Caelum jadi tidak enak. Dari nada bicaranya, jelas kalau Fey merasa tidak nyaman karenanya. Dia jadi lebih canggung saat mengikuti Fey keluar dari bangsal klinik menuju ke parkiran. Apalagi beberapa saat kemudian Fey berbalik dan memelototinya. “Kau tidak usah mengikuti aku. Aku mau ke koperasi beli pembalut dan ke kamar mandi!”
Caelum tidak berani mengatakan apapun dan hanya bisa menjawab, "Ya."
"Kau bisa kembali ke kantor. Aku bisa pulang sendiri." Fey melirik pria yang masih berdiri di sampingnya.
"Baiklah!"
Begitu selesai bicara, dia langsung pergi ke warung serba ada yang ada di area klinik. Namun ketika ingin membayar barang belanjaannya, Fey baru menyadari bahwa dia meninggalkan tas jinjingnya. Barang itu dia letakkan di sisi tempat tidur ketika dia ingin diperiksa.
Tidak ada pilihan, dia harus kembali untuk mengambil tas miliknya. Tapi baru beberapa langkah, dia langsung menahan langkahnya.
"Hawke?" Fey terkejut melihat gadis yang berjalan tergopoh-gopoh dari parkiran, menuju klinik.
Tubuhnya menegang dan dia berdiri terpaku di tempatnya. Karena Fey tidak mau Hawke melihatnya, dia langsung menyembunyikan dirinya dengan menghadap ke tembok dan menundukkan kepalanya. Dia harus pura-pura terisak, pura-pura menjadi orang yang sedang mengalami kesedihan yang amat sangat agar teman sekolahnya itu tidak mengetahui keberadaannya.
"Kenapa dia datang ke sini?" tanya Fey dalam hati.
Semalam, Janus bilang akan menjemput gadis ini di bandara. Sekarang, bagaimana bisa dia datang ke tempat ini dengan penampilan yang begitu rupa.
Ya....
Fey hampir tidak mengenali wanita yang sangat dicintai oleh suaminya itu.
Hawke yang barusan saja dilihatnya itu, sangat jauh berbeda dengan Hawke yang dulu. Hawke yang menjadi primadona sekolah karena kecantikan dan penampilan gadis ini yang selalu modis dan memukau. Tidak heran jika kaum pria dari kelas 10 hingga kelas 12 tergila-gila padanya. Tak terkecuali Janus.
Mungkin karena Janus berasal dari keluarga kaya raya, Hawke membalas perhatian Janus dan mereka didaulat menjadi pasangan paling keren dan paling serasi pada masanya.
"Dia juga ke dokter Sky? Ada apa?"
Fey terus megikuti langkah Hawke dengan gerakan matanya, sementara tubuhnya masih dalam posisi merapat di tembok.
Setelah Hawke masuk ruangan, dia melihat sekeliling. Bergeser dengan kewaspadaan menuju parkiran. Dia pikir, Hawke datang bersama Janus. Tapi sayang, matanya melihat satu persatu barisan mobil yang parkir di sana dan dia tidak menemukan pria itu di sini. Jangankan orangnya, mobilnya juga tidak ada.
Fey juga sudah tidak melihat mobil Caelum. Sudah pasti kalau asisten suaminya itu juga sudah meninggalkan tempat ini.
Fey tidak bisa menahan rasa penasarannya. Dia mencari cara bagaimana bisa mengetahui apa yang dilakukan oleh Hawke di tempat ini tanpa harus diketahui olehnya. Setelah beberapa saat mempelajari situasi, dia langsung melihat kalau ruang praktek dokter Sky ada di samping taman.
Alih-alih sedang menunggu giliran, dia langsung duduk di teras, di dekat jendela yang terbuka lebar dan memasang telinganya baik-baik.
"Kenapa tidak segera di periksakan kalau sudah merasa tidak nyaman?" terdengar suara dokter Sky yang terdengar cukup jelas oleh Fey.
"Sudah ditangani oleh dokter hanya saja saya cuma di kasih obat yang diminum dan juga salep. Tapi sepertinya tidak bisa mengatasi karena semakin ke sini, kok makin gatel, Dok,"
"Iya, luka cukup serius. Kulitnya sudah menebal jadi wajar kalau gatel,"
"Apa saya kena PMS, Dok?"
