Caelum jadi tidak enak. Dari nada bicaranya, jelas kalau Fey merasa tidak nyaman karenanya. Dia jadi lebih canggung saat mengikuti Fey keluar dari bangsal klinik menuju ke parkiran. Apalagi beberapa saat kemudian Fey berbalik dan memelototinya. “Kau tidak usah mengikuti aku. Aku mau ke koperasi beli pembalut dan ke kamar mandi!”
Caelum tidak berani mengatakan apapun dan hanya bisa menjawab, "Ya."
"Kau bisa kembali ke kantor. Aku bisa pulang sendiri." Fey melirik pria yang masih berdiri di sampingnya.
"Baiklah!"
Begitu selesai bicara, dia langsung pergi ke warung serba ada yang ada di area klinik. Namun ketika ingin membayar barang belanjaannya, Fey baru menyadari bahwa dia meninggalkan tas jinjingnya. Barang itu dia letakkan di sisi tempat tidur ketika dia ingin diperiksa.
Tidak ada pilihan, dia harus kembali untuk mengambil tas miliknya. Tapi baru beberapa langkah, dia langsung menahan langkahnya.
"Hawke?" Fey terkejut melihat gadis yang berjalan tergopoh-gopoh dari parkiran, menuju klinik.
Tubuhnya menegang dan dia berdiri terpaku di tempatnya. Karena Fey tidak mau Hawke melihatnya, dia langsung menyembunyikan dirinya dengan menghadap ke tembok dan menundukkan kepalanya. Dia harus pura-pura terisak, pura-pura menjadi orang yang sedang mengalami kesedihan yang amat sangat agar teman sekolahnya itu tidak mengetahui keberadaannya.
"Kenapa dia datang ke sini?" tanya Fey dalam hati.
Semalam, Janus bilang akan menjemput gadis ini di bandara. Sekarang, bagaimana bisa dia datang ke tempat ini dengan penampilan yang begitu rupa.
Ya....
Fey hampir tidak mengenali wanita yang sangat dicintai oleh suaminya itu.
Hawke yang barusan saja dilihatnya itu, sangat jauh berbeda dengan Hawke yang dulu. Hawke yang menjadi primadona sekolah karena kecantikan dan penampilan gadis ini yang selalu modis dan memukau. Tidak heran jika kaum pria dari kelas 10 hingga kelas 12 tergila-gila padanya. Tak terkecuali Janus.
Mungkin karena Janus berasal dari keluarga kaya raya, Hawke membalas perhatian Janus dan mereka didaulat menjadi pasangan paling keren dan paling serasi pada masanya.
"Dia juga ke dokter Sky? Ada apa?"
Fey terus megikuti langkah Hawke dengan gerakan matanya, sementara tubuhnya masih dalam posisi merapat di tembok.
Setelah Hawke masuk ruangan, dia melihat sekeliling. Bergeser dengan kewaspadaan menuju parkiran. Dia pikir, Hawke datang bersama Janus. Tapi sayang, matanya melihat satu persatu barisan mobil yang parkir di sana dan dia tidak menemukan pria itu di sini. Jangankan orangnya, mobilnya juga tidak ada.
Fey juga sudah tidak melihat mobil Caelum. Sudah pasti kalau asisten suaminya itu juga sudah meninggalkan tempat ini.
Fey tidak bisa menahan rasa penasarannya. Dia mencari cara bagaimana bisa mengetahui apa yang dilakukan oleh Hawke di tempat ini tanpa harus diketahui olehnya. Setelah beberapa saat mempelajari situasi, dia langsung melihat kalau ruang praktek dokter Sky ada di samping taman.
Alih-alih sedang menunggu giliran, dia langsung duduk di teras, di dekat jendela yang terbuka lebar dan memasang telinganya baik-baik.
"Kenapa tidak segera di periksakan kalau sudah merasa tidak nyaman?" terdengar suara dokter Sky yang terdengar cukup jelas oleh Fey.
"Sudah ditangani oleh dokter hanya saja saya cuma di kasih obat yang diminum dan juga salep. Tapi sepertinya tidak bisa mengatasi karena semakin ke sini, kok makin gatel, Dok,"
"Iya, luka cukup serius. Kulitnya sudah menebal jadi wajar kalau gatel,"
"Apa saya kena PMS, Dok?"
