"Tidak ada," sahut Fey begitu santainya, sambil menyimpan ponsel itu dalam tas ranselnya."Mana mungkin tidak ada apa-apa. Buktinya Nenek langsung mematikan panggilan saat aku datang," tuding Janus yang makin tidak percaya."Kalau kau tanya itu padaku, kau salah alamat. Kau telpon saja Nenek. Tanya langsung!" elak Fey dengan santai namun ketus. Sikapnya ini membuat janus makin hilang kesabarannya."Fey, kamu maunya apa, sih?" suara Janus meninggi. "Kau minta aku percaya padamu tapi akhir-akhir ini apa yang kau buat, coba?”“Kau makin tidak masuk akal," imbuhnya.Fey menatap laki-laki yang dicintainya itu dengan mata yang mulai berkaca-kaca."Apa yang kau maksud tidak masuk akal itu Hawke? Kau sudah melihatnya di rumah sakit dan ternyata dia masih terkapar di sana. Aku yang bohong, kan?" tuding Fey. “Atau kau mengira kalau aku mengadu pada Nenek dan keluargamu tentang kejadian semalam?” ujarnya makin emosi. Bibirnya sampai bergetar Ketika mengucapkan kata-kata itu dengan sejelas-jel
"Pria yang tadi itu orangnya Hawke. Dia mau mencelakai aku," Fey langsung menjelaskan sebelum Prof. Gio menodongnya lebih lanjut."Hawke? Siapa dia?" Prof bertanya dengan heran. "Apa kau merebut pacarnya?""Cinta segitiga begitu?""Hawke itu teman SMA aku. Dia gadis yang dicintai Janus. Setelah tiga tahun menghilang, dia datang lagi dan mengejar Janus.""Gadis itu mengejar Janus, lalu kenapa dia mau mencelakai kamu?"“Em….,” Fey menatap Prof Gio sesaat. Setelah menarik nafas dalam-dalam, dia memberanikan diri untuk berterus terang."Sebenarnya aku sudah menikah dengan Janus tiga tahun yang lalu. Saat dia merasa begitu putus asa ditinggal oleh Hawke. Pernikahan kami hanya untuk sementara saja, kami sudah sepakat setelah tiga tahun, akan bercerai,"Prof. Gio tidak kaget dengan pengakuan Fey karena sejak awal dia sudah curiga dengan keduanya. Dia tidak percaya kalau antara Fey dan Janus tidak ada apa-apanya karena mereka tidak punya hubungan sedarah.Melihat ekpresi Prof. Gio yang data
"Kau ingin jadi jandaku?" Janus mendorong Fey ke tempat tidur. Karena dia masih terkaget-kaget dengan sikap kasar Janus, Fey tidak bisa menahan diri, dia langsung terkapar di tempat tidur."Kau bilang aku tertular oleh penyakit yang aku dapat dari Hawke?" Tanpa memperdulikan Fey yang ketakutan, dia terus bertanya sambil menekan tubuh yang tidak berdaya itu di atas tempat tidur."Apa yang kau sembunyikan dariku? Jelaskan!" Janus membentaknya dengan suara yang keras.Fey sadar kalau dia tidak bisa mengendalikan dirinya hingga terucap kata-kata itu. Sejak dia mengetahui rahasia Hawke, dia sudah tahu kalau Janus tidak akan mempercayai hal ini karena dalam otaknya saat ini. Fey cemburu pada Hawke dan dia selalu mencari alasan agar Janus menjauhi saingannya itu."Aku tidak akan menjelaskan apapun karena apa yang aku katakan, kau pasti tidak mempercayainya, jika kau ingin tahu sesuatu tentang Hawke, tanya ke dokter Sky atau kau bisa melihat bagaimana alat kelamin gadis yang kau puji-puji it
