Share

Bab 7

Author: Just_K
last update Last Updated: 2024-06-18 15:05:49

"Jaga bicaramu! Dia tamu keluarga Bianchi! Beraninya wanita sepertimu menghina tamuku!" seru Sophia.

"Masalahnya aku melihat wanita ini keluar dari kamar suamiku! Apa seorang tamu bisa seenaknya keluar masuk ke dalam kamar seorang pria yang sudah bersuami?! Di saat istrinya sedang tidak ada di sana?" seru Gia, tatapan tajamnya tidak lepas dari Helena.

Sophia melirik ke arah Marco dan Helena secara bergantian.

"Itu tidak benar! Kau terlalu berlebihan, Gia! Apa kau punya bukti kalau Helena masuk ke dalam kamarku?" ucap Marco mencoba membela diri.

Gia terdiam, menatap Marco dengan sorot mata yang tidak percaya. Bibirnya bergetar, seolah ingin mengatakan sesuatu namun tertahan.

"Sudah pergi sana! Ada banyak pekerjaan di dapur! Pagi-pagi sudah berisik!" gerutu Sophia sambil melambaikan tangannya, menyuruh Gia pergi.

Gia tidak langsung beranjak, masih menatap Marco dengan tatapan tajam, seolah ingin mencari kebenaran di balik matanya. Namun, Marco hanya menghindari tatapannya, mencoba untuk terlihat tenang meski wajahnya menunjukkan sedikit kegugupan. Helaan napas panjang terdengar, Gia mencoba mengendalikan emosinya. Dengan perasaan enggan, dia berbalik dan berjalan keluar dari kamar, meninggalkan Marco, Helena, dan Sophia di belakangnya.

Sophia melirik ke arah Marco sekilas, lalu mengedipkan sebelah matanya pada Marco, memberikan isyarat yang tidak terucapkan namun jelas bagi mereka berdua. Marco hanya mengangguk kecil, berusaha untuk tidak menunjukkan terlalu banyak emosi.

"Kalian berdua, harus lebih berhati-hati. Aku tidak ingin, wanita jal*ng itu, berbuat sesuatu yang bisa merusak rencana pernikahan kalian berdua, mengerti?" 

Marco dan Helena, mengangguk bersamaan.

"Apakah kau sudah menghubungi ayahmu? Apa ada masalah yang membuat ayahmu tak kunjung menandatangani proposalnya?" tanya Sophia.

Helena menggeleng. "Aku akan meyakinkan ayah untuk segera menandatanganinya," jawab Helena.

Sophia mengangguk sambil tersenyum lalu pergi, meninggalkan Marco dan Helena. Helena menghela napas panjang, wajahnya berubah menjadi masam. 

"Cih, tidak kusangka wanita rendahan itu berani membentakku!" protesnya sambil merajuk di hadapan Marco.

Marco berusaha menenangkan, "Sudah... jangan terlalu dipikirkan." 

"Aku ingin merombak kamar ini setelah kita menikah, lalu mengganti semua perabotannya. Bagaimana menurutmu, sayang?"

Marco hanya mengangguk pelan, "Terserah kau saja." 

Helena melirik Marco dengan mata berbinar, "Atau kita tinggal saja di rumah ayah?".

"Soal itu... kita pikirkan nanti. Oh ya? Nanti malam, jangan masuk ke kamarku," pinta Marco.

"Kenapa? Apa karena wanita murahan itu?"

"Dia mencurigaiku. Ingat, aku tidak ingin hal buruk terjadi sebelum kita resmi menikah."

Helena memutar kedua bola matanya dengan kesal. 

"Kalau begitu cepat katakan, bahwa kau akan menikahiku. Bukankah lebih cepat lebih baik? Jika dia tidak mengizinkanmu menikah lagi, maka kalian bisa berpisah dengan mudah!"

"Aku tidak ingin berpisah dengan Gia, aku sudah bilang sebelumnya kepadamu bukan?"

"Tapi aku tidak mengerti alasannya? Kenapa? Apa kau menyukainya?!"

"Bukankah kita sudah sepakat sebelumnya, untuk tidak membahas ini? Kau tidak perlu cemburu, aku hanya...ingin memanfaatkannya." pungkas Marco.

