Perasaan Carlos terhadap Ashley semakin kuat, dan meskipun dia tahu bahwa bekerjasama dengan Jessie bisa berisiko, hatinya yang penuh cinta kepada Ashley membuatnya sulit untuk menahan diri. Setiap kali dia memikirkan Ashley, kenangan-kenangan manis mereka bersama muncul di pikirannya—senyuman Ashley yang tulus, tawa ringan mereka saat berbicara, dan betapa nyaman rasanya berada di dekatnya. Carlos semakin yakin bahwa dia tidak bisa membiarkan Ashley jatuh ke dalam pelukan Clython. Dia merasa dia adalah orang yang lebih tepat untuknya. Suatu malam, setelah percakapan panjang dengan Jessie, Carlos duduk sendirian di kamarnya, memikirkan semuanya. Meskipun ada suara kecil dalam dirinya yang mengatakan untuk berhenti dan mempertahankan hubungan baik dengan adiknya, perasaan cintanya terhadap Ashley lebih besar. Jessie telah berhasil meyakinkannya bahwa dia pantas mendapatkan kebahagiaan itu, dan semakin lama, semakin sulit untuk menahan godaan untuk meraihnya. Dia mengingat betapa saat
Ashley, yang tak menyangka bahwa ada sesuatu yang salah, merasa senang ketika Carlos mengajaknya keluar. Sejak awal, mereka memang sudah dekat sebagai teman, dan Ashley merasa nyaman berada di dekatnya. Meskipun dia mulai menyadari ada sedikit ketegangan antara Carlos dan Clython, dia percaya pada persahabatan mereka dan tidak curiga dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Suatu pagi, Carlos menghubunginya, menawarkan kesempatan untuk jalan-jalan bersama. "Hei, Ashley, gimana kalau kita keluar sebentar? Aku tahu kamu butuh waktu untuk dirimu sendiri, dan aku pikir ini bisa jadi momen yang bagus buat kita ngobrol," kata Carlos dengan nada yang ramah, meskipun di dalam hatinya, perasaan cemas dan rasa bersalah mulai bercampur. Ashley, yang merasa dia butuh waktu untuk beristirahat dari segala drama yang terjadi, mengangguk. "Tentu, Carlos. Aku pikir itu ide yang bagus. Aku butuh sedikit udara segar," jawabnya, tersenyum. Mereka berdua sepakat untuk bertemu di tempat yang biasa mer
Carlos berdiri diam di hadapan Ashley, mendengar suara terisak yang keluar dari bibirnya. Setiap kata yang keluar dari mulut Ashley membuat hatinya semakin teriris. Dia tahu bahwa apa yang dia lakukan adalah salah, bahwa ini bukan jalan yang benar, tetapi perasaan cinta yang besar pada Ashley membuatnya merasa terperangkap dalam keputusan yang tak bisa dia balikkan. Ashley terus memandang Carlos dengan mata penuh ketakutan dan kebingungan. "Carlos, ini gila! Kenapa kamu lakukan ini?" teriaknya, berusaha melepaskan ikatan yang menahan tangannya. "Kita teman, kenapa kamu menyakitiku seperti ini?!" Carlos menunduk, hatinya dipenuhi rasa bersalah dan penyesalan, tetapi di sisi lain, perasaan cinta yang mendalam membuatnya terus berkata, "Aku melakukannya karena aku sangat mencintaimu, Ashley. Aku tidak bisa terus menyaksikan kamu bersama Clython. Aku... aku ingin kamu bersama aku, bukan dengan dia." Ashley terdiam sejenak, bingung dan tercengang mendengar pengakuan tersebut. "Carlos...
