Jessie duduk di sudut ruangannya, matanya menatap layar ponsel dengan ekspresi penuh perhitungan. Setiap detil rencananya semakin tajam, semakin jelas. Dia sudah cukup sabar, menunggu waktu yang tepat untuk menggerakkan bidaknya. Sekarang, saatnya untuk menghancurkan hubungan yang sudah cukup kuat antara Ashley dan Clython. Jessie tahu persis bagaimana cara melakukannya. "Ini akan selesai, Clython," gumam Jessie pada dirinya sendiri, senyum licik terukir di wajahnya.Ia tidak akan berhenti sampai Ashley dan Clython terpisah. Jessie merasa terancam dengan kedekatan mereka, dengan cara Clython selalu mendukung Ashley. Sejak awal, dia tahu bahwa hubungan mereka bisa menjadi penghalang untuk rencananya. Jessie tidak pernah suka merasa seperti bayangan yang selalu ada, dan dia akan memastikan bahwa Ashley merasa ditinggalkan dan terasing, seolah tidak ada lagi orang yang bisa diandalkan.---Pada saat yang bersamaan, Ashley dan Clython duduk di kafe favorit mereka. Suasana di sekitar mere
Jessie tidak puas hanya dengan menyebarkan rumor, dan untuk memperkeruh suasana, dia mengambil langkah lebih jauh. Dia menyewa seorang wanita bernama Lara untuk berpura-pura menjadi pacar Clython. Jessie berharap ini akan membuat Ashley semakin ragu dan menghancurkan hubungan mereka lebih lanjut. Lara, yang awalnya ragu, akhirnya setuju karena uang yang ditawarkan cukup besar. Dia bertemu dengan Jessie untuk menerima instruksi dan kemudian mulai mendekati Clython, berpura-pura mengenalnya dengan baik. Hari itu, Clython sedang berjalan di pusat perbelanjaan ketika dia melihat Lara mendekatinya. Lara dengan penuh percaya diri menyapanya, "Clython, sayang, aku baru saja selesai dengan rapat ini. Bagaimana hari mu?" Clython merasa sedikit bingung, tetapi mencoba untuk bersikap sopan. "Eh, maaf, kita belum pernah bertemu sebelumnya." Lara tersenyum. "Oh, maaf, aku lupa memperkenalkan diri. Aku Lara, pacarmu." Clython mulai merasa ada yang aneh, tapi dia mencoba mengabaikan perasaan i
Jessie, merasa kalah dalam permainan sebelumnya, memutuskan untuk mengganti strategi. Kali ini, dia berencana untuk mendekati Carlos dengan cara yang lebih halus. Mengetahui betapa dekatnya hubungan Carlos dengan Clython, Jessie berusaha memanfaatkan ini dengan membujuk Carlos untuk bekerja sama dengan rencananya. Suatu sore, Jessie mengundang Carlos untuk berbicara di sebuah kafe yang tenang. Dia tampak sangat ramah dan mengajak Carlos berbicara dengan nada yang seolah-olah penuh perhatian. "Carlos, aku tahu kamu sangat peduli dengan adikmu, Clython," kata Jessie dengan senyum licik. "Aku juga ingin yang terbaik untuk dia, tapi... aku rasa kamu mulai melihat ada yang tidak beres dengan hubungan mereka." Carlos menatapnya dengan waspada. "Apa maksudmu? Aku tidak suka kalau kamu mencoba mempengaruhi aku dengan cara ini, Jessie." Jessie tampak tidak terganggu. "Aku hanya berpikir bahwa jika kamu bekerja denganku, kita bisa membantu Clython. Terkadang, dia butuh orang yang bisa membe
Carlos, meskipun masih merasa cemas dan terpecah, semakin terjebak dalam tipu daya Jessie. Keinginan untuk mendapatkan Ashley membuatnya semakin ragu akan komitmennya kepada adiknya. Jessie, yang terus berusaha memainkan perasaannya, tahu bahwa dia mulai berhasil memengaruhi Carlos dengan cara yang halus. Setiap kali mereka bertemu, Jessie menanamkan lebih banyak keraguan dalam pikiran Carlos, memberikan alasan-alasan yang tampak logis untuk mendukung rencananya. Pada suatu malam, Jessie kembali menghubungi Carlos. Dia tahu bahwa momen ini adalah kesempatan besar untuk meyakinkan Carlos sepenuhnya. "Kamu mulai ragu, kan, Carlos?" kata Jessie dengan suara penuh keyakinan. "Aku tahu kamu sangat peduli dengan adikmu, tapi kamu juga harus memikirkan dirimu sendiri. Kamu tidak bisa terus mengorbankan perasaanmu demi Clython. Kalau kamu terus diam saja, kamu akan kehilangan Ashley selamanya." Carlos menggigit bibirnya, masih berusaha menahan perasaan bersalah. Namun, Jessie melanjutkan d
