Lisa masih terdiam membisu saat Bu Ranti menanyakan hal itu pada dirinya, Lisa masih menimbangkan semuanya dengan benar dan sangat hati hati untuk mengambil keputusan."Nak Lisa, Ibu tanya sekali lagi, apakah kamu bersedia membantu ibu, nak? ibu mohon, tolong. Ibu bingung harus meminta tolong dengan siapa?""Ibu juga tidak mungkin, jika membatalkan begitu saja.""Begini saja, jika kamu sudah menikah dengan Gilang, jika kamu dalam waktu lima bulan belum mencintai Gilang, gak papa, kamu boleh bercerai dari Gilang dan ibu janji akan memberi kamu jaminan hidup yang layak untuk kamu, tapi ibu mohon, tolong bantu ibu, Nak."Saat Bu Ranti memohon, entah kenapa hati Lisa tiba tiba yang awalnya ingin menolak, akhirnya menjadi luluh dan mengiyakan semua persyaratan Bu Ranti. Bu Ranti yang mendengarkan Lisa mengatakan iya, tentu saja sangat bahagia. Karena Lisa mau menjadi pengantin pengganti untuk pernikahan putranya.Saat malam tiba, semua orang yang berada di dalam rumah telah tertidur pulas,
Saat semua orang sibuk dengan pekerjaannya, Lisa hanya mampu berdiri dan terdiam. Ada rasa tak percaya di hati Lisa, mampukah Lisa menjadi istri yang terbaik untuk Gilang."Ya Tuhan, mudahkanlah semua urusanku, aku sangat berharap ini jalan yang terbaik yang engkau beri untukku," batin Lisa.Lisa kembali mempersiapkan diri Karena esok hari Lisa harus bergegas dan bersiap-siap untuk menjadi calon pengantin.tiba-tiba saja Bu Ranti menemui Lisa,"Lisa,"Lisa menoleh ke arah suara Bu Ranti."Nak Lisa, kamu jadikan menelpon orang tuamu?"Lisa kembali terdiam, ada rasa ingin menghubungi orang tuanya di kampung, namun Lisa kembali berfikir, jika Bapak dan ibunya bertanya bekerja apa dia sekarang? Lisa harus menjawab apa?sejak kecil Lisa tak pernah berbohong kepada kedua orang tuanya, Lisa selalu berkata jujur apa adanya."Lisa," seru Bu Ranti kembali."Kenapa kamu melamun, Lisa? apakah kamu tidak jadi menelpon orang tuamu?"Bu Ranti kembali menatap Lisa dengan raut wajahnya yang bingung."
Sementara Gilang yang masih saja menatap Lisa dengan senyum tipis di sudut bibirnya, membuat Lisa terheran heran dengan tingkah laku pria yang saat ini berstatus menjadi suami Lisa.Karena Lisa merasa tak nyaman di pandang terus menerus, hingga akhirnya Lisa memecahkan kesunyian."Maaf Mas, Saya harus segera tidur. Permisi!" ucap Lisa."Eh, tunggu mbak!" ucap Gilang lalu menarik tangan Lisa tanpa sengaja tarikannya membuat Lisa berada jatuh di pelukan Gilang, hingga akhirnya keduanya menatap satu sama lain di satu sisi yang sama."Mata yang indah, begitu bersedih bahkan tatapannya menyejukkan hati, walau dengan tata rias yang sederhana mampu membuatku..." Batin Gilang berkata kata, namun tak sempat terselesaikan Lisa terburu melepaskan pelukannya."Maaf mas," Lisa langsung hendak duduk di sofa namun terburu Gilang yang duduk di sana."Mbak, tolong jangan mengeyel jika di beritahu suami, mbak tidur saja di sana." Gilang berbicara dengan lembut di sertai senyuman dan juga menunjuk arah