"Kita lakukan pemeriksaan mikroskopis dulu, ya,"
"Hah!"
Fey tercengang. Untung dia buru-buru menutup mulutnya jadi tidak menimbulkan suara apapun.
Yang membuat Fey tak kalah kaget, dia mendengar suara Hawke yang begitu familiar menceritakan nasibnya dengan sang dokter.
Fey tercengang-cengang mendengarnya. Hawke bilang kalau selama dalam tahanan, dia mendapatkan perilaku yang tidak baik dari napi. Dia terpaksa melakukan itu karena tidak mau tinggal di dalam sel yang sempit dengan banyak penghuni.
Demi hidup yang sedikit lebih enak, dia harus menjadi budak nafsu dan melayani siapapun yang ingin melepaskan hasratnya dengan upah yang cukup membuatnya bisa makan enak dan tidur di kasur yang empuk.
"Ya, saya bisa faham bagaimana kerasnya di dalam sana. Tapi kenapa tidak pakai pengaman?"
"Pakai, Dok. Sarung pengaman, cincin vagina dan pil anti hamil sudah jadi kebutuhan pokok saya. Kalau tidak hamil berapa kali saya,"
Dokter muda itu tersenyum hambar. "Bisa jadi inveksi karena ganti-ganti pasangan dan kebersihannya juga tidak terjamin,"
“Awalnya gatel-gatel, Dok. Makin lama makin ga ketulungan, saya ga bisa tahan untuk tidak menggaruknya. Akhirnya luka. Awalnya kecil tapi kok lama-lama menyebar. Hah…..sial banget nasib say aini,”
Terdengar suara helaan nafas panjang Hawke sebelum akhirnya dia memohon pada sang dokter.
"Apa bisa sembuh dan bisa kembali seperti perawan, Dok? Setelah bebas, saya harus melanjutkan hidup. Saya mau menikah dengan pria yang sangat mencintai saya. Saya tidak mau dia kecewa karena keadaaan saya yang begini ini,"
"Saya tidak bisa janji, tapi akan saya usahakan,"
"Ya, saya percaya dengan kemampuan dokter. Sebelum ke sini, saya browsing dan membaca testimoni. Banyak yang puas dengan pelayanan klinik ini,"
Fey masih ingin mendengar lebih banyak lagi tapi dia melihat petugas kebersihan datang ke arahnya.
Sebelum pria itu curiga, Fey lebih dulu menjelaskan.
"Saya pasien dokter, Sky. Di dalam masi ada pasien, jadi saya nunggu di sini. Tidak apa kan, Pak?"
"Iya, Mbak. Tapi biar lebih nyaman, tunggu di depan ruangannya saja. Saya mau nyiram kembang,"
Akhirnya, dengan terpaksa, Fey beranjak dari tempat duduknya dan kembali ke kantin.
Melihat ibu kantin yang melihat dia datang lagi tapi belum mengambil belanjaannya, Fey menjelaskan "Saya belum mengambil tas, masih ada pasien yang konsultasi. Tidak enak jika saya memaksa masuk,"
Untungnya lagi buat Fey. Saat dia bilang begitu, ada perawat yang lewat. Dia menawarkan diri untuk membantunya mengambil tas Fey di ruang dokter Sky.
Fey tidak menolak. Dengan begitu, dia tidak ketahuan oleh Hawke tapi bisa tahu, apa yang terjadi dengan wanita itu selama tiga tahun menghilang tanpa kabar.
"Dia di penjara?"
"Kasus apa?"
"Trus ...apa Janus tahu tentang ini?"
Fey terus berpikir.
"Tapi.....aku rasa Janus tidak tahu menahu soal Hawke yang ditahan. Semalam dia begitu bahagia ketika menerima telpon wanita itu,"
Melihat bagaimana ekpresi Janus tadi malam, mustahil sekali kalau dia tahu hal yang sebenarnya dan dia bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.
Janus pria yang perfeksionis. Dia selalu menginginkan hal yang sempurna. Sesuatu yang menjadi incaran bayak orang, sudah pasti akan menjadi targetnya di masa depan.
"Jadi kalau Hawke mantan napi dan di dalam sana di menjadi penghangat banyak pria,apa mungkin Janus masih mau bersama Hawke?"