"Fey?" Janus sempat terkaget namun dia buru-buru menutupi kegugupannya."Aku hanya mau mengambil beberapa barang yang aku butuhkan buat ke kampus besok, mana sempat aku mengajak dia. Kami tidak bertemu seharian ini,"Tentu saya alasan itu bertentangan dengan hati nuraninya. Padahal Janus makin khawatir, Fey tidak pulang ke rumah nenek."Ke mana perginya dia?"Untuk menghindari pertanyaan dari nenek, Janus segera masuk ke kamarnya, tidak berapa lama, dia sudah turun lagi dan menenteng tas ranselnya."Nek, aku pamit. Aku janji akan pulang bersama Fey Minggu ini," dia bersalaman dengan Nenek sebelum meninggal orang tua itu dalam kebingungannya. *****Paginya, Jasper menelpon Fey. Sambil menunggu sarapan, dia ingin menanyakan sesuatu pada Fey sebelum gadis itu sibuk dengan aktifitasnya."Kok gak diangkat. Apa dia.....,""Mungkin lagi mandi," Lo menyahuti suaminya."Tapi sudah tujuh kali, loh. Tidak mungkin dia mand
Apa yang dikatakan Fey pada Caelum cukup membekas dalam ingatan Janus. Saat itu juga, dia pergi ke klinik dimana dokter Sky menjalankan praktek, seorang diri saja.Beberapa menit kemudian "Hey ...ada angin apa kau ke sini?" dokter muda itu terkaget begitu melihat Janus muncul di ruangannya."Kenapa tidak telpon? Apa ada sesuatu yang penting membuat bos material sampai datang ke sini?" tanyanya lagi sambil mempersilahkan Janus duduk.Dia tidak mendaftar sebagai pasien. Dokter yang berumur sekitar 30 tahun itu hanya diberi tahu asistennya kalau ada Janus sedang menunggunya."Aku tidak mengganggu, kan? Aku lihat sudah tidak ada pasien, makanya aku berani masuk?""Tidak. Aku senang kau datang ke tempatku. Ada apa? Apa ini tentang Fey?""Salah satunya,""Oh ....ada apa? Katakan saja, kenapa harus sungkan. Anggap saja kau pasien terakhirku hari ini, kau bebas konsultasi apapun tanpa harus membayar. Aku gratiskan karena teman," seloroh wanita itu sambil tertawa renyah."Pertama aku ingin t
Pembuktian Janus ke sel tahanan berakhir dengan kekecewaan. Setelah mengatakan kalau dirinya adalah keluarga Hawke dan datang ke sini dengan maksud menjenguk, akhirnya dia mendapatkan keterangan yang sangat melukai hatinya.Hawke memang tahanan di sini dan baru bebas seminggu yang lalu. Tepat ketika Hawke menelponnya dan minta jemput ke bandara.“Bos, kau baik-baik saja?” tanya Caelum khawatir ketika keduanya melangkah, meninggalkan ruang sipir tahanan.Janus tidak menjawab. Dia terus berjalan dengan cepat menuju ke tempat, di mana mobil mereka diparkir.Caelum tidak berani bertanya lebih banyak, dia hanya mengikuti langkah Janus. Begitu sampai dan karena dia yang memegang kunci mobil, tanpa diminta, dia langsung mengemudikan mobil itu.“Kita langsung ke kantor?” tanyanya memberanikan diri karena Janus masih menutup rapat mulutnya.“Ya,”“Baik. Kebetulan Pak Jasfer baru saja WA, kita harus di tempat satu jam lagi,”“Kau saja yang ke kantor. Aku harus mencari Fey,” Janus berkata deng
“Janus!” Hawke terkaget hingga matanya membulat sempurna. “Siapa yang pura-pura lumpuh?” katanya lagi. Masih dengan wajah yang pura-pura polos.Janus tidak mau berdebat, dia langsung mendekati Hawke dan tanpa di duga, dia langsung menarik lengan gadis itu dengan kencang.Hawhe kaget, dia tidak menyangka kalau Janus akan berbuat sekasar padaya. Tapi karena dia tidak siap dengan tindakan yang tidak terduga itu, dia melompat. Dia tidak mau membiarkan tubuhnya terjatuh begitu saja di lantai.“Ini yang aku bilang. Kau sebenarnya tidak lumpuh, kan? Makanya kau tidak mau di rumah sakit. Culas,” ejek Janus.“Iya, aku memang bisa berdiri tapi baru hari ini. Itu setelah aku terapi sama si jari petir. Aku bisa jalan sedikit-demi sedikit,” jelas Hawke. Dia sedikit meringis dan kembali mendekati tempat tidurnya. Di duduk di sisi tempat tidur dengan tertatih dan melihat Janus yang menatapnya dengan kesal.“Siapa yang membuat kau marah seperti ini? Apa Fey membuat kebohongan lagi karena cemburu?”“U