"Kita lakukan pemeriksaan mikroskopis dulu, ya,"
"Hah!"
Fey tercengang. Untung dia buru-buru menutup mulutnya jadi tidak menimbulkan suara apapun.
Yang membuat Fey tak kalah kaget, dia mendengar suara Hawke yang begitu familiar menceritakan nasibnya dengan sang dokter.
Fey tercengang-cengang mendengarnya. Hawke bilang kalau selama dalam tahanan, dia mendapatkan perilaku yang tidak baik dari napi. Dia terpaksa melakukan itu karena tidak mau tinggal di dalam sel yang sempit dengan banyak penghuni.
Demi hidup yang sedikit lebih enak, dia harus menjadi budak nafsu dan melayani siapapun yang ingin melepaskan hasratnya dengan upah yang cukup membuatnya bisa makan enak dan tidur di kasur yang empuk.
"Ya, saya bisa faham bagaimana kerasnya di dalam sana. Tapi kenapa tidak pakai pengaman?"
"Pakai, Dok. Sarung pengaman, cincin vagina dan pil anti hamil sudah jadi kebutuhan pokok saya. Kalau tidak hamil berapa kali saya,"
Dokter muda itu tersenyum hambar. "Bisa jadi inveksi karena ganti-ganti pasangan dan kebersihannya juga tidak terjamin,"
“Awalnya gatel-gatel, Dok. Makin lama makin ga ketulungan, saya ga bisa tahan untuk tidak menggaruknya. Akhirnya luka. Awalnya kecil tapi kok lama-lama menyebar. Hah…..sial banget nasib say aini,”
Terdengar suara helaan nafas panjang Hawke sebelum akhirnya dia memohon pada sang dokter.
"Apa bisa sembuh dan bisa kembali seperti perawan, Dok? Setelah bebas, saya harus melanjutkan hidup. Saya mau menikah dengan pria yang sangat mencintai saya. Saya tidak mau dia kecewa karena keadaaan saya yang begini ini,"
"Saya tidak bisa janji, tapi akan saya usahakan,"
"Ya, saya percaya dengan kemampuan dokter. Sebelum ke sini, saya browsing dan membaca testimoni. Banyak yang puas dengan pelayanan klinik ini,"
Fey masih ingin mendengar lebih banyak lagi tapi dia melihat petugas kebersihan datang ke arahnya.
Sebelum pria itu curiga, Fey lebih dulu menjelaskan.
"Saya pasien dokter, Sky. Di dalam masi ada pasien, jadi saya nunggu di sini. Tidak apa kan, Pak?"
"Iya, Mbak. Tapi biar lebih nyaman, tunggu di depan ruangannya saja. Saya mau nyiram kembang,"
Akhirnya, dengan terpaksa, Fey beranjak dari tempat duduknya dan kembali ke kantin.
Melihat ibu kantin yang melihat dia datang lagi tapi belum mengambil belanjaannya, Fey menjelaskan "Saya belum mengambil tas, masih ada pasien yang konsultasi. Tidak enak jika saya memaksa masuk,"
Untungnya lagi buat Fey. Saat dia bilang begitu, ada perawat yang lewat. Dia menawarkan diri untuk membantunya mengambil tas Fey di ruang dokter Sky.
Fey tidak menolak. Dengan begitu, dia tidak ketahuan oleh Hawke tapi bisa tahu, apa yang terjadi dengan wanita itu selama tiga tahun menghilang tanpa kabar.
"Dia di penjara?"
"Kasus apa?"
"Trus ...apa Janus tahu tentang ini?"
Fey terus berpikir.
"Tapi.....aku rasa Janus tidak tahu menahu soal Hawke yang ditahan. Semalam dia begitu bahagia ketika menerima telpon wanita itu,"
Melihat bagaimana ekpresi Janus tadi malam, mustahil sekali kalau dia tahu hal yang sebenarnya dan dia bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.
Janus pria yang perfeksionis. Dia selalu menginginkan hal yang sempurna. Sesuatu yang menjadi incaran bayak orang, sudah pasti akan menjadi targetnya di masa depan.
"Jadi kalau Hawke mantan napi dan di dalam sana di menjadi penghangat banyak pria,apa mungkin Janus masih mau bersama Hawke?"