"Tidak ....ini tidak boleh dibiarkan. Aku harus menyelamatkan Janus. Kalau sampai Hawke benar-benar kena PMS dan menulari Janus, bagaimana dengan keluarga J? Mereka akan kehilangan satu-satunya generasi yang punya hubungan darah.
Fey masih kecewa dengan sikap Janus yang menarik senjata pusakanya dari dirinya hanya karena telpon dari Hawke. Ini sangat jelas kalau keberadaan Fey, kehangatan yang dia berikan untuk laki-laki ini selama hampir tiga tahun ini tidak membekas sama sekali.
Jangankan berharap pria itu bisa mencintainya,dia tidak ingin cerai saja, Janus tidak mengabulkannya.
Tapi pada dasarnya Fey adalah gadis yang baik dan apa adanya.
Batinnya berontak jika dia harus menyembunyikan apa yang dia dengar dari balik tembok tadi
“Bagaimana operasinya?" Janus menghentikan langkah Caelum yang buru-buru ke ruangannya.Caelum langsung memberikan selembar surat yang berisi resep vitamin. "Katanya, dia lagi datang bulan. Jadi minta dijadwalkan ulang sama dokter Sky ""Datang bulan?" Mendengar jawaban asistennya itu, Janus tersenyum manis.Dia sedikit lega. Ternyata apa yang dikatakan Fey tadi malam itu memang guyonannya belaka, adalah suatu candaan dia untuk menahan Janus agar tetap bersamanya. Dia tidak menyangka kenapa Fey begitu naif. Sikap Janus selama ini seharusnya bisa membuat sadar kalau mereka bersama karena satu kebutuhan.Untuk memenuhi kebutuhan mereka yang sudah sama-sama dewasa. Tidak lebih dari itu. Meskipun Fey menjadi istrinya, namun wanita yang menjadi tujuan hidupnya hanya Hawke seorang. Jadi tidak terbayangkan oleh Janus jika Fey benar-benar hamil dan mereka memiliki anak. Bagaimana mereka menjelaskan pada Hawke? Juga pada keluarga?Selama ini, yang diketahui oleh keluarga Janus, merek
“Uke,”Janus langsung berdiri dari tempat duduknya manakala pintu ruang kerjanya terbuka dan melihat gadis yang sedang ditunggunya itu berdiri di depan pintu, tengah menatapnya dengan haru.“Kau… kemana saja, Kau? Kau minta aku menjempumu ke bandara tapi, apa?” serunya lagi dengan ekpresinya yang bingung. Bagaimana tidak, Janus melihat Hawke masuk ke ruangannya, tepat saat dia minta bantuan asistennya untuk mencari keberadaannya.“Aku nungguin kamu udah kayak orang bego ajah. Kau matikan telpon, kau juga tidak membuka pesan yang aku kirim. Apa-apaan sih?” ocehnya lagi. Dia bukan meluapkan kerinduannya yang tersimpan selama tiga tahun ini tapi malah mengungkapkan kekhawatirannya pada Hawke sampai-sampai dia lupa bagaimana harus bersikap layaknya pasangan yang sudah lama tidak bertemu.Hawke menghampiri meja Janus dan berdiri di depan pria yang dia tahu sangat tergila-gila padanya sejak mereka masih di SMA itu. “Nomel aja. Emangnya ga kangen?” katanya sambil menggeser tubuhnya lebih d
“Fey!” Hawke tanpa ragu langsung memeluknya begitu teman sekolahnya itu masuk ke ruangan Janus.“Apa kabar, aku kira setelah sekian lama tidak bertemu, kau banyak perubahan. Ternyata aku salah, kau masih cantik dan …,” dia langsung melepas pelukannya dan menilai Fey yang masih kebingungan karena ekpresi Hawke yang terlalu berlebihan itu.“Kau masih ….,”“Masih apa?” tanya Fey tidak ramah karena dia kesal, menurutnya Hawke sengaja mengantung kata-katanya agar Janus dan asistennya itu bisa menilai sendiri. Bagimana penampilan Fey yang sangat sederhana itu.“Masih membuat aku kagum. Penampilanmu tidak banyak berubah, kau masih seperti anak SMA,” katanya.Dari nada ucapannya itu, siapapun akan tahu kalau Hawke sebenarnya ingin mengatakan kalau Fey itu kampungan, tidak modis dan tidak tahu bagaimana caranya berhias. Caelum tidak tahan melihat drama itu, setelah mengantar Fey ke ruangan bos-nya, dia tidak mau berlama-lama. Sebelum diminta, dia sudah pamit duluan.“Ya, dari dulu aku memang b
