"Apa itu?" tanya Sadewa yang menengadah sembari mengernyit."Ini ... dokumen dan video ...," jawab sekretaris itu.Sadewa mengambil tablet yang ada di tangan sekretarisnya, lalu memutar video tersebut. Seketika, sebuah adegan muncul di depan matanya.Seorang pria asing tampan yang berambut pirang dan bermata biru berkata dengan ekspresi lesu, "Aku sangat senang karena bisa datang ke Negara Hailos. Tapi, aku nggak nyangka akan datang dengan cara seperti ini.""Aku berinvestasi pada seorang pengusaha Negara Hailos saat berada di Negara Austran. Siapa sangka, dia malah membawa kabur uangku. Hal ini sangat nggak adil untukku. Jadi, aku kemari untuk menuntutnya agar semua uangku bisa kembali," lanjut pria itu."Tuan Roger, siapa nama pengusaha Negara Hailos yang ingin Anda tuntut itu?" tanya si wartawan."Namanya Sani Lobu. Orang ini benar-benar jahat, dia menipu uangku sampai 15 triliun. Aku benar-benar nggak nyangka ada penipu sejahat ini di dunia!" jawab Roger dengan kesal.Begitu meliha
Di lantai paling atas perusahaan, Fendiana menuangkan segelas anggur untuk dirinya sendiri. Dia memegang gelas dengan satu tangannya, lalu menggoyangkannya dengan lembut.Setelah Roland pergi, tempat ini akan menjadi miliknya seorang.Fendiana mengetahui banyak hal tentang Roland. Dia tahu di mana Roland menyimpan stempel perusahaan, kontrak perusahaan, bahkan tahu berapa banyak uang yang tersisa di dalam rekening perusahaan.Fendiana memperhatikan semua ini dengan cermat. Bagaimanapun, dia sangat ingin membalas dendam kepada Yasmine.Saat ini, Fendiana benar-benar telah dibutakan oleh kebenciannya. Asalkan membantu Sadewa menjatuhkan Nicholas, dia yakin dirinya bisa membalas dendam kepada Yasmine.Tidak peduli apa pun yang terjadi, dia bertekad akan membuat Yasmine menderita.Begitu teringat akan hal ini, Fendiana pun mengepalkan tangannya dengan makin erat.Lantaran terlalu bangga dengan pencapaiannya ini, Fendiana menjadi agak lupa diri. Dia mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi
Barusan, Fendiana masih menghina sekretaris wanita itu tampak rendahan. Sekarang, justru dia yang terlihat sangat menyedihkan.Di sisi lain, Roland sudah memasuki ruang kantornya. Dia menatap Fendiana seraya tersenyum tipis dan bertanya, "Sayang, ada apa denganmu? Kenapa kamu sama sekali nggak senang saat melihatku? Demi mempersiapkan makan siang mewah untukmu, aku hampir mencari di seluruh Kota Mano. Bisa dilihat seberapa besar cintaku padamu, 'kan?""Kenapa kamu kembali? Siapa yang menyuruhmu pulang?" tanya Fendiana sembari menatap Roland dan menunjuknya dengan tidak percaya.Roland pun tertegun sejenak, lalu menjawab, "Aku tentu saja harus pulang ...."Wajah si manajer keuangan memucat saat melihat Roland. Dia mengingat jelas perintah dan perkataan Fendiana barusan. Seluruh dana perusahaan telah ditransfer ke rekening perusahaan lain. Apabila Roland menyalahkannya atas masalah ini ...."Kamu nggak seharusnya pulang! Dasar bajingan!" Fendiana terlihat seperti orang yang kehilangan ak
Sekretaris itu bergegas mengulangi perkataannya dengan muram, "Roland telah kembali, bahkan sempat berselisih dengan Fendiana. Setelah Roland kabur, dia melapor polisi. Dia bilang Fendiana ingin merampas hartanya dan mencelakainya."Ekspresi Sadewa seketika menjadi suram. Dia memaki, "Dasar wanita bodoh ...."Ketika melihat Sadewa yang murka, sekretaris itu pun menjadi sangat panik."Cepat periksa, apa dana yang ditransfer Fendiana sudah masuk ke rekening perusahaan atau belum," perintah Sadewa sembari buru-buru melambaikan tangannya."Dia sudah mengajukannya ke bank, tinggal tunggu ditransfer," jawab sekretaris itu.Begitu mendengarnya, raut wajah Sadewa berubah dan menjadi makin suram.Permohonan transfer sudah diajukan, yang berarti uang sudah berada di tangan pihak bank. Apabila Fendiana sudah menyerahkan nomor rekening Ventura Capital Finance, uang itu seharusnya akan segera ditransfer.Jika dana dari perusahaan asing tiba-tiba masuk ke rekening Ventura Capital Finance, hal ini te