****

Seluruh penghuni kediaman Bianchi berkumpul di basement yang terbengkalai. Ruangan itu sekarang dikelilingi polisi dan pengawal bersenjata,

"Mulai hari ini! Seluruh keluarga Bianchi dilarang beraktivitas di luar rumah!" titah Victor, suaranya bergema di seluruh ruangan. Victor memandang aseorang pria paruh baya dengan rambut panjang berwarna perak yang diikat ke belakang. 

"Peter! Apa kau sudah menemukan sesuatu yang mencurigakan dari rekaman CCTV?"

Peter mengangguk perlahan, "Ada yang perlu banyak diperiksa lebih teliti lagi, Tuan."

"Lambat sekali! Bukankah, aku sudah menyuruhmu dari semalam?!" 

"Maaf Tuan," ujar Peter sembari merunduk.

Victor, yang sudah tersulut emosinya, tiba-tiba melangkah maju dan memukul wajah Peter dengan keras. 

"Aku menyerahkan tugas ini karena hanya kau yang menurutku paling bisa diandalkan! Dasar bodoh! Bodoh!" teriak Victor.

Peter terhuyung mundur, merasakan darah mengalir dari bibirnya yang pecah. Namun, sebelum dia bisa merespons, Victor melanjutkan kemarahannya dengan menendang lutut Peter, membuat pria itu jatuh berlutut dan mengerang kesakitan.

Gia melirik ke arah Peter sekilas lalu pandangannya beralih ke arah Leonardo yang sedang menatap ke arah Peter, sedetik kemudian Gia melihat Leonardo pergi.

"Kau membuang banyak waktuku Peter! Baiklah! Bagi siapapun, yang bisa segera menemukan bukti siapa pelaku penyerangan semalam, hingga siang nanti! Akan ada hadiah besar untuk kalian!"

Beberapa pengawal saling bertukar pandang, ketakutan dan keraguan tergambar jelas di wajah mereka. Tak ada yang berani mengambil tantangan tersebut karena mereka tahu taruhannya bukan hanya pekerjaan mereka, tetapi juga nyawa mereka.

Peter, meskipun masih kesakitan, memberanikan diri untuk berbicara. "Saya curiga ada mata-mata di kediaman Bianchi," seru Peter.

Victor memicingkan matanya, menatap tajam ke arah Peter. "Maksudmu?"

Peter mengangguk, menelan ludah dengan gugup. "Ada yang tidak beres, Tuan, tapi saya masih belum menemukan cukup bukti."

Victor sgera meraih senjata laras panjang dan mengarahkannya ke kepala Peter. "Buktikan jika ucapanmu benar!" 

"Saya akan mencari buktinya, Tuan!" seru Louis dari barisan pengawal, sambil mengangkat tangannya dengan berani.

Victor memandang Louis dengan pandangan meremehkan. "Anak baru?"

Victor berhenti sejenak, sorot matanya menyelidik, menatap Louis dengan intensitas yang membuat suasana semakin tegang. Dia mengangkat alis, seolah-olah mempertimbangkan keberanian Louis. Kerut di dahinya menunjukkan keraguan, tapi juga keinginan untuk melihat apakah Louis benar-benar berani dan mampu. 

"Baiklah, anak baru. Pergi dan cari buktinya. Jangan sia-siakan waktuku!"

Louis mengangguk cepat. Sedetik kemudian dia berbalik, bergerak dengan cepat menuju ruang pengawasan.

"Saya tidak menerima bantuan anda, Nona Gia?"

"Bagaimana kau bisa tahu aku mengikutimu?" tanya Gia dengan nada terkejut.

"Instingku sangat bagus," ujar Louis singkat. "Pergilah!"

Namun, Gia yang keras kepala tetap melanjutkan langkahnya, enggan melepaskan Louis begitu saja. Louis melanjutkan langkahnya dengan cepat, tetapi Gia tetap berada di belakangnya, tidak mau menyerah. Mereka berdua berjalan melalui lorong-lorong panjang, melewati beberapa pengawal yang berjaga dengan ketat.

"Kenapa anda sangat keras kepala?" desah Louis, akhirnya menoleh sejenak untuk melihat Gia.