Perasaan Carlos terhadap Ashley semakin kuat, dan meskipun dia tahu bahwa bekerjasama dengan Jessie bisa berisiko, hatinya yang penuh cinta kepada Ashley membuatnya sulit untuk menahan diri. Setiap kali dia memikirkan Ashley, kenangan-kenangan manis mereka bersama muncul di pikirannya—senyuman Ashley yang tulus, tawa ringan mereka saat berbicara, dan betapa nyaman rasanya berada di dekatnya. Carlos semakin yakin bahwa dia tidak bisa membiarkan Ashley jatuh ke dalam pelukan Clython. Dia merasa dia adalah orang yang lebih tepat untuknya. Suatu malam, setelah percakapan panjang dengan Jessie, Carlos duduk sendirian di kamarnya, memikirkan semuanya. Meskipun ada suara kecil dalam dirinya yang mengatakan untuk berhenti dan mempertahankan hubungan baik dengan adiknya, perasaan cintanya terhadap Ashley lebih besar. Jessie telah berhasil meyakinkannya bahwa dia pantas mendapatkan kebahagiaan itu, dan semakin lama, semakin sulit untuk menahan godaan untuk meraihnya. Dia mengingat betapa saat
Ashley, yang tak menyangka bahwa ada sesuatu yang salah, merasa senang ketika Carlos mengajaknya keluar. Sejak awal, mereka memang sudah dekat sebagai teman, dan Ashley merasa nyaman berada di dekatnya. Meskipun dia mulai menyadari ada sedikit ketegangan antara Carlos dan Clython, dia percaya pada persahabatan mereka dan tidak curiga dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Suatu pagi, Carlos menghubunginya, menawarkan kesempatan untuk jalan-jalan bersama. "Hei, Ashley, gimana kalau kita keluar sebentar? Aku tahu kamu butuh waktu untuk dirimu sendiri, dan aku pikir ini bisa jadi momen yang bagus buat kita ngobrol," kata Carlos dengan nada yang ramah, meskipun di dalam hatinya, perasaan cemas dan rasa bersalah mulai bercampur. Ashley, yang merasa dia butuh waktu untuk beristirahat dari segala drama yang terjadi, mengangguk. "Tentu, Carlos. Aku pikir itu ide yang bagus. Aku butuh sedikit udara segar," jawabnya, tersenyum. Mereka berdua sepakat untuk bertemu di tempat yang biasa mer
Carlos berdiri diam di hadapan Ashley, mendengar suara terisak yang keluar dari bibirnya. Setiap kata yang keluar dari mulut Ashley membuat hatinya semakin teriris. Dia tahu bahwa apa yang dia lakukan adalah salah, bahwa ini bukan jalan yang benar, tetapi perasaan cinta yang besar pada Ashley membuatnya merasa terperangkap dalam keputusan yang tak bisa dia balikkan. Ashley terus memandang Carlos dengan mata penuh ketakutan dan kebingungan. "Carlos, ini gila! Kenapa kamu lakukan ini?" teriaknya, berusaha melepaskan ikatan yang menahan tangannya. "Kita teman, kenapa kamu menyakitiku seperti ini?!" Carlos menunduk, hatinya dipenuhi rasa bersalah dan penyesalan, tetapi di sisi lain, perasaan cinta yang mendalam membuatnya terus berkata, "Aku melakukannya karena aku sangat mencintaimu, Ashley. Aku tidak bisa terus menyaksikan kamu bersama Clython. Aku... aku ingin kamu bersama aku, bukan dengan dia." Ashley terdiam sejenak, bingung dan tercengang mendengar pengakuan tersebut. "Carlos...