“Tidak begitu!”“Lalu apa?” Janus terus mendesaknnya. “Apa karena cinta kau ingin menularkan penyakitmu itu ke aku?”“Sakit?”Hawke pura-pura kaget. Wajahnya yang pucat pasi itu sebenarnya takut karena mencium kalau Janus sudah mengetahui rahasianya paling vital.“Apa cidera tulang bisa menular? Kau jangan membaut aku tertawa, Janus?”“Aku bilang, berhenti berpura-pura. Kau sudah tahu apa yang aku maksud,”Hawke makin yakin kalau Janus tahu tentang penyakit kelaminya, tapi dia tetap menolak kebenaran. Dia tidak mau mengakuinya, siapa tahu kalau kalau Janus hanya memancingnya saja.“Tidak, aku sudah mengatakan semuanya. Sekarang tidak ada yang aku sembunyikan lagi darimu. Aku melakukan ini semua karena aku ingin memperjuangkan cinta kita. Aku tahu, kau juga tidak sesempurna yang aku sangka. Aku sudah tahu sejak lama, sejak kita sekolah dulu malahan, tapi karena aku tidak bisa menghindari perasaan yang tumbuh dalam hatiku, aku pura-pura tidak mengetahui apapun tentangmu. Aku pura-pur
Fey tidak ingin membahas kehamilannya sekarang. Dia belum siap dengan tanggapan Janus dan dia juga belum tahu apa yang akan terjadi kedepannya karena ada perasaan yang mengganjal dihatinya tapi dia sendiri tidak bisa menerka.“Tidak usah. Aku cukup nyaman kok mengenakannya.Tidak usah dilonggarkan lagi,”“Oke,"Nahlah langsung mengangguk. Janus pun merasa lega. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan mengambil foto mereka di cermin. Fey kaget, ini untuk pertama kalinya Janus melakukan selfi dengannya. Janus memperlihatkan hasilnya pada Fey, "Serasi, kan?”Dalam foto itu, Fey meletakkan tangannya di punggung karena dia ingin membuka gaunnya sedangkan Janus tersenyum melihat ke arah kamera. Fey hanya tersenyum. Pada saat itu mereka punya pikiran sendiri-sendiri tentang itu.*****Setelah mencoba gaun pengantin, Janus mengantar Fey kembali ke rumah. Fey tidak ada kegiatan apapun selain melakukan revisi skripsi Janus yang sudah dia selesaikan semalam.Perbaikannya sudah dia kirim dan men
Keduanya segera membantu Fey mengenakan gaun. Janus tersenyum dan menundukkan kepalanya. Dia mencium punggung Fey dengan penuh cinta. “Jangan kau pikirkan apa yang dikatakan Terra. Yang paling penting saat ini, aku sedang mencoba gaun pengantin bersama orang yang paling aku cintai,”Fey tersenyum. Meskipun dia tahu kalau Janus hanya menghiburnya, dia merasa bahagia. Setidaknya Janus menunjukkan pada kedua staf itu kalau tidak ada yang salah dengan apa yang mereka lakukan saat ini.Fey sudah melepas bluesnya, ketika dia minta staf yang memegang gaun pengantin untuk membantunya, Janus menghentikannya. Tubuhnya yang tinggi dia gunakan untuk mengurung Fey hingga tak tersentuh oleh siapapun. “Aku sudah bilang kalau aku yang akan membantu kau mencoba gaun ini, kau tidak membutuhkan orang lain,”Janus sangat tidak berdaya melihat punggung Fey yang terbuka. Dari pantulan kaca, dia juga melihat dada Fey yang membusung. Dia sering melihat pemandangan seperti ini, bahkan dia juga kerap melihat F