Ashley, yang semakin terperangkap dan ketakutan, merasa tubuhnya dipenuhi dengan adrenalin dan kebingungan. Ketika Carlos mendekat dengan niat yang jelas, ingin mencium paksa dirinya, rasa marah dan ketakutan yang meluap membuatnya bertindak cepat. Dengan segenap kekuatannya, dia mendorong tubuh Carlos dengan keras, berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari genggamannya. "Apa yang kamu lakukan, Carlos?! Jauhkan tanganmu dariku!" teriak Ashley dengan keras, wajahnya penuh dengan air mata dan kemarahan. Namun, meskipun dia berusaha keras, Carlos masih terlalu dekat, dan dorongan itu malah memicu reaksi yang lebih buruk. Carlos, yang merasa dipermalukan dan marah karena ditolak begitu saja, merasa hatinya dipenuhi dengan amarah. Rasa cemas dan kebingungannya kini berubah menjadi kemarahan yang meledak-ledak. Ketidakmampuannya untuk mengendalikan perasaan dan keinginannya untuk memiliki Ashley menguasainya sepenuhnya. "Ashley, berhenti! Kamu tidak tahu apa yang aku rasakan!" teriak C
Ashley, yang masih merasakan amarah dan kebingungannya setelah tindakan Carlos, akhirnya tidak bisa menahan lagi emosinya. Dengan cepat, dia mengangkat tangannya dan memberi tamparan keras ke pipi Carlos. Suara tamparan itu terdengar keras, menggema di ruang sepi itu. Carlos terhuyung mundur, terkejut dengan tindakan mendalam yang dilakukan oleh Ashley. Wajahnya memerah, baik karena rasa sakit fisik maupun karena rasa malu yang mendalam. Dia menyentuh pipinya yang terasa panas, dan matanya penuh dengan kebingungan dan penyesalan. Dia tidak bisa mengerti apa yang baru saja terjadi, tapi yang jelas, dia tahu bahwa semuanya telah berubah. Ashley, yang tubuhnya masih bergetar karena emosi, menatap Carlos dengan penuh kebencian dan rasa sakit. "Itu untuk menghentikanmu, Carlos. Untuk mengingatkanmu bahwa ini bukan cinta, ini kekerasan! Kamu tidak bisa memaksaku untuk mencintaimu," kata Ashley, suaranya serak karena air mata yang masih mengalir. Carlos berdiri diam, terperangkap dalam
Carlos semakin terjerumus dalam manipulasi Jessie. Setiap kata yang diucapkan Jessie semakin menguatkan keyakinannya bahwa apa yang dia lakukan adalah jalan yang benar, meskipun jauh di lubuk hatinya, dia merasa ada yang salah. Namun, perasaan takut kehilangan Ashley dan keinginannya untuk memiliki dirinya dengan cara apa pun semakin menguasai dirinya. Jessie, yang selalu ada untuk memberikan saran dan meyakinkan Carlos, melihat bahwa semakin lama, Carlos semakin terperangkap dalam kebingungannya. Jessie sangat senang melihat ini, karena dia tahu bahwa dia bisa mengendalikan Carlos dan membimbingnya untuk melakukan apa yang diinginkan. Setiap kali Carlos mulai meragukan dirinya, Jessie ada untuk menenangkan dan membenarkan tindakannya. "Carlos, kamu harus tetap tegas. Jangan biarkan Ashley melarikan diri begitu saja. Dia tidak mengerti apa yang terbaik untuknya, kamu harus menunjukkan padanya bahwa kamu lebih baik untuknya daripada siapa pun," kata Jessie dengan suara lembut namun p