Ashley, yang semakin terperangkap dan ketakutan, merasa tubuhnya dipenuhi dengan adrenalin dan kebingungan. Ketika Carlos mendekat dengan niat yang jelas, ingin mencium paksa dirinya, rasa marah dan ketakutan yang meluap membuatnya bertindak cepat. Dengan segenap kekuatannya, dia mendorong tubuh Carlos dengan keras, berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari genggamannya. "Apa yang kamu lakukan, Carlos?! Jauhkan tanganmu dariku!" teriak Ashley dengan keras, wajahnya penuh dengan air mata dan kemarahan. Namun, meskipun dia berusaha keras, Carlos masih terlalu dekat, dan dorongan itu malah memicu reaksi yang lebih buruk. Carlos, yang merasa dipermalukan dan marah karena ditolak begitu saja, merasa hatinya dipenuhi dengan amarah. Rasa cemas dan kebingungannya kini berubah menjadi kemarahan yang meledak-ledak. Ketidakmampuannya untuk mengendalikan perasaan dan keinginannya untuk memiliki Ashley menguasainya sepenuhnya. "Ashley, berhenti! Kamu tidak tahu apa yang aku rasakan!" teriak C
Setelah keputusan besar yang diambil oleh Carlos, hidupnya mulai bergerak ke arah yang baru. Meskipun ada perasaan kehilangan dan perpisahan, Carlos merasa ada kedamaian dalam dirinya, meskipun perjalanannya untuk menemukan kebahagiaan belum berakhir. Melihat Clython dan Ashley yang akhirnya bisa bersama dan bahagia, Carlos merasa senang untuk mereka, tetapi dia tahu, itu adalah bagian dari perjalanan hidup mereka yang berbeda dari dirinya. Clython dan Ashley menjalani hubungan mereka dengan penuh cinta dan saling mendukung. Mereka berdua merasa seperti telah melalui banyak hal bersama—dari masa sulit dengan ibu Clython hingga cobaan yang mereka hadapi saat bersama. Kini mereka dapat menikmati kebersamaan mereka, bebas dari rasa cemas dan tertekan, hidup dengan cara mereka sendiri. Clython semakin memahami bahwa ia bisa memilih jalannya sendiri, dan dengan Ashley di sisinya, dia merasa lebih kuat dan lebih siap menghadapi masa depan. Sementara itu, Carlos merasa bahwa mungkin sudah
Carlos akhirnya memutuskan untuk berbicara dengan ibu Clython, meskipun dia tahu ini bukanlah percakapan yang mudah. Dengan hati yang penuh tekad dan niat baik, dia pergi menemui ibunya di rumah keluarga Clython, bertekad untuk membuka mata wanita itu tentang bagaimana perasaannya terhadap anak-anaknya, terutama Clython. Ketika Carlos tiba di rumah, ibu Clython sedang duduk di ruang tamu, wajahnya masih tampak lelah dan cemas setelah peristiwa yang terjadi sebelumnya. Carlos berdiri di depan pintu, menarik napas dalam-dalam, dan kemudian mulai berbicara. "Ibu, saya tahu ini sulit untuk diterima, tapi saya rasa sudah waktunya kita berbicara tentang apa yang terjadi. Tentang Clython, tentang hubungan kalian, dan tentang apa yang sebenarnya terjadi di hati anak-anak kita," kata Carlos dengan nada lembut namun tegas. "Saya tahu Anda hanya ingin yang terbaik untuknya, tapi memaksakan kehendak seperti ini hanya membuatnya semakin tertekan." Ibu Clython menatapnya, terlihat sedikit terke