Fey tiba di rumah nenek sebelum matahari tenggelam. Nenek sangat baik padanya, meskipun dia bukan cucu kandung. Jenny sangat menyayangi Fey karena anak ini sumber kebahagiaan anak bungsunya, Jawelia. Dia sadar, Karena Jawelia tidak bisa hamil, Fey datang menyelamatkan pernikahan anak perempuannya itu.Ibu asuhnya Fey sudah sakit-sakitan sejak belum menikah. Awalnya dokter bilang kena miom, tapi ketika Fey berumur tujuh tahun, dia divonis kena kanker rahim, yang menyebabkan dia tidak berumur yang panjang. Satu tahun berikutnya, suaminya menyusul karena dia mengalami depresi ditinggal oleh orang yang begitu dicintai.Sejak ayah dan ibunya meninggal, Fey tinggal di rumah nenek bersama Janus. Orang tua Janus yang menjadi pengganti mama dan papanya.Kasih sayang Jenny dan pamannya tidak diragukan lagi. Bahkan kalau Fey berselisih dengan Janus, tanpa melihat apa permasalahannya, mereka akan membela Fey.Mungkin karena usianya yang sudah kepala delapan, nenek sering banyak keluha
Makan malam terpaksa ditunda satu jam karena Nenek ingin menunggu Janus untuk makan bersama. Makanya, ketika anak itu datang, dia kembali memanggil Fey yang sudah kembali ke kamarnya untuk turun dan kebetulan juga orang tua Janus sudah bergabung bersama mereka.“Kita sudah sepakat. Sesibuk apa kalian di luar sana, kalian harus menjadwalkan pulang di akhir bulan dan makan bersama keluarga. Kenapa semua jadi pura-pura lupa, sudah lama sekali rasanya tidak bisa kumpul seperti ini,” oceh Nenek sebelum anak dan cucunya mengambil makanan.Jenny perlu mengingatkan kembali karena memang sudah hampir satu tahun mereka melupakan janjinya. Kalau pun ada yang pulang, tidak bisa secara bersamaan begini. Anak dan menantunya ada, cucunya tidak. Selalu ada yang punya alasan tidak bisa pulang saat jatuhnya waktu untuk kumpul keluarga.“Ma, anak-anak sudah dewasa dan punya kesibukan sendiri. Walaupun ga lengkap seperti ini, kami semua tetap datang, kok,” Jasper langsung menyahuti.“Hanya satu kali da
“Jelaskan padaku, kenapa kau mendadak mau kuliah ke Amerika?” todong Janus. Begitu Papa dan mamanya pulang, dia langsung menyusul Fey ke kamar dan minta kejelasan.“Jelaskan!” tanyanya sambil menekan Fey ke tempat tidur.Karena Fey sudah benar-benar ingin tidur, dia hanya mengenakan daster dan celana dalam saja. Tangan Janus yang menekan dadanya bisa merasakan kelembutan dadanya.“Aku sudah bilang kalau rencana ini sudah dari setahun lalu. Dan aku rasa…aku tidak harus menjelaskannya padamu, kan?” sahut Fey tanpa mau melihatnya.“Bohong!” serunya dengan ketus.“Kau membuat alasan ini karena Hawke datang, kan?”“Hey!”Tanpa diduga, Fey langsung mendorong tubuh Janus yang sudah menekannya dengan keras. Karena tidak siap dengan serangan Fey, Janus kaget dan tubuhnya nyaris terjeledak. Untung dia bisa memegang pinggiran tempat tidur, jadi hanya terhuyung sebentar sebenlum akhirnya bisa menguasai dirinya sendiri.“Benarkan? Kau melakukan itu karena marah?” Janus terus menuduhnya kare