Gaun pengantin itu sangat cantik, model terbaru yang baru saja dikerjakan oleh perancang terkenal di negeri ini. Ini serasa mimpi, Fey hanya bisa memandanginya, seakan itu adalah barang berharga yang takut untuk di sentuhnya.Gaun itu berlengan pendek yang mengikuti bordir bunga pada ujungnya hingga membentuk lengan yang cantik pada manakin itu. Leher yang berbentuk V dikelilingi berlian yang berkilau, “Cantik sekali,” Fey tidak tahan untuk tidak memujinya.Pada bagian pinggangnya dirancang sangat ketat dan pasti akan menampilkan sosok yang bagus bagi siapapun yang memakainya. Rok panjang yang menjuntai hingga ke lantai dibuat mengembang seperti payung.Saat dikenakan, pasti akan bergoyang-goyang karena bahannya yang halus dan lembut.Bagian ujung gaun itu tertutup payet dan memantulkan kemilau yang indah di bawah cahaya ruang yang sangat terang pada saat itu. “Ini pasti sangat mahal,” Fey menafsir harganya ketika seorang staf datang mengagetkannya.“Gaun ini dipesan oleh Pak Janus d
“Nenek ada apa?” tanyanya begitu mengangkat panggilan. Suara Janus terdengar sedikit tidak ramah.“Ada apa?” balas Nenek dengan suara yang terheran-heran. “Janus… Bisa-bisanya kau bilang begitu pada Nenekmu?” sergahnya. Suaranya dipenuhi amarah. Bagaimana tidak, ini sudah malam. Dia dan anak mantunya sudah berkumpul di rumah, berharap Janus datang untuk menjelaskan ini semua tapi pikirannya itu salah.Tanpa merasa bersalah sedikit pun, Janus malah tidak pulang. Tidak memberi kabar apapun tentang rencana besarnya itu. Siapa yang tidak emosi kalau punya cucu yang kelewatan begini.“Apa kau merasa terganggu kalau nenek menelponmu? Apa kau sangat sibuk hingga….,”“Iya, Nek. Ada apa? Apa nenek tidak salah bertanya begitu? Bukan sekarang saja Nenek menelpon aku dan tidak pernah mau tahu aku sedang apa, kan?”“Apa kau masih menganggap wanita tua ini sebagai nenekmu?”“Heh…ada apa lagi ini?” Janus sudah bisa menebak apa yang ingin ditanyakan Neneknya makanya tiba-tiba menelpon, marah-marah
Suaranya terdengar sangat menyenangkan, seperti seorang bapak yang tengah membujuk anaknya untuk makan. Magnetis dan dalam. Membuat Fey terhipnotis.Tanpa diminta lagi, Fey membuka mulutnya, Janus menyuapkan makanan itu dengan sangat hati-hati. Perasaan yang tidak bisa Fey gambarkan segera merayap dalam pikirannya. Andai Janus semanis ini memperlakukannya, dia pasti akan mencintai pria ini lebih dalam lagi. "Tapi apakah dia melakukan ini hanya karena aku sedang kesal dengannya. Apa karena dia ingin menebus rasa bersalahnya?” tanya Fey pada dirinya sendiri.Apapun yang Janus pikirkan sampai dia mau melakukan ini, Fey ingin menutup mata dan telinganya. Dia ingin menikmati perhatian Janus yang mungkin akan dia lakukan sekali ini saja. Dia ingin bahagia, ingin merasakan bagaimana rasanya dicintai. Menikmati bagaimana rasanya dimanjakan oleh orang yang dicintai walaupun dia tidak yakin kalau Janus melakukannya dengan hati.Saat dia memikirkan itu, tanpa terasa air mata jatuh dari sudut
Karena Janus sudah berjanji tidak akan menyentuhnya, dia cukup tahu apa maksud dari ucapan Fey itu. Dia menahan langkahnya, sampai Fey benar-benar masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya, barulah Janus berbalik. Dia tidak meninggalkan kamar itu tapi memilih duduk di sisi tempat tidur dan mengeluarkan ponselnya. Janus memesan makan malam untuk mereka berdua.Dia hanya tersenyum getir ketika mendengar suara gemercik air. Dia tahu kalau Fey sudah membohonginya. Dia sebenarnya tidak ingin buang air besar tapi mandi.Ya, wajar dia melakukan itu. Selama mereka menikah, Janus tidak pernah sepeduli ini padanya. Dia datang ke kamar ini ketika dia membutuhkan tubuhnya, dia akan pergi setelah mendapatkan apa yang dia inginkan.Dia tidak pernah bertanya, apakah Fey capek atau tidak karena banyak tugas-tugas dari dosen yang harus diselesaikan, bukan hanya tugasnya sendiri tapi harus menyelesaikan semua tugasnya.“Apa pernah dia memperhatikan apa yang Fey lakukan setelah mereka bercinta. Berdiam