"Oke." Tenato hanya bisa menyetujuinya. Lagi pula, dia juga mempertimbangkan investasi Kota Mano.Setelah mengakhiri panggilannya, Sadewa menggebrak meja dengan kesal. Dia bergegas menghubungi seseorang dan memerintah, "Cari Fendiana dan bunuh dia!""Baik," ujar orang itu untuk menyetujuinya.Selesai berbicara, Sadewa menutup teleponnya. Dia yang masih merasa kesal segera menyalakan komputer untuk membaca berita.Kini, judul berita di Kota Mano telah menjadi sangat menakutkan.[ Pengusaha Asing Dicelakai di Kota Mano. Masalah Ini Mungkin Melibatkan Ventura Capital Finance. ]Begitu melihat judul ini, Sadewa ingin sekali membanting komputer yang ada di depannya.Masalah ini tidak sesederhana yang terlihat. Pasti ada dalang di balik semua ini. Kemungkinan besar, orang itu adalah Nicholas.Setelah mengeklik berita itu, terlihat Roland yang berbaring di ranjang pasien sedang memegang luka di dadanya sembari berkata dengan marah, "Aku benar-benar kesal. Aku nggak nyangka akan ada kejadian s
"Pak Sadewa, kamu yakin tidak sedang berbohong?" tanya wartawan wanita dari Harian Mano lagi.Sadewa menjawab dengan murung, "Aku sama sekali tidak berbohong!""Aku memiliki beberapa foto saat Nona Fendiana masuk ke gedung Ventura Capital Finance pagi ini. Masih ada video yang bisa membuktikan Nona Fendiana masuk ke ruang kantormu. Bagaimana kamu akan menjelaskannya?" Wartawan dari Harian Mano hanya bertanya dengan lirih, tetapi membuat semua orang geger.Situasi macam apa ini? Fendiana datang ke gedung Ventura Capital Finance pagi ini, bahkan masuk ke ruang kantor Sadewa?Saat ini, ekspresi seluruh wartawan di bawah seketika berubah. Semuanya menatap Sadewa dengan terkejut. Jika benar seperti itu, hal ini akan sangat mengejutkan. Dengan kata lain, Sadewa akan sulit untuk melepaskan diri dari masalah ini.Raut wajah Sadewa menjadi makin muram. Dia tidak menduga ada orang yang membuntuti Fendiana, bahkan berhasil mendapatkan rekaman kamera pengawas perusahaan.Di sisi lain, wajah Tenato
"Kamu ...," ujar Tenato dengan murka."Sebaiknya, kamu bantu aku pikirkan cara untuk melawan Nicholas. Takutnya, posisimu sebagai Ketua Asosiasi Bisnis nggak akan aman." Sadewa melanjutkan sembari tersenyum sinis, "Uang itu masih di bank. Kalau nggak bisa diambil, hal ini akan sangat berbahaya bagiku ...."Tenato menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya, "Apa maumu?""Kita bahas lagi nanti setelah uangnya diambil," jawab Sadewa dengan tidak acuh.Tenato kesal hingga sekujur tubuhnya gemetaran. Kemudian, dia berbalik dan keluar dari ruang kantor Sadewa.Setelah Tenato pergi, raut wajah Sadewa pun menjadi sangat suram.Langkah yang diambil Nicholas ini memang sangat cerdik. Namun, seperti yang dikatakan Sadewa barusan, masalah ini tidak akan berdampak besar pada Ventura Capital Finance. Bagaimanapun, Ventura Capital Finance adalah label sekaligus perusahaan terkemuka di Kota Mano.Kring kring kring ....Ponsel Sadewa tiba-tiba berdering saat ini.Sadewa buru-buru menjawabnya. Kemudian, t
"Philip, kamu tahu aku nggak punya pilihan lain ...," ujar Sani dengan mata yang agak memerah. Dia terus menatap Philip sambil meneruskan, "Orang itu sudah datang ke Kota Mano untuk mencariku. Apa yang bisa kulakukan sekarang?"Philip menatap Sani, lalu meletakkan satu tangannya di atas meja."Philip, kita sudah saling kenal 7 tahun, 'kan?" tanya Sani seraya menatap Philip dengan sorot mata yang menjadi agak dingin.Mendengar ini, Philip menggertakkan giginya sembari membalas, "Baiklah, aku akan mengikutimu.""Cepat bereskan barang-barangmu. Kita harus mengambil langkah tak terduga supaya nggak ketahuan," kata Sani sambil mengangguk dan berdiri. Dia segera berkemas di ruang kantornya dan mengambil semua barang yang diperlukan. Kemudian, dia buru-buru berjalan ke luar.Tidak berselang lama, keduanya sudah tiba di lantai bawah. Mereka masuk ke mobil dan bergegas meninggalkan Kota Mano.Melihat ini, Bella yang berada dalam kantor membuka sedikit tirai jendelanya dan melihat mobil itu mela
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,