"Aku hanya, akan di sana sebentar, untuk memastikan sesuatu! Kapan lagi, aku punya kesempatan seperti ini? Mari kita bekerja sama Louis? Jika kau bekerja sama denganku, aku tidak akan bilang pada siapapun mengenai inisial R di pistol milikmu?"

Louis memicingkan matanya, tanpa berkata apa-apa, ia segera membuka pintu ruang pengawasan, diikuti oleh Gia yang bergegas masuk di belakangnya.

Gia langsung menuju salah satu monitor, matanya mencari-cari sesuatu dengan penuh tekad. Louis memperhatikan monitor yang lain, mengawasi pergerakan di sekitar rumah Bianchi. Mereka bekerja dalam diam, saling bergantian tugas, memperhatikan setiap sudut rumah melalui layar.

"Rupanya dugaanku benar, anda sepertinya bukan hanya lihai di dapur, tapi juga lihai memegang senjata api dan memahami monitor ini, Nona Gia?" suara Louis terdengar mencurigakan.

"Diam! Aku sedang... hah!" Gia tiba-tiba berseru, suaranya terdengar gemetar dan terkejut. Dia menatap layar monitor dengan intensitas yang membuat matanya melebar. Di sana, gambar Marco dan Helena terlihat dengan jelas. Mereka tertangkap sedang berciuman di depan pintu kamar tamu, lalu memasuki kamar dengan gerakan intim.

Detik itu, wajah Gia memerah. Dia menutup mulutnya yang terbuka dengan kedua tangannya, mencoba menahan gejolak emosinya. Matanya berkaca-kaca, tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Kedua matanya terpancar dengan perasaan kecewa, sakit, dan amarah yang memuncak.

"Sudah aku duga! Dua orang menjijikkan itu mengkhianatiku! Sialan! Aku tidak akan membiarkannya!" Gia mengepalkan tinjunya, tubuhnya gemetar karena marah. Dia berbalik hendak berjalan keluar.

"Tunggu! Ini bukan saat yang tepat, Nona Gia!" cegah Louis sambil memegang pergelangan tangan Gia dengan kuat.

"Lepaskan! Jangan ikut campur!" teriak Gia, menepis tangan Louis dengan gerakan kasar.

"Jangan bertindak gegabah! Sebenarnya, saya tahu satu rahasia mereka. Untuk sekarang, Anda sebaiknya mengamankan bukti-bukti tersebut," ujar Louis dengan suara yang tegas namun penuh pengertian.

Gia merasa pandangannya kosong, hatinya remuk berkecamuk. Louis menuntunnya untuk duduk, tetapi wanita itu memilih duduk di lantai, merosot dengan tubuh yang lunglai. Louis mengunci pintu ruang pengawasan, memastikan mereka aman dari gangguan. Dia melirik sekilas ke arah Gia yang merunduk, terlihat sangat terpukul oleh pengkhianatan yang baru saja dia saksikan.

"Saya akan menyimpan videonya, dan gunakan sebagai bukti. Kalau perlu, anda putar videonya di saat..." ucapan Louis terpotong saat ia menengok ke arah Gia yang entah kenapa terasa hening padahal sebelumnya ia berontak. Rasa khawatir mulai menyelinap di hati Louis. "Nona Gia? Nona?" panggil Louis, mendekat ke arah tubuh Gia yang mendadak lunglai. Beruntung Louis segera memegang tubuh Gia sebelum jatuh ke lantai. "Nona Gia? Nona!"

Tanpa membuang waktu, Louis membopong tubuh Gia keluar dari ruangan pengawas. 

"Tolong panggilkan dokter!" seru Louis dengan suara lantang.

"Apa yang terjadi?!" tanya Marco dengan cemas, mendekat ke arah Louis.

"Nona Gia pingsan," jawab Louis singkat, suaranya masih terdengar cemas.

"Oh... cuma pingsan. Nanti juga sadar dengan sendirinya," ejek Sophia.

 "Saya rasa tidak sederhana itu, hidungnya berdarah, suhu tubuhnya naik!" seru Louis.

"Lantas bagaimana? Dokter pribadi rumah ini kabur karena kejadian semalam, tunggu saja nanti setelah dokter yang baru datang! Lagipula aku yakin, untuk saat ini, tidak ada yang akan berani keluar dari rumah ini! Siapa yang mau mempertaruhkan nyawanya demi wanita rendahan itu!" pungkas Sophia.