"Tidak ....ini tidak boleh dibiarkan. Aku harus menyelamatkan Janus. Kalau sampai Hawke benar-benar kena PMS dan menulari Janus, bagaimana dengan keluarga J? Mereka akan kehilangan satu-satunya generasi yang punya hubungan darah.
Fey masih kecewa dengan sikap Janus yang menarik senjata pusakanya dari dirinya hanya karena telpon dari Hawke. Ini sangat jelas kalau keberadaan Fey, kehangatan yang dia berikan untuk laki-laki ini selama hampir tiga tahun ini tidak membekas sama sekali.
Jangankan berharap pria itu bisa mencintainya,dia tidak ingin cerai saja, Janus tidak mengabulkannya.
Tapi pada dasarnya Fey adalah gadis yang baik dan apa adanya.
Batinnya berontak jika dia harus menyembunyikan apa yang dia dengar dari balik tembok tadi
“Bagaimana operasinya?" Janus menghentikan langkah Caelum yang buru-buru ke ruangannya.Caelum langsung memberikan selembar surat yang berisi resep vitamin. "Katanya, dia lagi datang bulan. Jadi minta dijadwalkan ulang sama dokter Sky ""Datang bulan?" Mendengar jawaban asistennya itu, Janus tersenyum manis.Dia sedikit lega. Ternyata apa yang dikatakan Fey tadi malam itu memang guyonannya belaka, adalah suatu candaan dia untuk menahan Janus agar tetap bersamanya. Dia tidak menyangka kenapa Fey begitu naif. Sikap Janus selama ini seharusnya bisa membuat sadar kalau mereka bersama karena satu kebutuhan.Untuk memenuhi kebutuhan mereka yang sudah sama-sama dewasa. Tidak lebih dari itu. Meskipun Fey menjadi istrinya, namun wanita yang menjadi tujuan hidupnya hanya Hawke seorang. Jadi tidak terbayangkan oleh Janus jika Fey benar-benar hamil dan mereka memiliki anak. Bagaimana mereka menjelaskan pada Hawke? Juga pada keluarga?Selama ini, yang diketahui oleh keluarga Janus, merek
“Uke,”Janus langsung berdiri dari tempat duduknya manakala pintu ruang kerjanya terbuka dan melihat gadis yang sedang ditunggunya itu berdiri di depan pintu, tengah menatapnya dengan haru.“Kau… kemana saja, Kau? Kau minta aku menjempumu ke bandara tapi, apa?” serunya lagi dengan ekpresinya yang bingung. Bagaimana tidak, Janus melihat Hawke masuk ke ruangannya, tepat saat dia minta bantuan asistennya untuk mencari keberadaannya.“Aku nungguin kamu udah kayak orang bego ajah. Kau matikan telpon, kau juga tidak membuka pesan yang aku kirim. Apa-apaan sih?” ocehnya lagi. Dia bukan meluapkan kerinduannya yang tersimpan selama tiga tahun ini tapi malah mengungkapkan kekhawatirannya pada Hawke sampai-sampai dia lupa bagaimana harus bersikap layaknya pasangan yang sudah lama tidak bertemu.Hawke menghampiri meja Janus dan berdiri di depan pria yang dia tahu sangat tergila-gila padanya sejak mereka masih di SMA itu. “Nomel aja. Emangnya ga kangen?” katanya sambil menggeser tubuhnya lebih d
“Fey!” Hawke tanpa ragu langsung memeluknya begitu teman sekolahnya itu masuk ke ruangan Janus.“Apa kabar, aku kira setelah sekian lama tidak bertemu, kau banyak perubahan. Ternyata aku salah, kau masih cantik dan …,” dia langsung melepas pelukannya dan menilai Fey yang masih kebingungan karena ekpresi Hawke yang terlalu berlebihan itu.“Kau masih ….,”“Masih apa?” tanya Fey tidak ramah karena dia kesal, menurutnya Hawke sengaja mengantung kata-katanya agar Janus dan asistennya itu bisa menilai sendiri. Bagimana penampilan Fey yang sangat sederhana itu.“Masih membuat aku kagum. Penampilanmu tidak banyak berubah, kau masih seperti anak SMA,” katanya.Dari nada ucapannya itu, siapapun akan tahu kalau Hawke sebenarnya ingin mengatakan kalau Fey itu kampungan, tidak modis dan tidak tahu bagaimana caranya berhias. Caelum tidak tahan melihat drama itu, setelah mengantar Fey ke ruangan bos-nya, dia tidak mau berlama-lama. Sebelum diminta, dia sudah pamit duluan.“Ya, dari dulu aku memang b