"Kita sudah sepakat, semua akan kembali seperti dulu tapi kamu tidak melakukannya. Kau terlalu terbawa oleh perasaan, Fey. Mengapa aku harus pura-pura baik pada orang yang tidak bisa memegang ucapannya?” Janus berkata sambil sambil membelai tubuhnya dengan nafsu.Segera, …. Fey yang sudah tidak mengenakan apapun jadi merinding dibuatnya.Janus menyentuh kulit Fey dengan lembut. Selama dia melakukan pemanasan, pori- pori yang mengembang menutup kembali.“Janus, aku rasa aku berhak menentukan apa yang harus aku lakukan setelah lulus kuliah. Aku tidak cemburu, aku sudah merencanakan ini sejak lama. Kalau kau tidak percaya, kau bisa cek ke kaprodi. Kapan beasiswa itu dibuka dan kapan aku mendaftarkan diri, semua terekam di sana. Kau bisa dengan mudah mengetahuinya. Aku tidak mengada-ada ,” Fey benar-benar ketakutan. Dia beringsut menjauhi Janus yang sudah kesetanan tapi tertahan oleh kepala tempat tidurnya.Fey akhirnya hanya bisa pasrah. Jika dia benar-benar memaksakan diri pa
Fey mengerutkan kening dan terus mengulurkan tangannya sebagai protesnya dalam diam."Hanya aku yang bisa membuat keputusan," Mata Janus dipenuhi dengan ketidakpercayaan.Fey yang begitu tergila-gila padanya, kini berani mencampakkannya. Bagaimana Janus yang terkenal sombong dan semaunya sendiri itu bisa dicampakkannya seorang gadis seperti Fey?Fey menarik tangan dan tersenyum pahit. “Aku benar-benar tidak tahu, manusia seperti apa yang sedang ada di depanku sekarang?"Setalah berkata seperti itu, Fey langsung menutup matanya, tidak ingin melihat Janus lagi.Janus juga tidak menyahuti. Setelah melihat Fey sebentar, dia berbalik dan pergi.Mendengar langkah Janus, Fey membuka matanya. Pada saat ini, suasana hatinya sedang sedih. Baik secara emosional atau fisik, dia berada di bawah penindasan pria itu dan menjadi serba salah untuk bertindak.Apakah dia benar-benar tidak bisa memilih jalan hidupnya?Fey menahan rasa lelahnya dan bangun untuk mandi.Setelah tubuhnya kembali sega
Fey tidak ingin membahas kehamilannya sekarang. Dia belum siap dengan tanggapan Janus dan dia juga belum tahu apa yang akan terjadi kedepannya karena ada perasaan yang mengganjal dihatinya tapi dia sendiri tidak bisa menerka.“Tidak usah. Aku cukup nyaman kok mengenakannya.Tidak usah dilonggarkan lagi,”“Oke,"Nahlah langsung mengangguk. Janus pun merasa lega. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan mengambil foto mereka di cermin. Fey kaget, ini untuk pertama kalinya Janus melakukan selfi dengannya. Janus memperlihatkan hasilnya pada Fey, "Serasi, kan?”Dalam foto itu, Fey meletakkan tangannya di punggung karena dia ingin membuka gaunnya sedangkan Janus tersenyum melihat ke arah kamera. Fey hanya tersenyum. Pada saat itu mereka punya pikiran sendiri-sendiri tentang itu.*****Setelah mencoba gaun pengantin, Janus mengantar Fey kembali ke rumah. Fey tidak ada kegiatan apapun selain melakukan revisi skripsi Janus yang sudah dia selesaikan semalam.Perbaikannya sudah dia kirim dan men
Keduanya segera membantu Fey mengenakan gaun. Janus tersenyum dan menundukkan kepalanya. Dia mencium punggung Fey dengan penuh cinta. “Jangan kau pikirkan apa yang dikatakan Terra. Yang paling penting saat ini, aku sedang mencoba gaun pengantin bersama orang yang paling aku cintai,”Fey tersenyum. Meskipun dia tahu kalau Janus hanya menghiburnya, dia merasa bahagia. Setidaknya Janus menunjukkan pada kedua staf itu kalau tidak ada yang salah dengan apa yang mereka lakukan saat ini.Fey sudah melepas bluesnya, ketika dia minta staf yang memegang gaun pengantin untuk membantunya, Janus menghentikannya. Tubuhnya yang tinggi dia gunakan untuk mengurung Fey hingga tak tersentuh oleh siapapun. “Aku sudah bilang kalau aku yang akan membantu kau mencoba gaun ini, kau tidak membutuhkan orang lain,”Janus sangat tidak berdaya melihat punggung Fey yang terbuka. Dari pantulan kaca, dia juga melihat dada Fey yang membusung. Dia sering melihat pemandangan seperti ini, bahkan dia juga kerap melihat F