Louis menggelengkan kepalanya, menahan marah. Ia melirik ke arah Marco yang hanya diam, meskipun sorot matanya terlihat khawatir.

"Kau urus saja pekerjaanmu mencari bukti! Tidurkan di sofa, biar pelayan lain yang menanganinya!" titah Victor. 

Dengan terpaksa, Louis merebahkan tubuh Gia di sofa. Namun, di saat itu juga, darah mengalir dari sela-sela paha Gia. Semua orang yang hadir terkejut melihat darah tersebut.

"Saya akan membawanya ke dokter!" seru Louis.

Related chapters

  • Di Balik Topeng Menantu Lemah   Bab 8

    Gia duduk di kursi roda, memandangi jalanan yang ramai lewat kaca transparan di kamar rumah sakit. Matanya sembab, tampak lelah dan kosong, ia sudah tidak mampu lagi mengeluarkan air mata karena terlalu banyak menangis. Pandangannya terasa hampa seolah sebagian dari dirinya telah hilang selamanya.Louis masuk ke dalam ruangan dengan langkah hati-hati. "Anda baik-baik saja, Nona Gia?"Gia tidak mengalihkan pandangannya dari jendela. "Apa aku terlihat baik-baik saja?" ucapnya lirih, hampir seperti bisikan, penuh dengan kehampaan dan kehilangan hasrat untuk hidup.Louis merundukkan kepala, tatapannya nanar melihat Gia dalam keadaan seperti itu. "Kau sudah menghubungi Marco?" Louis menghela napas, ragu-ragu sebelum menjawab. "Bukankah Anda melarang saya menghubungi keluarga Bianchi?"Gia menutup matanya sejenak, menghela napas dalam-dalam sebelum berdiri dari kursi rodanya. Louis segera melangkah maju untuk membantunya, namun Gia menepis bantuan itu dengan tangan yang gemetar."Sekar

    Last Updated : 2024-06-21
  • Di Balik Topeng Menantu Lemah   Bab 9

    "Kau yakin wanita jal*ng itu mengandung anakmu?" tanya Sophia."Tentu saja, apa ibu meragukan Gia?!" jawab Marco dengan suara yang sedikit emosi. Matanya menatap satu per satu anggota keluarganya, menantang mereka untuk meragukan ucapannya. "Wanita itu bahkan tidak pernah bergaul dengan pria lain selain aku!""Kita hanya butuh anaknya, singkirkan wanita itu setelah dia melahirkan," ucap Victor dengan nada yang begitu tenang, seolah-olah ia sedang membicarakan sesuatu yang sepele. "Aku setuju, wanita itu sudah terlalu lama hidup enak di rumah ini," sahut Sophia."Bukankah Ibu menyukai pekerjaannya di rumah? Ayah juga puas, dengan pekerjaannya mengurus burung-burung di aviary ayah bukan?! Jujur saja, selama ini Gia tidak pernah diperlakukan layak sebagai menantu di rumah ini!" Victor mengerutkan keningnya, wajahnya menunjukkan ketidaknyamanan. "Kau terlihat sensitif hanya karena mendengar wanita murahan itu hamil. Apa kau menyukainya?" cibir Bella."Diam! Itu bukan urusanmu! Urus saj

    Last Updated : 2024-06-22
  • Di Balik Topeng Menantu Lemah   Bab 10

    Gia menyusuri kediaman Bianchi, melewati koridor panjang yang dipenuhi dengan pengawal dan pelayan yang sibuk berlalu lalang di pagi hari. Louis mengekor di belakangnya, matanya waspada terhadap setiap gerakan di sekitar mereka."Kau sudah siap? Akan ada pertunjukan bagus hari ini.""Aku ragu, pria tua itu mau melakukannya," ujar Louis.Gia berhenti sejenak, menatap Louis dengan tatapan tajam. "Kau meremehkanku, Louis. Pria tua itu tidak akan punya pilihan lain," ujar Gia. Sedetik kemudaian mata Gia melebar saat melihat Marco berjalan ke arahnya dari kejauhan. Dia menyeringai, memiringkan kepalanya sedikit sambil menatap Louis. "Kita mulai dramanya," bisik Gia pelan.Dengan gerakan yang terencana, Gia tiba-tiba ambruk, tubuhnya jatuh ke depan. Louis, dengan refleks cepat, segera menangkapnya sebelum tubuh Gia menyentuh lantai.Marco, yang melihat kejadian itu dari kejauhan, segera berlari ke arah mereka. "Apa yang terjadi!""Saya tidak tahu, Nona Gia tiba-tiba saja terjatuh?" Marco s