Ashley terisak dalam pelukan Carlos, mencoba berbicara di sela tangisannya. "Aku hanya merasa... kamu menjauh akhir-akhir ini," katanya dengan suara bergetar. Carlos menghela napas, rasa bersalah menyelimuti dirinya. "Aku tidak bermaksud seperti itu, Ash," ucapnya lembut. "Aku hanya terlalu sibuk dengan banyak hal, tapi itu bukan alasan untuk membuatmu merasa seperti ini. Maafkan aku." Ashley mengangkat wajahnya perlahan, matanya yang memerah menatap Carlos dengan penuh harap. "Kamu janji tidak akan seperti ini lagi?" tanyanya lirih. Carlos mengangguk mantap. "Aku janji. Mulai sekarang, aku akan lebih mendengarkan kamu dan lebih ada buat kamu. Kita hadapi semuanya bersama, oke?" Ashley akhirnya tersenyum kecil, meski air mata masih membasahi pipinya. Pelukan itu menjadi lebih erat, seakan keduanya mencoba menyembuhkan luka yang ada. Dalam keheningan, mereka saling menguatkan, memastikan hubungan mereka kembali ke jalur yang lebih baik. Carlos melepaskan pelukannya perlahan, mata
Carlos tidak menyangka ketika Jessie datang menemuinya beberapa hari kemudian, wajahnya tampak lebih tenang, tapi sorot matanya masih menyimpan sesuatu yang sulit ditebak. Jessie berdiri di depan Carlos dengan sikap lebih santai, meski Carlos tetap waspada. "Aku ingin meminta maaf," kata Jessie dengan nada lembut yang tidak biasa. "Aku terlalu jauh. Aku sadar sudah banyak hal buruk yang kulakukan padamu dan... Ashley. Aku hanya ingin bilang, aku akan mundur." Carlos mengerutkan alisnya, sulit mempercayai perubahan sikap Jessie yang tiba-tiba. "Kamu serius?" tanyanya dingin. "Setelah semua yang kamu lakukan, kamu pikir hanya dengan meminta maaf semuanya selesai?" Jessie mengangguk, mencoba terlihat tulus. "Aku tahu ini tidak akan memperbaiki apa pun, tapi aku lelah, Carlos. Mungkin ini waktunya aku berhenti. Anggap saja ini jalan untuk kita berdamai." Carlos menatap Jessie dalam diam, mencoba membaca maksud sebenarnya di balik kata-katanya. Ada sesuatu yang terasa janggal, tapi
Setelah keputusan besar yang diambil oleh Carlos, hidupnya mulai bergerak ke arah yang baru. Meskipun ada perasaan kehilangan dan perpisahan, Carlos merasa ada kedamaian dalam dirinya, meskipun perjalanannya untuk menemukan kebahagiaan belum berakhir. Melihat Clython dan Ashley yang akhirnya bisa bersama dan bahagia, Carlos merasa senang untuk mereka, tetapi dia tahu, itu adalah bagian dari perjalanan hidup mereka yang berbeda dari dirinya. Clython dan Ashley menjalani hubungan mereka dengan penuh cinta dan saling mendukung. Mereka berdua merasa seperti telah melalui banyak hal bersama—dari masa sulit dengan ibu Clython hingga cobaan yang mereka hadapi saat bersama. Kini mereka dapat menikmati kebersamaan mereka, bebas dari rasa cemas dan tertekan, hidup dengan cara mereka sendiri. Clython semakin memahami bahwa ia bisa memilih jalannya sendiri, dan dengan Ashley di sisinya, dia merasa lebih kuat dan lebih siap menghadapi masa depan. Sementara itu, Carlos merasa bahwa mungkin sudah
Carlos akhirnya memutuskan untuk berbicara dengan ibu Clython, meskipun dia tahu ini bukanlah percakapan yang mudah. Dengan hati yang penuh tekad dan niat baik, dia pergi menemui ibunya di rumah keluarga Clython, bertekad untuk membuka mata wanita itu tentang bagaimana perasaannya terhadap anak-anaknya, terutama Clython. Ketika Carlos tiba di rumah, ibu Clython sedang duduk di ruang tamu, wajahnya masih tampak lelah dan cemas setelah peristiwa yang terjadi sebelumnya. Carlos berdiri di depan pintu, menarik napas dalam-dalam, dan kemudian mulai berbicara. "Ibu, saya tahu ini sulit untuk diterima, tapi saya rasa sudah waktunya kita berbicara tentang apa yang terjadi. Tentang Clython, tentang hubungan kalian, dan tentang apa yang sebenarnya terjadi di hati anak-anak kita," kata Carlos dengan nada lembut namun tegas. "Saya tahu Anda hanya ingin yang terbaik untuknya, tapi memaksakan kehendak seperti ini hanya membuatnya semakin tertekan." Ibu Clython menatapnya, terlihat sedikit terke