Gaun pengantin itu sangat cantik, model terbaru yang baru saja dikerjakan oleh perancang terkenal di negeri ini. Ini serasa mimpi, Fey hanya bisa memandanginya, seakan itu adalah barang berharga yang takut untuk di sentuhnya.Gaun itu berlengan pendek yang mengikuti bordir bunga pada ujungnya hingga membentuk lengan yang cantik pada manakin itu. Leher yang berbentuk V dikelilingi berlian yang berkilau, “Cantik sekali,” Fey tidak tahan untuk tidak memujinya.Pada bagian pinggangnya dirancang sangat ketat dan pasti akan menampilkan sosok yang bagus bagi siapapun yang memakainya. Rok panjang yang menjuntai hingga ke lantai dibuat mengembang seperti payung.Saat dikenakan, pasti akan bergoyang-goyang karena bahannya yang halus dan lembut.Bagian ujung gaun itu tertutup payet dan memantulkan kemilau yang indah di bawah cahaya ruang yang sangat terang pada saat itu. “Ini pasti sangat mahal,” Fey menafsir harganya ketika seorang staf datang mengagetkannya.“Gaun ini dipesan oleh Pak Janus d
“Nenek ada apa?” tanyanya begitu mengangkat panggilan. Suara Janus terdengar sedikit tidak ramah.“Ada apa?” balas Nenek dengan suara yang terheran-heran. “Janus… Bisa-bisanya kau bilang begitu pada Nenekmu?” sergahnya. Suaranya dipenuhi amarah. Bagaimana tidak, ini sudah malam. Dia dan anak mantunya sudah berkumpul di rumah, berharap Janus datang untuk menjelaskan ini semua tapi pikirannya itu salah.Tanpa merasa bersalah sedikit pun, Janus malah tidak pulang. Tidak memberi kabar apapun tentang rencana besarnya itu. Siapa yang tidak emosi kalau punya cucu yang kelewatan begini.“Apa kau merasa terganggu kalau nenek menelponmu? Apa kau sangat sibuk hingga….,”“Iya, Nek. Ada apa? Apa nenek tidak salah bertanya begitu? Bukan sekarang saja Nenek menelpon aku dan tidak pernah mau tahu aku sedang apa, kan?”“Apa kau masih menganggap wanita tua ini sebagai nenekmu?”“Heh…ada apa lagi ini?” Janus sudah bisa menebak apa yang ingin ditanyakan Neneknya makanya tiba-tiba menelpon, marah-marah
Suaranya terdengar sangat menyenangkan, seperti seorang bapak yang tengah membujuk anaknya untuk makan. Magnetis dan dalam. Membuat Fey terhipnotis.Tanpa diminta lagi, Fey membuka mulutnya, Janus menyuapkan makanan itu dengan sangat hati-hati. Perasaan yang tidak bisa Fey gambarkan segera merayap dalam pikirannya. Andai Janus semanis ini memperlakukannya, dia pasti akan mencintai pria ini lebih dalam lagi. "Tapi apakah dia melakukan ini hanya karena aku sedang kesal dengannya. Apa karena dia ingin menebus rasa bersalahnya?” tanya Fey pada dirinya sendiri.Apapun yang Janus pikirkan sampai dia mau melakukan ini, Fey ingin menutup mata dan telinganya. Dia ingin menikmati perhatian Janus yang mungkin akan dia lakukan sekali ini saja. Dia ingin bahagia, ingin merasakan bagaimana rasanya dicintai. Menikmati bagaimana rasanya dimanjakan oleh orang yang dicintai walaupun dia tidak yakin kalau Janus melakukannya dengan hati.Saat dia memikirkan itu, tanpa terasa air mata jatuh dari sudut
