnya ingin....""Katakan saja Hana, jangan ragu.""Sebenarnya, aku mengajak kamu datang kesini ingin berbicara mengenai masalah kemarin," ujar Hana yang masih saja ingin menyusun kata yang akan disampaikan pada Rangga saat ini."Masalah yang mana??" jawab Rangga seperti lupa akan ucapannya kemarin malam."Please Rangga, jangan buat aku bingung!" balas Hana dengan wajah srius.Rangga tersenyum saat mendapatkan tatapan srius itu dari Hana."Iya, maafkan aku. Bicaralah! Dan aku akan trima apapun jawaban dari kamu!"Hana menunduk, wajahnya terlihat bingung. Lalu Rangga meraih dagu Hana dan mengarahkannya kearah wajah Rangga dan menatapkannya. Rang
ica yang sejak tadi tak berhenti membereskan rumah mertuanya. Bahkan banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan saat ini juga."Sialan! Aku disini seharusnya jadi nyonya, kenapa harus jadi babu. Menyebalkan!!" Ucap Ica dengan menjemur pakaian.Sementara Dewi dan Bu Vina melihat kerja Ica dari kejauhan."Ibu lihat, rencana kita berhasilkan??" ucap Dewi dengan tersenyum menatap kearah Ica dengan kepuasan, bahkan Dewi berhasil membuat ica sengsara."Iya Dewi, ibu senang dengan rencana kamu ini, berkat kamu, Ica merasakan apa yang dirasakan oleh Danang waktu itu. Walaupun ini semua tak sebanding dengan kejahatan yang ia berikan dengan Danang waktu itu, tapi ibu puas walaupun ini semua tak seberapa!""Ibu tenang saja, kita akan membuat Ica nggak betah disini dan akan angkat kaki secepatnya!!""Kamu yakin Dewi??""Iya Bu, apakah ibu tidak yakin dengan Dewi??""Iya, ibu percaya sama kamu!""Kalian lihatin apa??"tiba-tiba Danang datang menganggetkan keduanya, membuat Dewi dan Bu Vina m
aku yang sedang menggendong Shifa karena sepertinya Shifa sudah mulai mengantuk. Namun aku belum berani untuk berbicara kepada Rangga bahwa aku ingin segera pulang.Ku lihat Rangga ditarik tangannya oleh ibu dan ayahnya, mereka terlihat berbicara srius disana. Namun aku tak tahu pembicaraan apa yang sedang mereka bicarakan, karena aku fokus untuk menenangkan Shifa. Aku duduk disofa yang tersedia dipojokkan."Apa sebaiknya aku meminta Rangga untuk megantarkanku pulang?" Batinku.Tak lama Rangga dan orang tuanya menghampiriku, aku hanya tersenyum saat mereka menghampiriku."Hana, bagaimana malam ini kamu menginap dirumah ibu." Tawar Bu Neti."Aduh Bu, maaf sebelumnya, bukan maksud saya untuk tidak sopan. Tapi saya harus pulang, karena ibu saya pasti khawatir, apa lagi bapak saya sedang berada dirumah sakit, jadi saya tidak bisa untuk meninggalkannya, maaf ya Bu, pak. Bukan maksud saya tidak sopan.""Iya Hana, tidak apa-apa. Malahan ibu dan bapak yang tidak enak dengan kamu, maaf ya ibu
pria tampan dengan senyum manis berada didepan pintu rumah ku saat ini, dengan tatapan khasnya membuatku yang menantapnya langsung disalah tingkah bila memandang wajahnya. Senyumnya yang manis bahkan lesung pipi yang menggoda itu membuatku tak kuasa bila menantapnya. Rapi dan bersih kulitnya, bahkan gaya rambut yang benar-benar cocok dengannya."Kamu kenapa natapin aku begitu??" ujar Rangga dengan tersenyum manis."Ng-nggak apa-apa!!" aku yang ditanya langsung berubah salah tingkah dengan tatapan dan senyumnya."Jadi berangkat??" tanya Rangga.Aku hanya mengangguk pelan tanpa menantap matanya saat ini. Entah kenapa aku benar-benar lemah ketika ia tersenyum padaku, sebenarnya aku sudah tak muda lagi, aku sudah memiliki satu orang anak, dan bahkan aku berstatus janda. Tapi entah kenapa rasanya serial kali Rangga menantapku dengan tatapan yang tak biasa itu membuat aku salah tingkah. Rasanya benar-benar seperti aneh tak terkendali.Rangga yang sudah menunggu dipintu depan rumah, aku yang
