"Oh?" Mata Nicholas berkedip cepat. "Apa yang dia lakukan?""Anak buah Sadewa belum lama ini mendapat kabar tentang pasar batu giok di Kota Mano. Bahkan tentang Godric Limawan. Sebagian besar dana mereka seharusnya sudah dituangkan ke pasar batu giok ...," balas Yasmine.Nicholas menggertakkan gigi. Tangannya terkepal erat. "Dia mau beradu denganku?""Sepertinya dia ingin memberi kita pelajaran!" seru Yasmine."Nggak apa-apa, kamu jangan mengkhawatirkannya!" jawab Nicholas lembut."Oke ... toko kita sudah direnovasi. Kalau kamu ada waktu, tolong pastikan waktu pembukaan toko batu giok. Aku sudah menghubungi Tuan Kevin Shen beberapa hari lalu. Yang beliau inginkan adalah partisipasi kita dalam kompetisi mengukir batu giok yang akan diadakan seminggu lagi. Kita pasti bisa mencari nama di sana!" kata Yasmine."Oke, minggu depan aku akan mengikutinya. Aku ingin melihat, apakah Sadewa juga mengikutinya!" Nicholas cepat mengangguk."Ada satu lagi yang ingin kusampaikan tentang sahabatmu, San
Nicholas memandang Bella dengan tatapan dingin. "Tunggu kabar dariku ....""Nicholas ...," panggil Bella.Nicholas mengernyitkan dahi."Maaf!" Bella menarik napas dalam-dalam. Air matanya tampak menggenang. "Masalah itu memang salahku ...."Nicholas bergeming sesaat, menatap Bella dengan perasaan bercampur aduk. "Kamu pulang jangan lupa mandi dan tidur yang nyenyak."Sekujur tubuh Bella seketika bergetar.Nicholas menutup pintu lalu kembali ke kamarnya. Sesudah itu, dia menghubungi Yasmine."Pendanaan awal dari pemodal untuk Roland sudah turun. Akhir-akhir ini Roland sedang bernegosiasi dengan Grup Sunrise tentang tanah di pedesaan. Kalau nggak ada masalah, kontraknya akan ditandatangani dalam beberapa hari ke depan ...." Seusai menjelaskan, Yasmine bertanya ragu, "Nicholas, apa kali ini akan berhasil? Sadewa bukan orang yang bisa ditangani orang-orang biasa!""Nggak masalah! Bagaimana dengan toko batu gioknya?" tanya Nicholas balik."Tuan Kevin bilang kita bisa membukanya dalam empat
“Om, apa yang Om lakukan?” teriak Karen, meringkuk di sudut dengan ketakutan, melihat hal itu dengan ngeri.Hadiman sudah naik ke tempat tidur, berkata dengan seringai di wajahnya, “Jojo, Om nggak menyangka kamu begitu cantik.”“Ah .... Jangan ke sini!” teriak Karen, berteriak mati-matian dan ketakutan.“Kamu masih berani berteriak?” Wajah Hadiman terlihat geram. Dia tidak menyangka Karen yang biasanya penakut akan melawan begitu keras. Dia buru-buru menampar Karen dan berkata, “Siapa yang menyuruhmu berteriak? Siapa yang menyuruhmu berteriak?”“Plak!”Karen ditampar sampai hampir pingsan. Dia memeluk tubuhnya erat-erat dengan ketakutan, dan air mata mengalir turun.“Dasar, cari mati! Kamu mau jadi wanita kuat di depanku? Jangan kira aku nggak tahu. Setelah kamu pulang beberapa hari ini, aku sudah tahu. Kamu itu sama dengan mamamu waktu itu. Kamu pikir aku nggak bisa melihatnya?” Hadiman mencengkeram pergelangan tangan Karen, menarik wanita itu dan merobek bajunya. “Aku harus mencicipi
“Apa yang kamu lakukan?” Raut muka Lintang seketika berubah drastis. “Pa, ada yang masuk ke dalam rumah!”N2 tidak peduli. Dia mendobrak pintu, kebetulan melihat Hadiman merobek baju Karen.“Kamu cari mati!” teriak N2, menggertakkan giginya, dan bergegas menghampiri pria itu.Hadiman menoleh dan melihat N2 dengan kaget, “Siapa kamu?”N2 menendang selangkangan Hadiman, langsung mengenai bagian itu, menjambak rambut pria itu dengan satu tangan, dan memukulkannya kepala pria itu ke kusen pintu.“Non Karen!” N2 tidak memedulikan Hadiman dan segera melihat Karen.Setelah melihat wanita itu, N2 merasa dirinya ingin meledak karena marah.Karen memiliki luka di sekujur tubuhnya. Ada darah yang membeku menjadi koreng, yang tampak mengerikan. Terutama punggung tangannya yang sudah terluka parah.“Kamu ….”“N2...” Karen mengenali N2, terisak, dan mengulurkan tangannya untuk meraih lengan baju pria itu.“Jangan khawatir ....” Mata N2 memerah.“Kamu cari mati ....” Hadiman sudah bangun dari lantai.
