Delapan petugas keamanan bergegas menuju pintu kamar mandi. Cepat, mereka menahan Sani Lobu yang juga mendekat."Minggir, biarkan aku masuk!" Sani berteriak histeris. "Aku mau masuk membunuh laki-laki itu! Aku tahu kamu di dalam, keluar sekarang! Sekarang juga! Cepat!""Maaf, Pak, tolong jangan berteriak di sini ...." Petugas-petugas keamanan itu merasa sesuatu yang buruk akan terjadi."Jangan berteriak? Apa maksudmu? Kamu nggak tahu siapa yang ada di dalam sama? Cewek itu pacarku. Dia sengaja membiusku, tapi kalian masih melarangku berteriak? Menyingkir atau kubunuh kamu!" Sani berteriak histeris."Pak Sani, tolong jangan berisik ....""Kenapa kamu menyuruhku jangan berisik? Cepat suruh orang itu keluar!" Sani terus berteriak keras, mendorong semua petugas keamanan lalu bergegas masuk ke dalam kamar mandi."Pak Sani, sepertinya reaksi Anda terlalu berlebihan." Suara samar Nicholas terdengar."Nicholas ...." Sani menggertakkan giginya. Tatapan tajamnya tertuju pada Nicholas. "Kamu pela
"Aku nggak melakukannya!" balas Nicholas dingin."Bukan kamu, katamu?" Sani terus menunjuk Nicholas. "Apa buktinya?"Nicholas melangkah maju dan menyengir. "Panggil semua orang di dalam dan interogasi mereka di tempat. Bukankah itu cukup?""Betul, cepat, panggil semua orang di dalam, aku ingin menginterogasi mereka secara langsung!" ucap Sani dengan suara lantang.Sani cukup yakin dengan hal ini. Ini adalah rencana ulungnya dan Fendi untuk melawan Yasmine. Walau sebenarnya dia tidak tahu mengapa rencananya berubah menjadi seperti ini. Sani seratus persen yakin, saat Fendi diinterogasi, Roland dan Fendi akan mendukungnya."Betul, panggil orang itu dan tanya, apakah minumannya benar dicampuri obat ....""Betul, panggil dia sekarang ...."Wallace memandang pintu kamar mandi dengan wajah cemberut. "Pak Roland, saya harap Anda bisa menjelaskan ...."Dari dalam kamar mandi suara lirih terdengar."Pak Roland!" Wajah Wallace berubah mendung."Pak Wallace ... saya minta maaf sekali ...." Suara
Wallace memandang wajah Nicholas, lalu menghela napas pelan. "Nicholas, aku tahu kamu punya keinginan kuat untuk membalas dendam. Aku juga tahu ini disebabkan oleh kondisimu, tapi satu hal yang pasti, ini Kota Mano, kamu harus patuh pada peraturan di sini!"Nicholas memasang tampang dingin.Melihat perubahan ekspresi Nicholas, Wallace pun semakin kesal. Namun ketika dirinya teringat akan Yona, dia pun berkata lembut, "Nicholas, saat aku menahanmu pun, aku nggak akan menyakitimu. Ini kesempatanmu untuk membela diri!"Nicholas tersenyum. "Pak Wallace, aku sarankan Bapak lebih baik tidak mengerti isi pikiranku, lebih baik dengar pengakuan orang di dalam sana terlebih dahulu ....""Nggak perlu! Jangan pedulikan omongan mereka!" Wallace mengangkat tangannya lalu memberi sinyal. "Cepat kemari, kendalikan mereka semua!"Deritan pintu kamar mandi menyela percakapan mereka.Roland keluar dari kamar mandi dengan baju kusut tak beraturan. Ada bekas darah di tubuhnya dan lebam di pipinya. "Pak Wal
"Apa katamu?" Ekspresi Sani berubah drastis. Tiba-tiba dia terjatuh ke lantai.Raisa pun malu setengah mati. Dia bergegas menunduk dan mengunci rapat mulutnya.Raut wajah semua orang seketika berubah. Tanpa sadar mereka melangkah mundur. Berniat memberi jarak sejauh mungkin dari wanita bernama Fendi itu."Bagaimana mungkin ...." Sani bergumam dengan suara pelan, dirinya hampir pingsan.Wallace pun tampak tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya bisa menarik napas dalam-dalam."Pak Wallace, apakah Bapak tetap bersikeras menahanku?" Nicholas mengernyitkan dahi, menatap tajam Wallace.Raut wajah Wallace seketika berubah. Dia memaksakan sebuah senyuman. "Nicholas, aku nggak menyangka ini ternyata sebuah kesalahpahaman ....""Sudah kubilang, masalah ini nggak ada hubungannya denganku, tapi Bapak terus bersikeras ingin menahanku! Sepertinya Bapak sudah mulai berumur dan terlalu lama duduk posisi sekarang ini. Sampai-sampai nggak tahu bedanya salah dan benar ...." Nicholas tersenyum, lalu berb