Fey tiba di rumah nenek sebelum matahari tenggelam. Nenek sangat baik padanya, meskipun dia bukan cucu kandung. Jenny sangat menyayangi Fey karena anak ini sumber kebahagiaan anak bungsunya, Jawelia. Dia sadar, Karena Jawelia tidak bisa hamil, Fey datang menyelamatkan pernikahan anak perempuannya itu.Ibu asuhnya Fey sudah sakit-sakitan sejak belum menikah. Awalnya dokter bilang kena miom, tapi ketika Fey berumur tujuh tahun, dia divonis kena kanker rahim, yang menyebabkan dia tidak berumur yang panjang. Satu tahun berikutnya, suaminya menyusul karena dia mengalami depresi ditinggal oleh orang yang begitu dicintai.Sejak ayah dan ibunya meninggal, Fey tinggal di rumah nenek bersama Janus. Orang tua Janus yang menjadi pengganti mama dan papanya.Kasih sayang Jenny dan pamannya tidak diragukan lagi. Bahkan kalau Fey berselisih dengan Janus, tanpa melihat apa permasalahannya, mereka akan membela Fey.Mungkin karena usianya yang sudah kepala delapan, nenek sering banyak keluha
Makan malam terpaksa ditunda satu jam karena Nenek ingin menunggu Janus untuk makan bersama. Makanya, ketika anak itu datang, dia kembali memanggil Fey yang sudah kembali ke kamarnya untuk turun dan kebetulan juga orang tua Janus sudah bergabung bersama mereka.“Kita sudah sepakat. Sesibuk apa kalian di luar sana, kalian harus menjadwalkan pulang di akhir bulan dan makan bersama keluarga. Kenapa semua jadi pura-pura lupa, sudah lama sekali rasanya tidak bisa kumpul seperti ini,” oceh Nenek sebelum anak dan cucunya mengambil makanan.Jenny perlu mengingatkan kembali karena memang sudah hampir satu tahun mereka melupakan janjinya. Kalau pun ada yang pulang, tidak bisa secara bersamaan begini. Anak dan menantunya ada, cucunya tidak. Selalu ada yang punya alasan tidak bisa pulang saat jatuhnya waktu untuk kumpul keluarga.“Ma, anak-anak sudah dewasa dan punya kesibukan sendiri. Walaupun ga lengkap seperti ini, kami semua tetap datang, kok,” Jasper langsung menyahuti.“Hanya satu kali da
Fey membiarkan tubuhnya yang indah terekspos begitu saja. Dia membaringkan tubuhnya dengan malas di ranjang mereka yang empuk. Mengembalikan nyawanya setelah permainan yang menguras seluruh tenaganya.Dia tidak mengenakan selembar pakaian pun. Tubuhnya yang bersih dengan lekuk yang sempurna tampak dipenuhi stempel cinta di mana-mana. Kulitnya yang putih bersih itu, juga masih terlihat agak licin, mengisyaratkan bagaimana gelora cinta kedua insan muda itu. Bagaimana panasnya api asmara yang baru saja selesai.Rambut panjangnya sedikit acak-acakan. Tergerai hampir menutupi bantal yang ada di bawah kepalanya. Gadis itu memancarkan kecantikan yang luar biasa. Makin mempesona dengan gayanya yang seperti itu. Di dekatnya, Janus duduk di ujung tempat tidur dengan sebatang rokok di antara jarinya yang panjang. Dia menatap Fey dengan mata yang masih membara.Sama seperti Fey, pria tampan nan rupawan itu tidak mengenakan apapun. Bahunya yang penuh dan dadanya yang berotot tegas