Lisa yang sejak tadi termenung pada akhirnya di temani oleh Gilang hingga Lisa merasa sedikit lega setelah bercerita dengannya."Jika ada apa apa itu cerita sama suami, supaya lega!" kata Gilang dengan tersenyum menatap ke arah Lisa.Lisa tertunduk saat Gilang berucap yang membuat Lisa sedikit meleleh dengan perhatiannya."Mari masuk, di sini banyak polusi, lebih baik kamu segera membersihkan tubuhku dan mari kita sarapan!"Lisa yang mendengar ucapan Gilang langsung memandang tubuhnya, kemudian menatap ke arah Gilang."Kenapa kamu melihat tubuhmu sendiri?" tanya Gilang yang bingung dengan tingkah laku istrinya."Maaf mas Gilang, apakah aku, bau??" tanya Lisa polos.Gilang bukannya menjawab malah tergelak ketika mendengar ucapan Lisa."Lho kok malah ketawa, Mas?""Kamu tidak bau, hanya saja aku ingin melihat istriku mandi, pasti kamu berkeringat karena berkemas dan memasak.""Oh begitu ya, Mas. Aku kira tubuhku bau," Lisa menyium baju memastikan tidak ada bau busuk di sana yang nantiny
Setibanya di perkampungan orang tua Lisa, mobil berhenti tepat di depan rumah Lisa. Kedua mata Lisa membulat sempurna, serta berembun, Lisa berdiri dan terdiam membisu saat menatap rumahnya, di sini lah ia di besarkan, di didik hingga dewasa hingga ia menemukan jalan hidupnya sendiri.Kedua mata Lisa berembun ketika menatap rumahnya, di sana terlihat pintu yang terbuka lebar seakan siap menyambut semua tamu yang datang untuk berkunjung.Lisa menoleh ke arah Gilang dengan tatapan sendu.Gilang hanya membalasnya dengan senyuman, "apakah kamu tidak ingin mengajakku untuk masuk ke dalam menemui kedua orang tuamu?" tanya Gilang lirih dengan menatap Lisa.Lisa diam sesaat lalu berlari ke arah Gilang dan mendekap tubuhnya, ya, Lisa memeluk tubuh kekar Gilang, pria tampan, putih dan juga tinggi itu di peluk oleh Lisa tanpa sadar, yang Lisa rasakan hanya senang saat ini ia bisa kembali ke kampung halaman dan akan segera bertemu dengan kedua orang tuanya.Gilang terdiam saat di peluk erat oleh
Keesokan paginya saat Pajar mulai menyingsing, Lisa terbangun dari tidurnya, ia mendapati suaminya tidak berada di dalam kamar itu.Lisa bangkit dari tidurnya dan langsung menuju keluar kamar, saat berada di ruang tamu, Lisa juga tidak mendapati siapapun.Namun Lisa mendengar suara yang berada di teras rumah orang tuanya.Lisa menuju ke sana dan benar saja, bapak dan ibunya beserta Gilang sedang menikmati sarapan dengan memandangi sekeliling suasana di depan rumah."Lisa, kamu sudah bangun, Nak??"Lisa tersenyum."Sayang, tunggu sebentar." Kata Gilang tiba tiba membuat Lisa bingung dengan panggilan di pagi hari ini."Sayang!!" batinnya dalam hati dengan melihat Gilang yang masuk ke dalam rumah."Suamimu memang benar benar laki-laki yang pandai." Puji Bu Saodah namun Lisa hanya diam karena bingung.Tak lama menunggu lama, akhirnya Gilang keluar dengan membawa sepiring penuh nasi goreng spesial di tangannya."Sayang, makanlah bersama kami di sini, kamu pasti lapar, bukan??" kata Gilang
Pria yang baru saja aku kenal itu dengan awalan menolong ternyata sekarang menjadi suamiku, rasanya begitu seperti mimpi, pria tampan dengan senyuman yang begitu manis, mau bersanding dengan aku yang hanya janda dan mempunyai seorang anak, bahkan aku juga berasal dari kampung.Lisa menatap Gilang yang sedang makan di depannya, tiba tiba saja Gilang menatap istrinya dengan tersenyum manis.Entah kenapa, aku merasa suamiku saat pulang kampung, sifatnya begitu hangat, seperti ada cinta dalam pernikahan kami berdua.Padahal aku tahu, jauh di hatinya belum bisa melupakan mantan kekasihnya, mana mungkin suamiku cepat menaruh hati dengan janda kampungan seperti aku ini.Entah kenapa setiap kali Mas Gilang menatap hangat ke arah ku, aku selalu minder bahkan aku merasa tidak pantas untuknya."Sayang, nanti kamu mau tidak menemaniku keliling kampung?" Gilang mencoba mengajak Lisa.Lisa terdiam lalu berkata, "memangnya mau ke mana, Mas??""Ke mana saja, apa kamu mau menemaniku?""Sudah Lisa, tem