Lo juga ikut menyahuti, “Fey, aku yakin Janus membuat rencana ini tanpa persetujuan kamu, kan? Anak itu memang keterlaluan. Dia tetap saja memaksakan kehendaknya. Untuk masalah sebesar ini, bahkan dia tidak meminta pendapat kami. Kita ini keluarga. Janus memang salah, tapi benar kata Nenek. Jika kau merasa keberatan, kau tidak harus mengikuti maunya. Ini tentang masa depanmu, sayang,""Aku tidak pernah merasa terpaksa atas semua ini. Tiga tahun kami bersama, aku melakukan ini karena aku memang menyukai Janus. Maafkan aku,""Oh....," Keduanya terkaget."Ya....kalau kalian menang saling suka. Tidak ada masalah. Nenek akan panggil anak itu. Dia harus tahu bagaimana menghargai orang yang begitu tulus seperti kamu,"Nenek berkata begitu karena dia tahu, Janus memikirkan wanita lain saat dia terikat sebuah hubungan yang sakral dengan Fey.Dia bisa merasakan bagaimana tersiksanya gadis ini jika perasaannya itu memang benar. Mencintai seseorang yang sebenarnya tidak bisa menghargai perasaann
Fey duduk di samping neneknya. Karena dia punya pikiran kalau Nenek datang untuk membahas hal yang paling menakutkan baginya, dia hanya tertunduk.Fey tidak berani menatap Nenek yang mengelus punggungnya dengan penuh kasih sayang.“Kau sudah membuat kami khawatir karena tidak satu pun dari kami yang bisa menghubungi kamu. Begitu mendengar Hawke sampai melakukan itu padamu, ini yang tidak termaafkan. Berani-beraninya dia mengganggu cucu kesayangan nenek,”“Nek, jangan khawatirkan aku. Aku tidak apa-apa. Aku hanya ingin istirahat saja, sebentar juga akan pulih dan aku bisa kembali ke kampus,”Bagaimana bisa pulih dengan mudah? Nenek mengela nafas panjang. Tapi apa yang dia lakukan padamu, tidak akan termaafkan oleh siapapun,” “Ini semua salah Janus. Jika dia mendengar kami, semua ini tidak akan terjadi,”Fey hanya terdiam.“Kalian berteman sejak SMA, dia cukup dekat denganmu juga Janus,” ucap Nenek. Entah apa maksudnya dia membuka ingatan Fey tentang masa tiga tahun yang lalu. “Entah ap
Pada waktu itu, di matanya, Hawke adalah sosok gadis yang sangat mahal. Citranya sebagai gadis yang sempurna meninggalkan kesan mendalam pada diri Janus.Tanpa sadar, pikirannya terus dipenuhi oleh segala hal tentang gadis itu. Dia tidak pernah melihat hal yang mengecewakan darinya.Kebetulan selama kurun waktu itu juga, Janus juga tidak memikirkan wanita mana pun selain Hawke. Tak peduli bagaimana cewek-cewek di seolah itu juga mengincarnya, selama Hawke ada di sisinya, dia tidak membutuhkan siapa pun. Dia selalu bersama gadis itu, seberapa dalam hubungan mereka, Janus juga tidak tahu. Dia pikir, itu adalah hubungan yang luar biasa hanya bisa membicarakan banyak hal, jajan di kanti bareng, mengerjakan tugas bareng walaupun sebenarnya Fey yang mengerjakan tugas mereka dan mereka hanya ngobrol.Kesempatan itu hanya di dapat oleh Janus. Dia benar-benar menjadi cowok yang paling beruntung di sekolah itu. Tiga tahun berlalu, Hawke menjadikan Janus satu-satunya teman laki-lakinya. Bahka