Nicholas menoleh ke arah Yasmine. "Kamu benar-benar mengira aku tidak melakukan apa pun selama beberapa tahun ini?"Untuk sesaat, Yasmine terkesiap. Matanya berbalik memandang Nicholas. Dia tidak tahu berapa kali dia menanyakan pertanyaan ini. Jawaban Nicholas selalu sama. Awalnya dia mengira Nicholas hanya memanfaatkan hati murninya untuk melawan Keluarga Winata, tapi sekarang tindakan laki-laki itu membuatnya sedikit bingung.Bocah ini tidak mudah ditebak."Apa yang terjadi?" tanya Yasmine.Nicholas mengatupkan bibirnya sambil tersenyum. "Ini sebetulnya sebuah rahasia ... kalau kamu mau tahu, aku bisa memberitahumu, tapi ini bukan saatnya!""Oke!" Yasmine mengangguk pelan.Mobil Nicholas melaju hingga keluar parkiran. Dia menginjak rem ketika mendapati sebuah mobil berhenti di depannya, menghalangi jalan keluarnya. Ekspresinya seketika berubah gelap.Sadewa menurunkan kaca mobilnya dan menatap Nicholas. "Tuan, aku nggak menyangka kemampuanmu bagus juga!""Kamu takut?" tanya Nicholas
Ini pertama kali Nicholas kembali menghubungi Karen setelah perempuan itu pergi.Di sebuah desa kecil di kaki gunung jauh di luar Kota Mano, ponsel jadul milik seseorang berdering.Wajah Karen dipenuhi perban. Air matanya seketika mengalir ketika mendengar suara dering yang sudah tidak asing lagi di telinganya itu. Nomor yang juga tidak asing. Si penelepon yang juga dia kenal betul meneleponnya.Karen memberanikan diri mengangkat panggilan itu.Air mata Karen mengalir deras. Namun, tepat sebelum panggilannya tersambung, layar ponselnya mendadak hitam."Kamu sedang apa? Kenapa lambat bersiap-siap? Orang-orang sebentar lagi datang memberi hadiah untukmu. Lihat seperti apa dirimu sekarang?" Nada tidak senang itu terdengar dari luar pintu."Sebentar!" Karen cepat mengangguk, lalu menaruh kembali ponselnya."Aku nggak tahu kejahatan apa yang kulakukan di kehidupan yang lalu. Sampai-sampai di hidup ini ada orang sebodoh kamu yang menempel padaku."Pintu kayu berderit terbuka. Seorang perempu
"Jangan? Jangan?! Tongkat di tangan Clara tak henti-hentinya mengayun ke tubuh Karen sampai perempuan itu gemetaran dari ujung kaki hingga ujung rambut. Meski demikian, Clara terus memukulnya tanpa ampun. "Kamu berani menolak? Apa gunanya memegang ponsel rusakmu itu? Harga diri saja nggak punya, tapi masih bisa mempertahankan ponselmu?"Karen meringkuk di pojok ruangan. Tidak berani melawan sedikit pun. Dia hanya bisa terisak pelan.Dengan napas tersengal-sengal dan energi setengah terkuras, Clara pun melepaskan tongkat di tangannya. "Mati segan hidup tak mau. Orang sepertimu sebaiknya cepat pergi dan jangan terlihat dalam pandanganku lagi. Aku muak melihatmu!""Benar, usir saja dia! Sudah mempermalukan kita, tidak ada gunanya pula! Martabat keluarga kita sudah tercoreng karena dia berkeliaran menggoda laki-laki asing. Habis sudah nama baik keluarga kita karenanya. Cepat, usir dia pergi saja!" Ivana di sisi berceloteh sambil memandang jijik Karen. "Dia kira menghapus riasan boroknya it
Keesokan paginya, Nicholas melangkah keluar kamar menuruni anak tangga seusai menyiapkan diri. Tanpa menunda-nunda, dia mengemudikan mobilnya langsung menuju taman di pinggir danau. Selama perjalanan, Nicholas terus mencoba menghubungi N2, hanya untuk mendapati ponselnya tidak ada sinyal. Rasa khawatir sedikit menggelitikinya. Meski demikian, dia percaya kemampuan N2, Karen seharusnya akan baik-baik saja.Saat berjalan memasuki rumah Tuan Kevin Shen, Nicholas melihat ada Steve dan Jenny di sana. Keduanya tengah melakukan pemeriksaan terakhir."Nicholas, kamu hebat sekali. Metodemu berhasil meningkatkan kondisi pasien secara drastis!" Jenny memandang Nicholas terpukau. "Sejak kemarin, penyakitnya tiba-tiba lenyap! Aku sampai terkejut!"Nicholas tersenyum, lalu menaruh punggung tangannya di kening Tuan Kevin. "Bagaimana kondisimu sekarang?""Jauh membaik!" balas Tuan Kevin sedikit pelan.Safira menangis terharu mendengar percakapan ini. Dia cepat-cepat meraih tangan Nicholas, "Nicholas,
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,