Tanpa diduga, wajah Janus langsung merah padam. "Apa katamu?" dia bertanya dengan ekpresi menakutkan. “Kau jangan menahan aku dengan jebakan seperti ini!” tandasnya. Suaranya mulai gemetar. “Hamil apaan?”“Kau tidak mungkin hamil, kau selalu minum obat itu, kan?”Reaksi ini tak diduga oleh Fey sebelumnya. Jantung Fey langsung berdebar kencang karena kaget dan bercampur takut, tapi karena sudah terlanjur bicara dia memberanikan diri untuk mengulangi kata-katanya "Iya….Aku hamil."Tanpa berpikir, Janus langsung membalas “Gugurkan!”“Gugurkan janin itu!”serunya dengan suara yang keras. “Bukankah kita sudah sepakat, pernikahan ini hanya sementara dan tidak ada anak yang lahir.”Fey sudah menduga kalau dia akan mendengar kata-kata yang tidak mengenakkan telinganya itu. Apa yang dikatakan Janus memang benar, hubungan mereka hanya sementara saja. Sikapnya itu juga sudah diperjelas dengan obat anti hamil yang selalu dia siapkan Janus untuknya.Fey terdiam beberapa saat untuk menenangkan h
"Hei....apakah kau ingin menahanku di sini?"Janus sengaja menahan diri meskipun dia masih ingin melakukannya lagi. Tapi dia sudah janji pada Hawke, dia akan menjemputnya di bandara malam ini.Jika melihat ekspresi Fey yang begitu memohon, dia tidak tega jika tidak membantu Fey melepas keinginannya.Fey tersipu, tapi dia hanya bisa mencondongkan tubuh ke depan. Menekan tubuhnya ke tubuh Janus lebih dalam. Dia ingin melahap senjata pusaka Janus yang besar itu dalam-dalam. Dia berkata dengan genit, “Kau yang membuat aku seperti ini.""Aku?" Dia bertanya sambil mengerucutkan keningnya."Kau yang mau minta nambah, kenapa aku yang disalahkan?"Tangan Janus segera meraih pergelangan tangan Fey dan membuatnya menyentuh miliknya.Fey memegang tongkat pusaka yang sudah mengeras itu sambil menatap Janus dengan mata yang berkaca-kaca. Sentuhan jari-jarinya yang lembut rupanya juga memberikan kenikmatan bagi Janus."Kau tidak menyukainya?”"Aku harus pergi. Hawke sudah menunggu aku
Makan malam terpaksa ditunda satu jam karena Nenek ingin menunggu Janus untuk makan bersama. Makanya, ketika anak itu datang, dia kembali memanggil Fey yang sudah kembali ke kamarnya untuk turun dan kebetulan juga orang tua Janus sudah bergabung bersama mereka.“Kita sudah sepakat. Sesibuk apa kalian di luar sana, kalian harus menjadwalkan pulang di akhir bulan dan makan bersama keluarga. Kenapa semua jadi pura-pura lupa, sudah lama sekali rasanya tidak bisa kumpul seperti ini,” oceh Nenek sebelum anak dan cucunya mengambil makanan.Jenny perlu mengingatkan kembali karena memang sudah hampir satu tahun mereka melupakan janjinya. Kalau pun ada yang pulang, tidak bisa secara bersamaan begini. Anak dan menantunya ada, cucunya tidak. Selalu ada yang punya alasan tidak bisa pulang saat jatuhnya waktu untuk kumpul keluarga.“Ma, anak-anak sudah dewasa dan punya kesibukan sendiri. Walaupun ga lengkap seperti ini, kami semua tetap datang, kok,” Jasper langsung menyahuti.“Hanya satu kali da
Fey tiba di rumah nenek sebelum matahari tenggelam. Nenek sangat baik padanya, meskipun dia bukan cucu kandung. Jenny sangat menyayangi Fey karena anak ini sumber kebahagiaan anak bungsunya, Jawelia. Dia sadar, Karena Jawelia tidak bisa hamil, Fey datang menyelamatkan pernikahan anak perempuannya itu.Ibu asuhnya Fey sudah sakit-sakitan sejak belum menikah. Awalnya dokter bilang kena miom, tapi ketika Fey berumur tujuh tahun, dia divonis kena kanker rahim, yang menyebabkan dia tidak berumur yang panjang. Satu tahun berikutnya, suaminya menyusul karena dia mengalami depresi ditinggal oleh orang yang begitu dicintai.Sejak ayah dan ibunya meninggal, Fey tinggal di rumah nenek bersama Janus. Orang tua Janus yang menjadi pengganti mama dan papanya.Kasih sayang Jenny dan pamannya tidak diragukan lagi. Bahkan kalau Fey berselisih dengan Janus, tanpa melihat apa permasalahannya, mereka akan membela Fey.Mungkin karena usianya yang sudah kepala delapan, nenek sering banyak keluha