Setelah percakapan yang sangat emosional dan penuh ketegangan dengan ibunya, Clython merasa tidak ada lagi jalan lain selain pergi. Hatinya yang sudah terlalu lama terkekang, akhirnya meledak, dan dia mengambil keputusan besar untuk kabur dari rumah. Tanpa memberi tahu siapa pun, dia meninggalkan mansion keluarga dengan membawa sedikit barang, hanya untuk mencari kebebasan yang dia yakini akan membawanya ke kebahagiaan—bersama Ashley. Ibunya yang terkejut dan marah, tidak tahu harus berbuat apa. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Clython akan sampai sejauh ini, meninggalkan rumah tanpa memberi tahu siapa pun. Setelah beberapa jam mencoba menghubungi Clython tanpa hasil, ibu Clython merasa cemas dan panik. Dalam keadaan putus asa, dia akhirnya memutuskan untuk menelepon seseorang yang dia pikir bisa membantu—Carlos. Carlos yang baru saja menghabiskan waktu sendiri, merasa terkejut ketika mendengar telepon dari ibu Clython. Meskipun hubungan mereka pernah tegang dan penuh ketidakpas
Setelah mendengar kabar bahwa Clython berpacaran dengan Ashley, ibu Clython merasa sangat terganggu dan kecewa, merasa bahwa status sosial mereka bisa terancam karena hubungan tersebut. Ketakutannya akan dampak reputasi keluarga dan bagaimana orang lain akan melihatnya membuatnya mengambil langkah drastis. Suatu pagi, ibu Clython memanggil Ashley untuk berbicara di ruang kerjanya. Suasana terasa sangat tegang. Ketika Ashley memasuki ruangan, ibu Clython memandangnya dengan tatapan dingin. "Ashley, aku ingin berbicara denganmu tentang sesuatu yang sangat serius," kata ibu Clython dengan nada tegas. "Aku baru saja mengetahui bahwa kamu sedang menjalin hubungan dengan putraku, Clython." Ashley merasa gugup, namun berusaha tetap tenang. "Ibu, saya... saya hanya ingin yang terbaik untuk Clython. Kami berdua saling mencintai, dan saya tidak ingin ada masalah." Namun, ibu Clython tidak menunjukkan tanda-tanda memahami. Wajahnya semakin serius dan kaku. "Tidak ada tempat untukmu di sini
Clython menatap Ashley dengan serius, sebuah rencana yang sudah dia pikirkan matang-matang di benaknya. "Ashley," katanya dengan suara penuh keyakinan, "Aku merasa kita harus memberitahu ibuku. Aku ingin dia tahu bahwa kita sekarang bersama, bahwa aku berkomitmen padamu. Aku rasa ini saat yang tepat." Ashley menundukkan kepalanya sejenak, memikirkan kata-kata Clython. Dia tahu betapa pentingnya ini bagi Clython, tetapi dalam dirinya, ada perasaan ragu yang mengganjal. Mengungkapkan hubungan ini, terutama kepada ibunya yang juga majikan Ashley, terasa seperti langkah besar, dan dia merasa belum sepenuhnya siap. "Aku paham, Clython," jawab Ashley dengan suara lembut, "Tapi aku... aku belum siap. Ini semua terasa begitu cepat, dan aku merasa perlu waktu untuk benar-benar merasa nyaman dengan langkah itu." Clython terdiam sejenak, melihat ekspresi cemas di wajah Ashley. Dia tahu bahwa meskipun dia ingin segera memperkenalkan hubungan mereka, dia tidak ingin memaksakan apa pun pada Ash
Setelah ciuman itu, suasana antara Ashley dan Clython terasa begitu intens, penuh dengan perasaan yang belum pernah mereka ungkapkan sebelumnya. Namun, di tengah kehangatan pelukan mereka, Ashley merasa ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya, sesuatu yang tiba-tiba muncul. Dia menarik napas dalam-dalam, seakan ingin memastikan dirinya terlebih dahulu sebelum bertanya. Clython, yang merasakan perubahan kecil dalam sikap Ashley, melepaskan pelukan mereka perlahan dan menatapnya dengan penuh perhatian. "Ada apa, Ashley?" tanya Clython, suaranya lembut, namun penuh dengan rasa ingin tahu. Ashley menghela napas, sedikit ragu, namun dia tahu dia harus bertanya. "Clython, aku... aku ingin bertanya sesuatu. Ini mungkin terdengar aneh, tapi... siapa pacarmu sebelum aku?" matanya menatapnya dengan jujur, namun ada sedikit kecemasan di sana. Clython terdiam sejenak, tampaknya terkejut dengan pertanyaan itu. Dia mengamati wajah Ashley, dan kemudian mengangguk pelan. "Kamu tahu, sebelum kit