    Last Updated : 2024-06-24
  • Di Balik Topeng Menantu Lemah   Bab 11

    "Apa yang terjadi!" seru Victor, terkejut saat mendapati banyak pengawal yang tergeletak diikat sepanjang jalan menuju kediaman Bianchi. Mereka bergerak seperti ulat, berusaha melepaskan diri dari ikatan. Matanya terbelalak saat semakin banyak pemandangan serupa terlihat semakin dekat ke rumah.Keterkejutannya semakin memuncak. Melihat beberapa pengawal dan pelayan tergeletak di lantai, diikat erat dengan mulut yang disumpal dan tangan mereka terikat menjadi satu. Victor mengedarkan pandangannya, melihat lukisan besar anggota keluarga Bianchi yang koyak dan berserakan di lantai."Orang gila mana yang berani melakukan hal ini!" seru Victor. Sedetik kemudian raut wajahnya tiba-tiba berubah, seolah teringat sesuatu yang sangat penting. "Oh tidak! Burung-burungku!"Sophia, yang mendengar teriakan Victor, ikut panik. "Perhiasanku!" serunya, berlari menaiki tangga menuju lantai dua. Gaun panjangnya berkibar di belakangnya saat dia berlari dengan cepat, hampir tersandung beberapa kali.Gia s

    Last Updated : 2024-06-26
  • Di Balik Topeng Menantu Lemah   Bab 12

    "Aku tidak berbohong, soal kerjasama itu Ibu. Hanya saja, aku tidak tau kalau..keluarga kalian, seperti ini?" "Apa maksudmu dengan 'seperti ini'?!" sentak Sophia, suaranya naik satu oktaf lebih tinggi."Berantakan? Kacau? Begitu maksudmu?" sela Gia dengan nada mengejek."Diam! Aku tidak mengajakmu berbicara!" bentak Helena, matanya melotot tajam ke arah Gia."Sudah-sudah! Kalian berdua membuatku semakin pusing!" teriak Marco sembari melempar map di tangannya ke lantai dengan kasar.Ricardo menarik napas dalam-dalam, seolah berusaha menenangkan dirinya di tengah hiruk-pikuk perdebatan di dalam kediaman Bianchi."Saya rasa, saya harus pergi," katanya dengan suara rendah, ia melirik sekilas ke arah Helena. lalu mengangguk singkat sebelum akhirnya melangkah keluar dari kediaman Bianchi. Satu per satu anggota keluarga Bianchi mulai meninggalkan ruang tamu. Gia melirik ke arah Marco dan Helena yang berjalan menaiki anak tangga. Dari kejauhan, terlihat Helena terus berusaha menempel kepada

    Last Updated : 2024-06-29
  • Di Balik Topeng Menantu Lemah   Bab 13

    "Apa yang kau lakukan di sini?"Leonardo tergagap, mencoba mencari alasan yang masuk akal. Gia yang berdiri di belakangnya hanya tersenyum tipis, menikmati situasi canggung tersebut. "Kami hanya berbicara," Bella melangkah masuk, tatapannya kini beralih ke Gia. "Berbicara? Di kamar ini? Tentang apa?"Gia mengangkat bahu dengan santai. "Oh, hanya obrolan ringan keluarga, Bella. Tidak ada yang penting."Bella menatap Leonardo dan Gia secara bergantian. "Sejak kapan, kalian begitu akrab hingga perlu berbicara berduaan di dalam kamar?""Entahlah...aku tidak merasa akrab dengannya," jawab Gia, kedua matanya melirik Leonardo yang nampak tertekan.Bella mempersempit pandangannya, tatapannya tajam tertuju pada suaminya. "Leonardo, jelaskan ini kepadaku. Sekarang!""Aku tidak perlu menjelaskan apapun padamu, " kata Leonardo, kemudian berjalan cepat meninggalkan Bella dan Gia. "Silahkan berpikiran yang macam-macam! Tapi...asal kau tau, Leonardo bukan tipeku," ujar Gia sembari mengedipkan seb