Walau cinta tak semudah itu tumbuh di antara aku dan juga Mas Gilang. Namun kenyataannya aku yang sepertinya lebih dulu mencintainya.Namun aku tak berani berterus terang dengan suamiku sendiri. Aku takut jika Mas Gilang masih menyimpan rasa dengan mantan kekasihnya. Aku juga tak ingin seperti cintaku pada mantan suamiku dulu.Hanya sia sia bahkan hanya mendapati kekecewaan yang ada.Tiga bulan menikah, hubunganku sepertinya sedang dalam masa pertumbuhan kasih sayang, namun tampaknya suamiku juga belum menumbuhkan rasa cinta padaku.Karena sampai saat ini mas Gilang tak pernah menyampaikan rasa yang ia punya untukku.Aku sebagai istri selalu berbuat baik padanya, apapun yang ia minta tak pernah aku membantahnya, walau dalam tiga bulan menikah, aku dan juga Mas gilang masih saja tidur terpisah, bahkan mas Gilang belum menyentuhku sampai saat ini.Aku masih memiliki satu buah hati yang ku bawa dari hasil pernikahan ku bersama Mas Tomi.Kiki yang semakin hari semakin tumbuh menjadi gadis
pernikahan Hana digelar dengan sangat mewah dengan acara pesta yang meriah. Disambut oleh tamu undangan yang hadir ditengah-tengah pernikahan Hana dan Rangga saat ini. Kebahagiaan menyelimuti Rangga dan juga Hana.Tamu undangan pun tak henti-henti mengatakan bahwa Hana begitu cantik dan menawan. Membuat Rangga tersenyum saat bersanding bersamanya.Hana yang bersetatus janda hanya bisa terheran dengan acara pesta yang digelar oleh sang suami, karena acara begitu sangat mewah. Berbeda saat pernikahan Hana dan Danang dahulu. Walau Danang orang mampu hanya saja pesta diadakan secara biasa saja."Apakah acara pesta ini tidak membuang uang kamu saja??" ujar Hana dengan lirih.Rangga menoleh kearah suara Hana yang saat ini resmi menjadi istri sahnya."Kenapa? Apakah kamu tidak menyukainya??""Bukan begitu! Aku hanya seorang janda. Apakah ini tidak berlebihan?" Ucap Hana yang tidak enak jika dirinya merepotkan seorang suami.Rangga tersenyum saat mendengar ucapan Hana."Bagaimana aku tak sela
siang ini Hana mengajak Rangga bertemu, mata Hana tak berani menatap Rangga. Namun tidak dengan Rangga, yang sejak tadi dirinya menantap Hana."Kamu mau bicara apa, Hana??" tanya Rangga dengan menantap Hana, seolah ingin cepat mengetahui, apa penyebab Hana tiba-tiba mengajaknya bertemu disiang hari ini."Rangga!""Iya Hana, ada apa??""Aku sebenarnya ingin....""Katakan saja Hana, jangan ragu.""Sebenarnya, aku mengajak kamu datang kesini ingin berbicara mengenai masalah kemarin," ujar Hana yang masih saja ingin menyusun kata yang akan disampaikan pada Rangga saat ini."Masalah yang mana??" jawab Rangga seperti lupa akan ucapannya kemarin malam."Please Rangga, jangan buat aku bingung!" balas Hana dengan wajah srius.Rangga tersenyum saat mendapatkan tatapan srius itu dari Hana."Iya, maafkan aku. Bicaralah! Dan aku akan trima apapun jawaban dari kamu!"Hana menunduk, wajahnya terlihat bingung. Lalu Rangga meraih dagu Hana dan mengarahkannya kearah wajah Rangga dan menatapkannya. Rang