“Jangan!” teriak Karen, bergegas keluar dari ruangan.Lukman mengangkat kepalanya dan menatap Karen dengan ekspresi galak, “Berhenti! Jangan bergerak! Kalau kamu bergerak, aku akan membunuhmu sekarang juga!”Karen bergidik. “Karen, apa yang kamu lakukan? Lukman sudah berkata begitu dan kamu masih berani bergerak? Apa kamu mau membuat kami terbunuh?” Ivana juga menangis ketakutan. Wajahnya pucat.Lukman meletakkan pistolnya di atas kepala N2, lalu berkata dengan ekspresi puas di wajahnya, “Siapa orang ini? Beraninya dia datang dan membuat ulah di Desa Mandani? Bahkan berani menculik menantuku?”“Dia pasti ...,” kata Hadiman.“Guru Karen di kota!” ujar Clara, baru sadar. Lalu menarik Hadiman dengan panik. “Karen pasti memberi tahu gurunya. Kalau nggak, kenapa orang ini bisa muncul di sini? Kamu tahu sendiri, orang-orang di kota itu berbahaya. Terlalu licik. Mungkin dia ingin kembali ke kota untuk sekolah!”“Kembali ke kota untuk sekolah?” Ekspresi di wajah Lukman berubah. “Apa gunanya s
“Ini semua dokumen yang perlu kamu lihat untuk pameran batu giok ini. Kamu harus memahaminya terlebih dahulu!” Yasmine duduk di kursi pengemudi dan menyalakan mobil.Nicholas melihat-lihat dokumen itu sebentar. Dia kurang lebih sudah paham.“Kali ini, selain perhiasan dari beberapa merek yang sudah besar, Sadewa Quail juga membeli koleksi perhiasan lain seperti dari Mondial Jewelry oleh Mario Januar. Nasib Godric sangat baik, bisa mendapatkan kepercayaan dari Sadewa. Dia bahkan membantu Sadewa dan bertanggung jawab atas semua ini!” kata Yasmine pada Nicholas sambil menyetir.“Oh?” Nicholas masih ingat pria bernama Godric Limawan itu, tetapi dia tidak menyangka pria itu ternyata begitu beruntung.“Untuk pameran kali ini, kebanyakan juga Godric yang turun tangan. Dengar-dengar, Master Ludwig datang membawa kerajinan-kerajinan yang baru dia ukir akhir-akhir ini. Dia berharap bisa memenangkan juara pertama!” Jasmine melirik Nicholas dan berkata dengan agak serius, “Kita harus berhati-hati
Nicholas membeku di tempat. Tangan dan kakinya dingin, dan wajahnya seketika memerah. Dia berkata, “Bagaimana mungkin? Karen belum lulus kuliah. Mengapa dia mau menikah? Dia menikah dengan siapa?” “Aku ....” Yasmine berkata, “Entahlah. Sepertinya ada preman di desa mereka yang memaksa Karen untuk ....”Ketika mendengar hal itu, raut muka Nicholas langsung berubah masam. Dia berbalik badan dan turun ke bawah.“Nicholas, kamu mau ke sana sekarang?” tanya Yasmine di belakang.Nicholas menghentikan langkahnya, mengepalkan tinjunya dan berkata, “Aku harus pergi! Aku serahkan urusan di sini padamu. Aku yakin kamu nggak akan mengecewakanku!” “Oke!” Yasmine mengangguk.Nicholas melangkah turun. Wajahnya menjadi semakin pucat. Ketika berjalan keluar dari gedung pameran, dia sudah mengeluarkan ponselnya dan menelepon Peter, “Aku ingin sebanyak mungkin orang ikut aku ke Desa Mandani.”“Oke, bantuan akan segera datang!” Mendengar suara panik Nicholas, Peter tahu sesuatu yang besar telah terjadi.
“Bagaimana persiapannya? Keluarga Lukman sudah datang!” teriak Hadiman dengan tidak sabar.“Sudah mau selesai. Kenapa mendesak seperti itu!” kata Ivana, juga dengan tidak sabar, lalu membuka pintu.Di dalam kamar, Karen sedang duduk berbalutkan gaun pengantin putih. Tatapannya kosong. Dia melihat dirinya di cermin dengan air mata menggenang di rongga matanya.“Jangan buang-buang waktu. Mereka akan segera datang,” maki Hadiman.Bruk! Pintu gerbang rumah keluarga Januar ditendang oleh Samuel dari luar.Setelah jas yang dipakai Samuel berantakan. Dia tampak seperti gelandangan. Begitu masuk, dia memaki, “Di mana semuanya? Semuanya mati? Cepat keluar!”Hadiman tersenyum kaku dan berkata, “Ini kan Karen-nya lagi dirias wajahnya ….”“Rias wajah apanya!” kata Samuel. Dia sudah memasuki ruangan, dan ketika dia melihat Karen duduk di bangku, matanya berbinar.Karen mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi dalam beberapa hari terakhir. Meskipun kulitnya agak kusam, tapi kecantikannya masih me
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,