    Last Updated : 2024-07-08
  • Di Balik Topeng Menantu Lemah   Bab 1

    Gianna Ricci, atau yang biasa dipanggil Gia, menantu keluarga kaya raya Bianchi yang berdarah bangsawan, berdiri di dapur besar rumah Bianchi. Gia mengikat rambut pirangnya yang panjang ala kuncir kuda, memperlihatkan leher jenjang dan kulitnya yang pucat. Mata cokelatnya yang besar dan berbinar-binar, kini tampak lelah dan penuh pikiran. Sesekali ia menyeka keringat dari dahinya saat dia memasak untuk makan malam keluarga besar Bianchi. "Malam ini sebaikanya kau tidur di dapur! Besok adalah pesta ulang tahun Bella, aku tidak ingin ada kesalahan sedikitpun terutama bagian makanan! Jangan lupa, dia alergi kacang-kacangan, mengerti?!"Gia mengangguk patuh ketika Sophia Rossi, ibu mertuanya, memberikan perintah dengan nada tegas. Dia tidak berani menatap mata Sophia terlalu lama, takut melihat ketidakpuasan yang mungkin terpancar di sana. Di sudut ruangan, Bella Milana, istri dari Leonardo Bianchi, adik dari suaminya Marco Bianchi, sedang berdiri, mengamati kejadian di dapur dengan seny

    Last Updated : 2024-06-11
  • Di Balik Topeng Menantu Lemah   Bab 2

    "Pagi Blue? Pagi Palm?" sapa Gia pada Blue si burung lovebird yang berwarna biru cerah dan Palm, si burung kakaktua yang memiliki bulu hitam mengkilap. Kedua burung itu duduk di atas palang yang terletak di sudut ruangan, siap menyambut Gia dengan riang.Blue dengan lincah menggerakkan kepala kecilnya, melambai-lambai pada Gia dengan sayapnya yang mungil. Sementara Palm, dengan postur tubuh yang gagah, menyambut Gia dengan suara kerasnya yang khas."Hi, pagi Gia," kicau Palm membalas sapaan Gia."Makan yang banyak," seru Gia sambil tersenyum lebar, membalas sapaan Palm. Dia kemudian mengambil mangkuk kecil dari meja dan mengisi dengan biji-bijian favorit Blue dan Palm. Dengan hati-hati, dia menghampiri kedua burung itu dan menaruh mangkuk di depan mereka.Gia! Gawat! Nyonya besar mengamuk, dia mencarimu!" Gia mendengar teriakan Elissa dan segera memalingkan kepalanya, matanya membesar dalam kekagetan saat ia melihat Elissa yang tergopoh-gopoh mendekatinya."Apa yang terjadi Elissa?!"

    Last Updated : 2024-06-11

Latest chapter

  • Di Balik Topeng Menantu Lemah   Bab 13

    "Apa yang kau lakukan di sini?"Leonardo tergagap, mencoba mencari alasan yang masuk akal. Gia yang berdiri di belakangnya hanya tersenyum tipis, menikmati situasi canggung tersebut. "Kami hanya berbicara," Bella melangkah masuk, tatapannya kini beralih ke Gia. "Berbicara? Di kamar ini? Tentang apa?"Gia mengangkat bahu dengan santai. "Oh, hanya obrolan ringan keluarga, Bella. Tidak ada yang penting."Bella menatap Leonardo dan Gia secara bergantian. "Sejak kapan, kalian begitu akrab hingga perlu berbicara berduaan di dalam kamar?""Entahlah...aku tidak merasa akrab dengannya," jawab Gia, kedua matanya melirik Leonardo yang nampak tertekan.Bella mempersempit pandangannya, tatapannya tajam tertuju pada suaminya. "Leonardo, jelaskan ini kepadaku. Sekarang!""Aku tidak perlu menjelaskan apapun padamu, " kata Leonardo, kemudian berjalan cepat meninggalkan Bella dan Gia. "Silahkan berpikiran yang macam-macam! Tapi...asal kau tau, Leonardo bukan tipeku," ujar Gia sembari mengedipkan seb