ica yang sejak tadi tak berhenti membereskan rumah mertuanya. Bahkan banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan saat ini juga."Sialan! Aku disini seharusnya jadi nyonya, kenapa harus jadi babu. Menyebalkan!!" Ucap Ica dengan menjemur pakaian.Sementara Dewi dan Bu Vina melihat kerja Ica dari kejauhan."Ibu lihat, rencana kita berhasilkan??" ucap Dewi dengan tersenyum menatap kearah Ica dengan kepuasan, bahkan Dewi berhasil membuat ica sengsara."Iya Dewi, ibu senang dengan rencana kamu ini, berkat kamu, Ica merasakan apa yang dirasakan oleh Danang waktu itu. Walaupun ini semua tak sebanding dengan kejahatan yang ia berikan dengan Danang waktu itu, tapi ibu puas walaupun ini semua tak seberapa!""Ibu tenang saja, kita akan membuat Ica nggak betah disini dan akan angkat kaki secepatnya!!""Kamu yakin Dewi??""Iya Bu, apakah ibu tidak yakin dengan Dewi??""Iya, ibu percaya sama kamu!""Kalian lihatin apa??"tiba-tiba Danang datang menganggetkan keduanya, membuat Dewi dan Bu Vina m
aku yang sedang menggendong Shifa karena sepertinya Shifa sudah mulai mengantuk. Namun aku belum berani untuk berbicara kepada Rangga bahwa aku ingin segera pulang.Ku lihat Rangga ditarik tangannya oleh ibu dan ayahnya, mereka terlihat berbicara srius disana. Namun aku tak tahu pembicaraan apa yang sedang mereka bicarakan, karena aku fokus untuk menenangkan Shifa. Aku duduk disofa yang tersedia dipojokkan."Apa sebaiknya aku meminta Rangga untuk megantarkanku pulang?" Batinku.Tak lama Rangga dan orang tuanya menghampiriku, aku hanya tersenyum saat mereka menghampiriku."Hana, bagaimana malam ini kamu menginap dirumah ibu." Tawar Bu Neti."Aduh Bu, maaf sebelumnya, bukan maksud saya untuk tidak sopan. Tapi saya harus pulang, karena ibu saya pasti khawatir, apa lagi bapak saya sedang berada dirumah sakit, jadi saya tidak bisa untuk meninggalkannya, maaf ya Bu, pak. Bukan maksud saya tidak sopan.""Iya Hana, tidak apa-apa. Malahan ibu dan bapak yang tidak enak dengan kamu, maaf ya ibu
pria tampan dengan senyum manis berada didepan pintu rumah ku saat ini, dengan tatapan khasnya membuatku yang menantapnya langsung disalah tingkah bila memandang wajahnya. Senyumnya yang manis bahkan lesung pipi yang menggoda itu membuatku tak kuasa bila menantapnya. Rapi dan bersih kulitnya, bahkan gaya rambut yang benar-benar cocok dengannya."Kamu kenapa natapin aku begitu??" ujar Rangga dengan tersenyum manis."Ng-nggak apa-apa!!" aku yang ditanya langsung berubah salah tingkah dengan tatapan dan senyumnya."Jadi berangkat??" tanya Rangga.Aku hanya mengangguk pelan tanpa menantap matanya saat ini. Entah kenapa aku benar-benar lemah ketika ia tersenyum padaku, sebenarnya aku sudah tak muda lagi, aku sudah memiliki satu orang anak, dan bahkan aku berstatus janda. Tapi entah kenapa rasanya serial kali Rangga menantapku dengan tatapan yang tak biasa itu membuat aku salah tingkah. Rasanya benar-benar seperti aneh tak terkendali.Rangga yang sudah menunggu dipintu depan rumah, aku yang
"Cuci nih!!" Dewi menghempaskan pakaian kotor kewajah Ica yang sedang berbaring dikamar tidurnya.Mata Ica membulat sempurna saat melihat Dewi yang tiba-tiba datang, lalu menghempaskan segunduk pakaian kewajahnya saat ini."Ngapain masih Lo lihatin, nggak akan bersih kalau Lo pelototin begitu!!" kata Dewi melotot."Tapi Dewi, kenapa kamu menyuruh saya??""Apa katamu? Dewi!!""Sopan banget kamu sama saya! Saya ini ipar kamu, seharunya kamu panggil saya ini mbak!!" imbuh Dewi."Cih, benar-benar menguras emosi wanita ini. Kalau saja aku tidak tinggal disini, akan aku beri pelajaran untuk ini semua padanya." Batin Ica kesal."Hey.....!!! Ngapain kamu masih rebahan, kerja! Beres-beres rumah kamu, jangan taunya enak doang!""Tapi mbak, kenapa harus saya yang mengerjakan ini semua. Bukannya ada pembantu dirumah ini??""Apa kata kamu! Pembantu, enak sekali mulut kamu ngomong, emangnya siapa yang mau mengaji pembantu dirumah ini kalau ada kamu!!" tuding Dewi pada Ica."Mbak, tapi saya bukan pe
