Nicholas membeku di tempat. Tangan dan kakinya dingin, dan wajahnya seketika memerah. Dia berkata, “Bagaimana mungkin? Karen belum lulus kuliah. Mengapa dia mau menikah? Dia menikah dengan siapa?” “Aku ....” Yasmine berkata, “Entahlah. Sepertinya ada preman di desa mereka yang memaksa Karen untuk ....”Ketika mendengar hal itu, raut muka Nicholas langsung berubah masam. Dia berbalik badan dan turun ke bawah.“Nicholas, kamu mau ke sana sekarang?” tanya Yasmine di belakang.Nicholas menghentikan langkahnya, mengepalkan tinjunya dan berkata, “Aku harus pergi! Aku serahkan urusan di sini padamu. Aku yakin kamu nggak akan mengecewakanku!” “Oke!” Yasmine mengangguk.Nicholas melangkah turun. Wajahnya menjadi semakin pucat. Ketika berjalan keluar dari gedung pameran, dia sudah mengeluarkan ponselnya dan menelepon Peter, “Aku ingin sebanyak mungkin orang ikut aku ke Desa Mandani.”“Oke, bantuan akan segera datang!” Mendengar suara panik Nicholas, Peter tahu sesuatu yang besar telah terjadi.
“Bagaimana persiapannya? Keluarga Lukman sudah datang!” teriak Hadiman dengan tidak sabar.“Sudah mau selesai. Kenapa mendesak seperti itu!” kata Ivana, juga dengan tidak sabar, lalu membuka pintu.Di dalam kamar, Karen sedang duduk berbalutkan gaun pengantin putih. Tatapannya kosong. Dia melihat dirinya di cermin dengan air mata menggenang di rongga matanya.“Jangan buang-buang waktu. Mereka akan segera datang,” maki Hadiman.Bruk! Pintu gerbang rumah keluarga Januar ditendang oleh Samuel dari luar.Setelah jas yang dipakai Samuel berantakan. Dia tampak seperti gelandangan. Begitu masuk, dia memaki, “Di mana semuanya? Semuanya mati? Cepat keluar!”Hadiman tersenyum kaku dan berkata, “Ini kan Karen-nya lagi dirias wajahnya ….”“Rias wajah apanya!” kata Samuel. Dia sudah memasuki ruangan, dan ketika dia melihat Karen duduk di bangku, matanya berbinar.Karen mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi dalam beberapa hari terakhir. Meskipun kulitnya agak kusam, tapi kecantikannya masih me
Karen gemetaran mendengarnya. Dia tidak bisa menahan air matanya lagi. “Kita sudah sepakat sebelumnya. Aku mau membayar uang itu ke orang.”“Apa? Uang itu milikku!” ujar Hadiman, lalu cepat-cepat mengambil semua uang itu.Karen merasa pusing.Kenapa jadi seperti ini?Jelas-jelas dia yang meminta uang itu. Dia ingin mengembalikannya pada Nicholas. Mengapa mereka bersikap seperti ini?“Cepat simpan!” ujar Clara di samping.Karen berkata sambil menangis, “Tante, jika kalian seperti ini, aku nggak mau menikah!”“Nggak mau menikah?” Clara terkejut.“Nggak mau menikah?” Samuel juga melebarkan matanya. Dia tampak kesal. “Kalau kamu bilang nggak mau menikah, jadinya nggak jadi menikah, gitu? Aku sudah datang, kamu masih berani nggak mau menikah? Kamu sedang bercanda? Sialan. Kamu harus ikut denganku. Kalaupun kamu harus mati hari ini, kamu harus mati di rumah keluarga Hartono.”Setelah mengatakan itu, Samuel menjambak rambut Karen dan menyeretnya keluar ruangan.“Ah...” Karen menjerit.“Iya, s
“Berhenti! Hentikan mobilnya.”Dua orang memblokir pintu masuk desa dengan kayu. Mereka memegang tongkat di tangan dan menunjuk ke arah Zeffrey.Zeffrey tersenyum kejam dan berkata, “Sialan, berani-beraninya main denganku. Ini bukan apa-apanya bagiku.”Setelah mengatakan itu, dia menginjak pedal gas dan mobilnya menabrak palang kayu itu dengan cepat.“Hentikan ….”Zeffrey sama sekali tidak berniat untuk menghentikan mobil, langsung menabrak palang kayu itu, dan mobilnya pun melaju ke dalam desa.“Teman-teman, sudah berapa lama kalian nggak beraksi? Semua orang ikut. Kita mau masuk dan lihat ke dalam hari ini, lalu buat keributan besar.” Zeffrey tertawa keras. Mobil mereka sudah melaju masuk.“Mobil dari mana itu?”“Kenapa ngebut sekali?”“Orang mana sih yang buta, nggak lihat keluarga Pak Lukman lagi melamar menantu? Mereka masih berani bawa mobil masuk ke sini?”Orang-orang melihat mobil itu melaju cepat ke dalam desa, sampai akhirnya tiba di halaman rumah keluarga Lukman.“Siapa?”“S