  • Di Balik Topeng Menantu Lemah   Bab 12

    "Aku tidak berbohong, soal kerjasama itu Ibu. Hanya saja, aku tidak tau kalau..keluarga kalian, seperti ini?" "Apa maksudmu dengan 'seperti ini'?!" sentak Sophia, suaranya naik satu oktaf lebih tinggi."Berantakan? Kacau? Begitu maksudmu?" sela Gia dengan nada mengejek."Diam! Aku tidak mengajakmu berbicara!" bentak Helena, matanya melotot tajam ke arah Gia."Sudah-sudah! Kalian berdua membuatku semakin pusing!" teriak Marco sembari melempar map di tangannya ke lantai dengan kasar.Ricardo menarik napas dalam-dalam, seolah berusaha menenangkan dirinya di tengah hiruk-pikuk perdebatan di dalam kediaman Bianchi."Saya rasa, saya harus pergi," katanya dengan suara rendah, ia melirik sekilas ke arah Helena. lalu mengangguk singkat sebelum akhirnya melangkah keluar dari kediaman Bianchi. Satu per satu anggota keluarga Bianchi mulai meninggalkan ruang tamu. Gia melirik ke arah Marco dan Helena yang berjalan menaiki anak tangga. Dari kejauhan, terlihat Helena terus berusaha menempel kepada

  • Di Balik Topeng Menantu Lemah   Bab 11

    "Apa yang terjadi!" seru Victor, terkejut saat mendapati banyak pengawal yang tergeletak diikat sepanjang jalan menuju kediaman Bianchi. Mereka bergerak seperti ulat, berusaha melepaskan diri dari ikatan. Matanya terbelalak saat semakin banyak pemandangan serupa terlihat semakin dekat ke rumah.Keterkejutannya semakin memuncak. Melihat beberapa pengawal dan pelayan tergeletak di lantai, diikat erat dengan mulut yang disumpal dan tangan mereka terikat menjadi satu. Victor mengedarkan pandangannya, melihat lukisan besar anggota keluarga Bianchi yang koyak dan berserakan di lantai."Orang gila mana yang berani melakukan hal ini!" seru Victor. Sedetik kemudian raut wajahnya tiba-tiba berubah, seolah teringat sesuatu yang sangat penting. "Oh tidak! Burung-burungku!"Sophia, yang mendengar teriakan Victor, ikut panik. "Perhiasanku!" serunya, berlari menaiki tangga menuju lantai dua. Gaun panjangnya berkibar di belakangnya saat dia berlari dengan cepat, hampir tersandung beberapa kali.Gia s

  • Di Balik Topeng Menantu Lemah   Bab 10

    Gia menyusuri kediaman Bianchi, melewati koridor panjang yang dipenuhi dengan pengawal dan pelayan yang sibuk berlalu lalang di pagi hari. Louis mengekor di belakangnya, matanya waspada terhadap setiap gerakan di sekitar mereka."Kau sudah siap? Akan ada pertunjukan bagus hari ini.""Aku ragu, pria tua itu mau melakukannya," ujar Louis.Gia berhenti sejenak, menatap Louis dengan tatapan tajam. "Kau meremehkanku, Louis. Pria tua itu tidak akan punya pilihan lain," ujar Gia. Sedetik kemudaian mata Gia melebar saat melihat Marco berjalan ke arahnya dari kejauhan. Dia menyeringai, memiringkan kepalanya sedikit sambil menatap Louis. "Kita mulai dramanya," bisik Gia pelan.Dengan gerakan yang terencana, Gia tiba-tiba ambruk, tubuhnya jatuh ke depan. Louis, dengan refleks cepat, segera menangkapnya sebelum tubuh Gia menyentuh lantai.Marco, yang melihat kejadian itu dari kejauhan, segera berlari ke arah mereka. "Apa yang terjadi!""Saya tidak tahu, Nona Gia tiba-tiba saja terjatuh?" Marco s