“Fey!” Hawke tanpa ragu langsung memeluknya begitu teman sekolahnya itu masuk ke ruangan Janus.“Apa kabar, aku kira setelah sekian lama tidak bertemu, kau banyak perubahan. Ternyata aku salah, kau masih cantik dan …,” dia langsung melepas pelukannya dan menilai Fey yang masih kebingungan karena ekpresi Hawke yang terlalu berlebihan itu.“Kau masih ….,”“Masih apa?” tanya Fey tidak ramah karena dia kesal, menurutnya Hawke sengaja mengantung kata-katanya agar Janus dan asistennya itu bisa menilai sendiri. Bagimana penampilan Fey yang sangat sederhana itu.“Masih membuat aku kagum. Penampilanmu tidak banyak berubah, kau masih seperti anak SMA,” katanya.Dari nada ucapannya itu, siapapun akan tahu kalau Hawke sebenarnya ingin mengatakan kalau Fey itu kampungan, tidak modis dan tidak tahu bagaimana caranya berhias. Caelum tidak tahan melihat drama itu, setelah mengantar Fey ke ruangan bos-nya, dia tidak mau berlama-lama. Sebelum diminta, dia sudah pamit duluan.“Ya, dari dulu aku memang b
“Uke,”Janus langsung berdiri dari tempat duduknya manakala pintu ruang kerjanya terbuka dan melihat gadis yang sedang ditunggunya itu berdiri di depan pintu, tengah menatapnya dengan haru.“Kau… kemana saja, Kau? Kau minta aku menjempumu ke bandara tapi, apa?” serunya lagi dengan ekpresinya yang bingung. Bagaimana tidak, Janus melihat Hawke masuk ke ruangannya, tepat saat dia minta bantuan asistennya untuk mencari keberadaannya.“Aku nungguin kamu udah kayak orang bego ajah. Kau matikan telpon, kau juga tidak membuka pesan yang aku kirim. Apa-apaan sih?” ocehnya lagi. Dia bukan meluapkan kerinduannya yang tersimpan selama tiga tahun ini tapi malah mengungkapkan kekhawatirannya pada Hawke sampai-sampai dia lupa bagaimana harus bersikap layaknya pasangan yang sudah lama tidak bertemu.Hawke menghampiri meja Janus dan berdiri di depan pria yang dia tahu sangat tergila-gila padanya sejak mereka masih di SMA itu. “Nomel aja. Emangnya ga kangen?” katanya sambil menggeser tubuhnya lebih d
“Bagaimana operasinya?" Janus menghentikan langkah Caelum yang buru-buru ke ruangannya.Caelum langsung memberikan selembar surat yang berisi resep vitamin. "Katanya, dia lagi datang bulan. Jadi minta dijadwalkan ulang sama dokter Sky ""Datang bulan?" Mendengar jawaban asistennya itu, Janus tersenyum manis.Dia sedikit lega. Ternyata apa yang dikatakan Fey tadi malam itu memang guyonannya belaka, adalah suatu candaan dia untuk menahan Janus agar tetap bersamanya. Dia tidak menyangka kenapa Fey begitu naif. Sikap Janus selama ini seharusnya bisa membuat sadar kalau mereka bersama karena satu kebutuhan.Untuk memenuhi kebutuhan mereka yang sudah sama-sama dewasa. Tidak lebih dari itu. Meskipun Fey menjadi istrinya, namun wanita yang menjadi tujuan hidupnya hanya Hawke seorang. Jadi tidak terbayangkan oleh Janus jika Fey benar-benar hamil dan mereka memiliki anak. Bagaimana mereka menjelaskan pada Hawke? Juga pada keluarga?Selama ini, yang diketahui oleh keluarga Janus, merek