"Cuci nih!!" Dewi menghempaskan pakaian kotor kewajah Ica yang sedang berbaring dikamar tidurnya.Mata Ica membulat sempurna saat melihat Dewi yang tiba-tiba datang, lalu menghempaskan segunduk pakaian kewajahnya saat ini."Ngapain masih Lo lihatin, nggak akan bersih kalau Lo pelototin begitu!!" kata Dewi melotot."Tapi Dewi, kenapa kamu menyuruh saya??""Apa katamu? Dewi!!""Sopan banget kamu sama saya! Saya ini ipar kamu, seharunya kamu panggil saya ini mbak!!" imbuh Dewi."Cih, benar-benar menguras emosi wanita ini. Kalau saja aku tidak tinggal disini, akan aku beri pelajaran untuk ini semua padanya." Batin Ica kesal."Hey.....!!! Ngapain kamu masih rebahan, kerja! Beres-beres rumah kamu, jangan taunya enak doang!""Tapi mbak, kenapa harus saya yang mengerjakan ini semua. Bukannya ada pembantu dirumah ini??""Apa kata kamu! Pembantu, enak sekali mulut kamu ngomong, emangnya siapa yang mau mengaji pembantu dirumah ini kalau ada kamu!!" tuding Dewi pada Ica."Mbak, tapi saya bukan pe
"Hana!!" Ucap Rangga yang melihat Hana saat diresto.Hana menoleh kearah suara yang sedang memanggilnya.Deg!"Rangga!!" Lirih Hana.Rangga menghampiri Hana yang sedang berdiri menghadap dirinya."Ini beneran kamu??"Hana menantap dirinya dengan bingung."Hana!!" Rangga meraih kedua tangan Hana dan menatap dirinya."Maaf Rangga jangan seperti ini." Ujar Hana lalu mencoba menyingkirkan tangan Rangga dengan pelan agar dirinya tak tersinggung."Maafkan aku, Hana. Aku tak bermaksud untuk....""Iya Rangga, aku faham. Cuma kamu tahu aku ini janda, apa kata orang jika aku dipegang-pegang orang, aku juga harus menjaga warwahku sebagai janda. Maaf sekali lagi Rangga!!""Iya Hana. Tidak apa-apa, seharusnya aku yang minta maaf denganmu, karena ku sudah tak sopan dengan kamu, maaf Hana!!""Iya." Jawab Hana dengan singkat."Kamu ada apa datang kesini??" tanya Hana."Aku hanya khawatir denganmu, kenapa kamu tiba-tiba menghilang??'"Siapa? Aku!!" Hana menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung."
Ting tong....Bel kembali ditekan oleh Ica yang masih mengharapkan Danang akan keluar rumah."Kemana mereka semua, kenapa tidak ada yang membukakan pintu untukku." Ucap Ica didepan pintu rumah Bu Vina."Ku coba lagi menekan bel nya. Mana tahu mereka akan denger jika aku menekannya lagi."Ting tong....Ting tong....Tak lama suara pintu terdengar terbuka.Cklekk....Mata Bu Vina membulat saat melihat Ica yang berdiri didepan pintu rumahnya."Ica!!"Ica tersenyum tipis saat melihat Bu Vina yang membuka pintu. Namun tidak dengan Bu Vina yang malah kaget saat Ica datang."Selamat siang Bu!!" Ica mencoba menyapa mertuanya."Ngapain kamu datang kesini??" Celetuk Bu Vina saat melihat Ica datang."Ma-maaf Bu, saya hanya ingin bertemu mas Danang. Apa dia ada didalam??""Saya tanya kamu, ngapain kamu kesini, dan pertanyaan saya belum kamu jawab. Ngapain malah tanya balik!!""Mau ada Danang atau tidak didalam rumah saya, memangnya apa urusan kamu??" imbuh Bu Vina yang nampak benci atas keberadaa
saat Riki sedang makan dicafe namun tiba-tiba saja Hana lewat didepan Riki yang membuat Riki sontak kaget dan langsung terpegun melihat Hana. Pandangan Riki tak henti menantap Hana yang sedang berjalan."Hana." Lirih Riki dengan menantap mantan pacar dan mantan adik iparnya itu.Hana tak menyadari bahwa ada Riki diresto miliknya, bahkan Riki juga tak tahu bahwa resto itu adalah milik Hana. Selama ini Riki tak pernah tahu dimana resto Hana, yang tahu Hana memiliki resto dan kantor. Hanya Bu Vina dan Dewi istri Riki.Riki langsung bangkit dan mengejar Hana yang berjalan."Hana!!!" seru Riki.Hana langsung menghentikan langkah kakinya dan menoleh kearah suara yang tak asing itu."Mas Riki." Lirih Hana saat menatap Riki.Riki berdiri tepat didepan Hana saat ini."Hana, ini benar-benar kamu??" ucap Riki dan mendekati Hana."Stop mas, jangan terlalu dekat!!" Pinta Hana pada Riki.Riki langsung menghentikan langkah kakinya dan membulatkan matanya karena bingung."Ada apa ini, Hana? kenapa ak