"Hana!!" Ucap Rangga yang melihat Hana saat diresto.Hana menoleh kearah suara yang sedang memanggilnya.Deg!"Rangga!!" Lirih Hana.Rangga menghampiri Hana yang sedang berdiri menghadap dirinya."Ini beneran kamu??"Hana menantap dirinya dengan bingung."Hana!!" Rangga meraih kedua tangan Hana dan menatap dirinya."Maaf Rangga jangan seperti ini." Ujar Hana lalu mencoba menyingkirkan tangan Rangga dengan pelan agar dirinya tak tersinggung."Maafkan aku, Hana. Aku tak bermaksud untuk....""Iya Rangga, aku faham. Cuma kamu tahu aku ini janda, apa kata orang jika aku dipegang-pegang orang, aku juga harus menjaga warwahku sebagai janda. Maaf sekali lagi Rangga!!""Iya Hana. Tidak apa-apa, seharusnya aku yang minta maaf denganmu, karena ku sudah tak sopan dengan kamu, maaf Hana!!""Iya." Jawab Hana dengan singkat."Kamu ada apa datang kesini??" tanya Hana."Aku hanya khawatir denganmu, kenapa kamu tiba-tiba menghilang??'"Siapa? Aku!!" Hana menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung."
Ting tong....Bel kembali ditekan oleh Ica yang masih mengharapkan Danang akan keluar rumah."Kemana mereka semua, kenapa tidak ada yang membukakan pintu untukku." Ucap Ica didepan pintu rumah Bu Vina."Ku coba lagi menekan bel nya. Mana tahu mereka akan denger jika aku menekannya lagi."Ting tong....Ting tong....Tak lama suara pintu terdengar terbuka.Cklekk....Mata Bu Vina membulat saat melihat Ica yang berdiri didepan pintu rumahnya."Ica!!"Ica tersenyum tipis saat melihat Bu Vina yang membuka pintu. Namun tidak dengan Bu Vina yang malah kaget saat Ica datang."Selamat siang Bu!!" Ica mencoba menyapa mertuanya."Ngapain kamu datang kesini??" Celetuk Bu Vina saat melihat Ica datang."Ma-maaf Bu, saya hanya ingin bertemu mas Danang. Apa dia ada didalam??""Saya tanya kamu, ngapain kamu kesini, dan pertanyaan saya belum kamu jawab. Ngapain malah tanya balik!!""Mau ada Danang atau tidak didalam rumah saya, memangnya apa urusan kamu??" imbuh Bu Vina yang nampak benci atas keberadaa
saat Riki sedang makan dicafe namun tiba-tiba saja Hana lewat didepan Riki yang membuat Riki sontak kaget dan langsung terpegun melihat Hana. Pandangan Riki tak henti menantap Hana yang sedang berjalan."Hana." Lirih Riki dengan menantap mantan pacar dan mantan adik iparnya itu.Hana tak menyadari bahwa ada Riki diresto miliknya, bahkan Riki juga tak tahu bahwa resto itu adalah milik Hana. Selama ini Riki tak pernah tahu dimana resto Hana, yang tahu Hana memiliki resto dan kantor. Hanya Bu Vina dan Dewi istri Riki.Riki langsung bangkit dan mengejar Hana yang berjalan."Hana!!!" seru Riki.Hana langsung menghentikan langkah kakinya dan menoleh kearah suara yang tak asing itu."Mas Riki." Lirih Hana saat menatap Riki.Riki berdiri tepat didepan Hana saat ini."Hana, ini benar-benar kamu??" ucap Riki dan mendekati Hana."Stop mas, jangan terlalu dekat!!" Pinta Hana pada Riki.Riki langsung menghentikan langkah kakinya dan membulatkan matanya karena bingung."Ada apa ini, Hana? kenapa ak