Setelah percakapan yang sangat emosional dan penuh ketegangan dengan ibunya, Clython merasa tidak ada lagi jalan lain selain pergi. Hatinya yang sudah terlalu lama terkekang, akhirnya meledak, dan dia mengambil keputusan besar untuk kabur dari rumah. Tanpa memberi tahu siapa pun, dia meninggalkan mansion keluarga dengan membawa sedikit barang, hanya untuk mencari kebebasan yang dia yakini akan membawanya ke kebahagiaan—bersama Ashley. Ibunya yang terkejut dan marah, tidak tahu harus berbuat apa. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Clython akan sampai sejauh ini, meninggalkan rumah tanpa memberi tahu siapa pun. Setelah beberapa jam mencoba menghubungi Clython tanpa hasil, ibu Clython merasa cemas dan panik. Dalam keadaan putus asa, dia akhirnya memutuskan untuk menelepon seseorang yang dia pikir bisa membantu—Carlos. Carlos yang baru saja menghabiskan waktu sendiri, merasa terkejut ketika mendengar telepon dari ibu Clython. Meskipun hubungan mereka pernah tegang dan penuh ketidakpas
Setelah mendengar kabar bahwa Clython berpacaran dengan Ashley, ibu Clython merasa sangat terganggu dan kecewa, merasa bahwa status sosial mereka bisa terancam karena hubungan tersebut. Ketakutannya akan dampak reputasi keluarga dan bagaimana orang lain akan melihatnya membuatnya mengambil langkah drastis. Suatu pagi, ibu Clython memanggil Ashley untuk berbicara di ruang kerjanya. Suasana terasa sangat tegang. Ketika Ashley memasuki ruangan, ibu Clython memandangnya dengan tatapan dingin. "Ashley, aku ingin berbicara denganmu tentang sesuatu yang sangat serius," kata ibu Clython dengan nada tegas. "Aku baru saja mengetahui bahwa kamu sedang menjalin hubungan dengan putraku, Clython." Ashley merasa gugup, namun berusaha tetap tenang. "Ibu, saya... saya hanya ingin yang terbaik untuk Clython. Kami berdua saling mencintai, dan saya tidak ingin ada masalah." Namun, ibu Clython tidak menunjukkan tanda-tanda memahami. Wajahnya semakin serius dan kaku. "Tidak ada tempat untukmu di sini
Clython menatap Ashley dengan serius, sebuah rencana yang sudah dia pikirkan matang-matang di benaknya. "Ashley," katanya dengan suara penuh keyakinan, "Aku merasa kita harus memberitahu ibuku. Aku ingin dia tahu bahwa kita sekarang bersama, bahwa aku berkomitmen padamu. Aku rasa ini saat yang tepat." Ashley menundukkan kepalanya sejenak, memikirkan kata-kata Clython. Dia tahu betapa pentingnya ini bagi Clython, tetapi dalam dirinya, ada perasaan ragu yang mengganjal. Mengungkapkan hubungan ini, terutama kepada ibunya yang juga majikan Ashley, terasa seperti langkah besar, dan dia merasa belum sepenuhnya siap. "Aku paham, Clython," jawab Ashley dengan suara lembut, "Tapi aku... aku belum siap. Ini semua terasa begitu cepat, dan aku merasa perlu waktu untuk benar-benar merasa nyaman dengan langkah itu." Clython terdiam sejenak, melihat ekspresi cemas di wajah Ashley. Dia tahu bahwa meskipun dia ingin segera memperkenalkan hubungan mereka, dia tidak ingin memaksakan apa pun pada Ash
Setelah ciuman itu, suasana antara Ashley dan Clython terasa begitu intens, penuh dengan perasaan yang belum pernah mereka ungkapkan sebelumnya. Namun, di tengah kehangatan pelukan mereka, Ashley merasa ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya, sesuatu yang tiba-tiba muncul. Dia menarik napas dalam-dalam, seakan ingin memastikan dirinya terlebih dahulu sebelum bertanya. Clython, yang merasakan perubahan kecil dalam sikap Ashley, melepaskan pelukan mereka perlahan dan menatapnya dengan penuh perhatian. "Ada apa, Ashley?" tanya Clython, suaranya lembut, namun penuh dengan rasa ingin tahu. Ashley menghela napas, sedikit ragu, namun dia tahu dia harus bertanya. "Clython, aku... aku ingin bertanya sesuatu. Ini mungkin terdengar aneh, tapi... siapa pacarmu sebelum aku?" matanya menatapnya dengan jujur, namun ada sedikit kecemasan di sana. Clython terdiam sejenak, tampaknya terkejut dengan pertanyaan itu. Dia mengamati wajah Ashley, dan kemudian mengangguk pelan. "Kamu tahu, sebelum kit