Pistol buatan sendiri seperti ini pengerjaannya sangat kasar. Satu-satunya keunggulannya adalah senjata ini sangat kuat.Lukman tiba-tiba menembak di saat seperti ini, membuat semua orang di sekitar mundur ketakutan.Zeffrey memang sudah datang mengarahkan pisau ke arahnya dan pria itu sangat fokus. Ketika Lukman mengangkat tangannya, Zeffrey sudah berguling dan mencapai kaki Samuel. Namun, bagaimanapun juga, tembakan pistol jauh lebih cepat daripada gerakan Zeffrey.Meskipun Zeffrey sudah menghindar ke tanah, tapi bahunya tetap tertembak dan banyak darah mengalir keluar.“Kak Zeffrey!”“Kak Zeffrey!”“Bunuh mereka semua!” Mata Zeffrey memelotot dan merah. Dia meraih pergelangan kaki Samuel dengan satu tangan, menarik Samuel sampai terjatuh ke tanah.Kalau Lukman mau mengisi peluru saat ini, sama sekali tidak ada waktu. Dia hanya bisa berteriak keras, “Bunuh semua orang ini. Kalau sampai mereka mati, aku yang akan bertanggung jawab. Bunuh mereka!”Sekitar tujuh atau delapan orang langs
Pada saat ini, Samuel bergegas keluar dari rumah, “Pa, Om Andre minta Papa ngomong di telepon.”Lukman membeku sesaat, lalu menjawab telepon itu sambil mengisi amunisi dengan gemetaran, “Kak Andre, ada orang yang datang ke Desa Mandani untuk mencari masalah. Aku akan membunuh mereka. Tolong beri aku bantuan sedikit.”“Coba beri tahu aku, siapa yang ke sana?” teriak Andre dengan kesal dari seberang telepon.Lukman bergidik dan menjawab, “Dia bilang namanya Zeffrey. Dia mau membawa calon menantuku pergi.”“Zeffrey? Karen?” Suara Andre sangat dingin. “Sebaiknya kamu berlutut di tanah dan memohon belas kasihan. Gali lubang kuburmu sendiri, lalu berbaring di dalamnya! Sebaiknya jangan sampai membuatku terlibat! Kamu sendiri yang cari mati, jangan salahkan aku.”“Kak Andre…” Lukman membeku.Andre sudah menutup telepon.Samuel juga tercengang, “Pa, ada apa dengan Om Andre?”Ekspresi Lukman berubah. Dia menelan ludah dan berkata, “Kita mungkin sudah berurusan dengan orang yang salah!”Samuel j
Ekspresi Zeffrey berubah drastis, dengan cepat meraih pisau itu dengan satu tangan.Namun, pisau itu tetap menembus perut Jeffrey setelah melukai jari-jarinya. Meskipun lukanya tidak terlalu dalam, tapi luka itu membuat kondisi Zeffrey semakin lemah.Banyak penduduk desa juga bergegas maju untuk memukuli Zeffrey dan anak-anak buahnya.“Kalian akan mati. Kalau aku, Zeffrey, mati, kalian semua akan ikut mati bersamaku!” kata Zeffrey dengan galak. Wajahnya berlumuran darah.“Siapa yang berani membunuhku?” teriak Samuel, mencabut pisaunya, dan menikam Zeffrey lagi dengan sekuat tenaga.Tusukan kali ini sangat ekstrim. Zeffrey pasti akan mati.“Siapa yang berani membunuhku?” Samuel sudah gila. Dia mendorong pisau itu lebih dalam.Bruk!Pada saat ini, pintu halaman luar tiba-tiba ditabrak sampai terbuka.Para penduduk desa masih mengejar dan memukuli anak-anak buah Zeffrey. Namun, ketika tembok halaman tiba-tiba ditabrak sampai roboh, mereka langsung melangkah mundur dengan ketakutan.Dua mo
Buk! Darah mengucur turun, sudah menutupi pipi Lukman dan membuatnya tidak bisa membuka mata.“Jangan ….”“Matilah kamu!” Nicholas menjambak rambut pria itu dan membenturkan kepalanya ke dinding lagi.Setelah dibenturkan tujuh atau delapan kali berturut-turut, tubuh Lukman sudah lemas.“Jangan pukul ... jangan pukul aku. Aku kenal orang yang sangat hebat,” mohon Lukman dengan gemetaran, lalu ambruk ke tanah.“Seberapa hebat orang yang kamu kenal?” Suara Nicholas dingin.“Aku ....”Sebelum Lukman selesai berbicara, Nicholas mengangkat kakinya dan menendang dada pria itu. “Seberapa hebat pun orang yang kamu kenal, dia juga nggak akan bisa menyelamatkanmu hari ini!”“Ah….” Lukman menjerit kesakitan, berguling-guling di tanah. Akhirnya dia tahu apa maksud dari perkataan Zeffrey! Pria di depannya ini benar-benar kejam, tampaknya sama sekali tidak ada keinginan untuk membiarkannya hidup.“Ngomong, dong? Bukannya kamu bilang kamu mengenal seseorang yang sangat hebat? Siapa?” Nicholas mengangk
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,