Setelah tawa mereka mereda, suasana di sekitar Ashley dan Clython menjadi lebih tenang. Mereka berdua duduk di sana, saling menatap, merasa seperti waktu berjalan lambat. Ada kehangatan di udara, dan meskipun mereka baru saja berbagi tawa canggung, perasaan di antara mereka semakin kuat dan lebih jelas. Clython meraih tangan Ashley, jemarinya menyentuh lembut kulitnya, menciptakan hubungan yang lebih dalam di antara mereka. Mata mereka saling bertemu, dan untuk sesaat, dunia di sekitar mereka tampak menghilang. Hanya ada mereka berdua di dalam ruang itu, perasaan yang berkembang, dan sebuah janji tak terucapkan yang menghubungkan mereka. Ashley merasakan getaran halus dalam dadanya. Ada rasa nyaman yang dia rasakan, lebih dari sekadar ketertarikan, lebih dari sekadar perasaan tak menentu yang ada sebelumnya. Ini adalah perasaan yang lebih dalam, lebih tulus, yang sudah lama dia cari tanpa benar-benar menyadarinya. Clython, yang juga merasakan hal yang sama, menarik napas dalam-da
Carlos berjalan sendirian, langkahnya berat dan perasaan yang semakin menggerogoti hatinya. Semua yang terjadi antara dia dan Ashley, meskipun terasa begitu kuat dan nyata, kini terasa seperti bayangan yang perlahan menghilang dari hidupnya. Dia merasa seperti baru saja kehilangan sesuatu yang sangat berharga, dan penyesalan itu mengalir begitu deras dalam dirinya. "Aku sudah menyia-nyiakan Ashley," bisiknya pada dirinya sendiri. "Aku terlalu sibuk dengan egoku, dengan perasaanku, tanpa melihat apa yang sebenarnya dia butuhkan." Pikirannya berlarian, meninjau kembali semua keputusan yang ia buat, setiap kata yang terucap, dan setiap perasaan yang dipendam. Carlos tahu dia telah membuat kesalahan. Meskipun cintanya pada Ashley begitu besar, dia juga tahu bahwa dalam banyak hal, dia tidak cukup sabar, tidak cukup pengertian. Dia mengingat saat-saat ketika Ashley menghindari percakapan, saat dia merasa ragu dan terluka, namun Carlos terus mengejar dan berharap semuanya bisa berjala
Setelah berbicara dengan Clython, Carlos merasa ada satu hal terakhir yang harus ia lakukan sebelum benar-benar melepaskan perasaannya. Ia tahu ia belum benar-benar menyelesaikan semuanya dengan Ashley. Ia harus meminta maaf—bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk memberi Ashley kebebasan sepenuhnya dari rasa bersalah atau tekanan apa pun. Carlos menemui Ashley di sebuah tempat yang tenang, tempat di mana mereka dulu sering berbagi cerita. Ashley terlihat terkejut melihat Carlos, tetapi dia tidak menghindar. Ada sesuatu di mata Carlos yang membuatnya merasa bahwa percakapan ini berbeda. "Ashley," Carlos memulai dengan nada lembut, "Aku hanya ingin mengatakan sesuatu sebelum aku benar-benar pergi." Ashley menatapnya, ragu-ragu, tetapi mengangguk. "Katakan, Carlos." Carlos menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Aku ingin meminta maaf. Kalau selama ini aku membuatmu merasa tertekan, merasa seolah-olah aku memaksakan perasaanku padamu, aku benar-benar menyesal. It