Setelah tawa mereka mereda, suasana di sekitar Ashley dan Clython menjadi lebih tenang. Mereka berdua duduk di sana, saling menatap, merasa seperti waktu berjalan lambat. Ada kehangatan di udara, dan meskipun mereka baru saja berbagi tawa canggung, perasaan di antara mereka semakin kuat dan lebih jelas. Clython meraih tangan Ashley, jemarinya menyentuh lembut kulitnya, menciptakan hubungan yang lebih dalam di antara mereka. Mata mereka saling bertemu, dan untuk sesaat, dunia di sekitar mereka tampak menghilang. Hanya ada mereka berdua di dalam ruang itu, perasaan yang berkembang, dan sebuah janji tak terucapkan yang menghubungkan mereka. Ashley merasakan getaran halus dalam dadanya. Ada rasa nyaman yang dia rasakan, lebih dari sekadar ketertarikan, lebih dari sekadar perasaan tak menentu yang ada sebelumnya. Ini adalah perasaan yang lebih dalam, lebih tulus, yang sudah lama dia cari tanpa benar-benar menyadarinya. Clython, yang juga merasakan hal yang sama, menarik napas dalam-da
Carlos berjalan sendirian, langkahnya berat dan perasaan yang semakin menggerogoti hatinya. Semua yang terjadi antara dia dan Ashley, meskipun terasa begitu kuat dan nyata, kini terasa seperti bayangan yang perlahan menghilang dari hidupnya. Dia merasa seperti baru saja kehilangan sesuatu yang sangat berharga, dan penyesalan itu mengalir begitu deras dalam dirinya. "Aku sudah menyia-nyiakan Ashley," bisiknya pada dirinya sendiri. "Aku terlalu sibuk dengan egoku, dengan perasaanku, tanpa melihat apa yang sebenarnya dia butuhkan." Pikirannya berlarian, meninjau kembali semua keputusan yang ia buat, setiap kata yang terucap, dan setiap perasaan yang dipendam. Carlos tahu dia telah membuat kesalahan. Meskipun cintanya pada Ashley begitu besar, dia juga tahu bahwa dalam banyak hal, dia tidak cukup sabar, tidak cukup pengertian. Dia mengingat saat-saat ketika Ashley menghindari percakapan, saat dia merasa ragu dan terluka, namun Carlos terus mengejar dan berharap semuanya bisa berjala
Setelah berbicara dengan Clython, Carlos merasa ada satu hal terakhir yang harus ia lakukan sebelum benar-benar melepaskan perasaannya. Ia tahu ia belum benar-benar menyelesaikan semuanya dengan Ashley. Ia harus meminta maaf—bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk memberi Ashley kebebasan sepenuhnya dari rasa bersalah atau tekanan apa pun. Carlos menemui Ashley di sebuah tempat yang tenang, tempat di mana mereka dulu sering berbagi cerita. Ashley terlihat terkejut melihat Carlos, tetapi dia tidak menghindar. Ada sesuatu di mata Carlos yang membuatnya merasa bahwa percakapan ini berbeda. "Ashley," Carlos memulai dengan nada lembut, "Aku hanya ingin mengatakan sesuatu sebelum aku benar-benar pergi." Ashley menatapnya, ragu-ragu, tetapi mengangguk. "Katakan, Carlos." Carlos menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Aku ingin meminta maaf. Kalau selama ini aku membuatmu merasa tertekan, merasa seolah-olah aku memaksakan perasaanku padamu, aku benar-benar menyesal. It