Karena Janus sudah berjanji tidak akan menyentuhnya, dia cukup tahu apa maksud dari ucapan Fey itu. Dia menahan langkahnya, sampai Fey benar-benar masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya, barulah Janus berbalik. Dia tidak meninggalkan kamar itu tapi memilih duduk di sisi tempat tidur dan mengeluarkan ponselnya. Janus memesan makan malam untuk mereka berdua.Dia hanya tersenyum getir ketika mendengar suara gemercik air. Dia tahu kalau Fey sudah membohonginya. Dia sebenarnya tidak ingin buang air besar tapi mandi.Ya, wajar dia melakukan itu. Selama mereka menikah, Janus tidak pernah sepeduli ini padanya. Dia datang ke kamar ini ketika dia membutuhkan tubuhnya, dia akan pergi setelah mendapatkan apa yang dia inginkan.Dia tidak pernah bertanya, apakah Fey capek atau tidak karena banyak tugas-tugas dari dosen yang harus diselesaikan, bukan hanya tugasnya sendiri tapi harus menyelesaikan semua tugasnya.“Apa pernah dia memperhatikan apa yang Fey lakukan setelah mereka bercinta. Berdiam
Lo juga ikut menyahuti, “Fey, aku yakin Janus membuat rencana ini tanpa persetujuan kamu, kan? Anak itu memang keterlaluan. Dia tetap saja memaksakan kehendaknya. Untuk masalah sebesar ini, bahkan dia tidak meminta pendapat kami. Kita ini keluarga. Janus memang salah, tapi benar kata Nenek. Jika kau merasa keberatan, kau tidak harus mengikuti maunya. Ini tentang masa depanmu, sayang,""Aku tidak pernah merasa terpaksa atas semua ini. Tiga tahun kami bersama, aku melakukan ini karena aku memang menyukai Janus. Maafkan aku,""Oh....," Keduanya terkaget."Ya....kalau kalian menang saling suka. Tidak ada masalah. Nenek akan panggil anak itu. Dia harus tahu bagaimana menghargai orang yang begitu tulus seperti kamu,"Nenek berkata begitu karena dia tahu, Janus memikirkan wanita lain saat dia terikat sebuah hubungan yang sakral dengan Fey.Dia bisa merasakan bagaimana tersiksanya gadis ini jika perasaannya itu memang benar. Mencintai seseorang yang sebenarnya tidak bisa menghargai perasaann
Fey duduk di samping neneknya. Karena dia punya pikiran kalau Nenek datang untuk membahas hal yang paling menakutkan baginya, dia hanya tertunduk.Fey tidak berani menatap Nenek yang mengelus punggungnya dengan penuh kasih sayang.“Kau sudah membuat kami khawatir karena tidak satu pun dari kami yang bisa menghubungi kamu. Begitu mendengar Hawke sampai melakukan itu padamu, ini yang tidak termaafkan. Berani-beraninya dia mengganggu cucu kesayangan nenek,”“Nek, jangan khawatirkan aku. Aku tidak apa-apa. Aku hanya ingin istirahat saja, sebentar juga akan pulih dan aku bisa kembali ke kampus,”Bagaimana bisa pulih dengan mudah? Nenek mengela nafas panjang. Tapi apa yang dia lakukan padamu, tidak akan termaafkan oleh siapapun,” “Ini semua salah Janus. Jika dia mendengar kami, semua ini tidak akan terjadi,”Fey hanya terdiam.“Kalian berteman sejak SMA, dia cukup dekat denganmu juga Janus,” ucap Nenek. Entah apa maksudnya dia membuka ingatan Fey tentang masa tiga tahun yang lalu. “Entah ap
Pada waktu itu, di matanya, Hawke adalah sosok gadis yang sangat mahal. Citranya sebagai gadis yang sempurna meninggalkan kesan mendalam pada diri Janus.Tanpa sadar, pikirannya terus dipenuhi oleh segala hal tentang gadis itu. Dia tidak pernah melihat hal yang mengecewakan darinya.Kebetulan selama kurun waktu itu juga, Janus juga tidak memikirkan wanita mana pun selain Hawke. Tak peduli bagaimana cewek-cewek di seolah itu juga mengincarnya, selama Hawke ada di sisinya, dia tidak membutuhkan siapa pun. Dia selalu bersama gadis itu, seberapa dalam hubungan mereka, Janus juga tidak tahu. Dia pikir, itu adalah hubungan yang luar biasa hanya bisa membicarakan banyak hal, jajan di kanti bareng, mengerjakan tugas bareng walaupun sebenarnya Fey yang mengerjakan tugas mereka dan mereka hanya ngobrol.Kesempatan itu hanya di dapat oleh Janus. Dia benar-benar menjadi cowok yang paling beruntung di sekolah itu. Tiga tahun berlalu, Hawke menjadikan Janus satu-satunya teman laki-lakinya. Bahka