Caelum jadi tidak enak. Dari nada bicaranya, jelas kalau Fey merasa tidak nyaman karenanya. Dia jadi lebih canggung saat mengikuti Fey keluar dari bangsal klinik menuju ke parkiran. Apalagi beberapa saat kemudian Fey berbalik dan memelototinya. “Kau tidak usah mengikuti aku. Aku mau ke koperasi beli pembalut dan ke kamar mandi!”Caelum tidak berani mengatakan apapun dan hanya bisa menjawab, "Ya.""Kau bisa kembali ke kantor. Aku bisa pulang sendiri." Fey melirik pria yang masih berdiri di sampingnya."Baiklah!"Begitu selesai bicara, dia langsung pergi ke warung serba ada yang ada di area klinik. Namun ketika ingin membayar barang belanjaannya, Fey baru menyadari bahwa dia meninggalkan tas jinjingnya. Barang itu dia letakkan di sisi tempat tidur ketika dia ingin diperiksa.Tidak ada pilihan, dia harus kembali untuk mengambil tas miliknya. Tapi baru beberapa langkah, dia langsung menahan langkahnya."Hawke?" Fey terkejut melihat gadis yang berjalan tergopoh-gopoh dari parkiran, menuj
Kini, Fey duduk sendirian di sisi tempat tidur. Dia melihat kamar dan hanya tinggal dirinya saja. Sambil mengelus tempat tidur, dia membatin, "Apakah segala bentuk permainan yang mereka nikmati selama dua tahun delapan bulan itu akan berakhir?"Dia tersenyum pahit. Ke depannya, mungkin kamar ini hanya akan dia tempati seorang diri saja. Tidak akan ada suara desahan yang memecah keheningan seperti saat Janus pulang untuk melampiaskan hasratnya. Mungkin setelah ini dia tidak akan datang lagi, jika dia butuh pelepasan, mungkin dia akan mencari kekasihnya.Sakit sekali ketika pikiran itu muncul di kepalanya tanpa dia minta.Ya.....siapa yang tidak sakit merasakan ini.Sebagai istri, meskipun hanya mereka berdua yang tahu tentang hubungan ini, Fey selalu menunjukkan sikap yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi urusan di tempat tidur, Fey sudah menjadi pelayan yang sempurna.Tidak peduli kapan Janus akan datang dan permintaannya yang kadang sangat keterlaluan, dia
"Hei....apakah kau ingin menahanku di sini?"Janus sengaja menahan diri meskipun dia masih ingin melakukannya lagi. Tapi dia sudah janji pada Hawke, dia akan menjemputnya di bandara malam ini.Jika melihat ekspresi Fey yang begitu memohon, dia tidak tega jika tidak membantu Fey melepas keinginannya.Fey tersipu, tapi dia hanya bisa mencondongkan tubuh ke depan. Menekan tubuhnya ke tubuh Janus lebih dalam. Dia ingin melahap senjata pusaka Janus yang besar itu dalam-dalam. Dia berkata dengan genit, “Kau yang membuat aku seperti ini.""Aku?" Dia bertanya sambil mengerucutkan keningnya."Kau yang mau minta nambah, kenapa aku yang disalahkan?"Tangan Janus segera meraih pergelangan tangan Fey dan membuatnya menyentuh miliknya.Fey memegang tongkat pusaka yang sudah mengeras itu sambil menatap Janus dengan mata yang berkaca-kaca. Sentuhan jari-jarinya yang lembut rupanya juga memberikan kenikmatan bagi Janus."Kau tidak menyukainya?”"Aku harus pergi. Hawke sudah menunggu aku
Tanpa diduga, wajah Janus langsung merah padam. "Apa katamu?" dia bertanya dengan ekpresi menakutkan. “Kau jangan menahan aku dengan jebakan seperti ini!” tandasnya. Suaranya mulai gemetar. “Hamil apaan?”“Kau tidak mungkin hamil, kau selalu minum obat itu, kan?”Reaksi ini tak diduga oleh Fey sebelumnya. Jantung Fey langsung berdebar kencang karena kaget dan bercampur takut, tapi karena sudah terlanjur bicara dia memberanikan diri untuk mengulangi kata-katanya "Iya….Aku hamil."Tanpa berpikir, Janus langsung membalas “Gugurkan!”“Gugurkan janin itu!”serunya dengan suara yang keras. “Bukankah kita sudah sepakat, pernikahan ini hanya sementara dan tidak ada anak yang lahir.”Fey sudah menduga kalau dia akan mendengar kata-kata yang tidak mengenakkan telinganya itu. Apa yang dikatakan Janus memang benar, hubungan mereka hanya sementara saja. Sikapnya itu juga sudah diperjelas dengan obat anti hamil yang selalu dia siapkan Janus untuknya.Fey terdiam beberapa saat untuk menenangkan h