  • Di Balik Topeng Menantu Lemah   Bab 9

    "Kau yakin wanita jal*ng itu mengandung anakmu?" tanya Sophia."Tentu saja, apa ibu meragukan Gia?!" jawab Marco dengan suara yang sedikit emosi. Matanya menatap satu per satu anggota keluarganya, menantang mereka untuk meragukan ucapannya. "Wanita itu bahkan tidak pernah bergaul dengan pria lain selain aku!""Kita hanya butuh anaknya, singkirkan wanita itu setelah dia melahirkan," ucap Victor dengan nada yang begitu tenang, seolah-olah ia sedang membicarakan sesuatu yang sepele. "Aku setuju, wanita itu sudah terlalu lama hidup enak di rumah ini," sahut Sophia."Bukankah Ibu menyukai pekerjaannya di rumah? Ayah juga puas, dengan pekerjaannya mengurus burung-burung di aviary ayah bukan?! Jujur saja, selama ini Gia tidak pernah diperlakukan layak sebagai menantu di rumah ini!" Victor mengerutkan keningnya, wajahnya menunjukkan ketidaknyamanan. "Kau terlihat sensitif hanya karena mendengar wanita murahan itu hamil. Apa kau menyukainya?" cibir Bella."Diam! Itu bukan urusanmu! Urus saj

  • Di Balik Topeng Menantu Lemah   Bab 8

    Gia duduk di kursi roda, memandangi jalanan yang ramai lewat kaca transparan di kamar rumah sakit. Matanya sembab, tampak lelah dan kosong, ia sudah tidak mampu lagi mengeluarkan air mata karena terlalu banyak menangis. Pandangannya terasa hampa seolah sebagian dari dirinya telah hilang selamanya.Louis masuk ke dalam ruangan dengan langkah hati-hati. "Anda baik-baik saja, Nona Gia?"Gia tidak mengalihkan pandangannya dari jendela. "Apa aku terlihat baik-baik saja?" ucapnya lirih, hampir seperti bisikan, penuh dengan kehampaan dan kehilangan hasrat untuk hidup.Louis merundukkan kepala, tatapannya nanar melihat Gia dalam keadaan seperti itu. "Kau sudah menghubungi Marco?" Louis menghela napas, ragu-ragu sebelum menjawab. "Bukankah Anda melarang saya menghubungi keluarga Bianchi?"Gia menutup matanya sejenak, menghela napas dalam-dalam sebelum berdiri dari kursi rodanya. Louis segera melangkah maju untuk membantunya, namun Gia menepis bantuan itu dengan tangan yang gemetar."Sekar

  • Di Balik Topeng Menantu Lemah   Bab 7

    "Jaga bicaramu! Dia tamu keluarga Bianchi! Beraninya wanita sepertimu menghina tamuku!" seru Sophia."Masalahnya aku melihat wanita ini keluar dari kamar suamiku! Apa seorang tamu bisa seenaknya keluar masuk ke dalam kamar seorang pria yang sudah bersuami?! Di saat istrinya sedang tidak ada di sana?" seru Gia, tatapan tajamnya tidak lepas dari Helena.Sophia melirik ke arah Marco dan Helena secara bergantian."Itu tidak benar! Kau terlalu berlebihan, Gia! Apa kau punya bukti kalau Helena masuk ke dalam kamarku?" ucap Marco mencoba membela diri.Gia terdiam, menatap Marco dengan sorot mata yang tidak percaya. Bibirnya bergetar, seolah ingin mengatakan sesuatu namun tertahan."Sudah pergi sana! Ada banyak pekerjaan di dapur! Pagi-pagi sudah berisik!" gerutu Sophia sambil melambaikan tangannya, menyuruh Gia pergi.Gia tidak langsung beranjak, masih menatap Marco dengan tatapan tajam, seolah ingin mencari kebenaran di balik matanya. Namun, Marco hanya menghindari tatapannya, mencoba untuk

  • Di Balik Topeng Menantu Lemah   Bab 6

    "Gia, cepat bangun! Kau hampir kesiangan!" seru Elissa, kedua tangannya mengguncang tubuh Gia yang masih terlelap."Oh!" Gia terperanjat, kedua matanya terbuka lebar. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya, mencoba mengumpulkan kesadaran dari tidurnya yang tidak nyenyak."Maaf, Gia, aku dan Maria sebenarnya ingin membiarkanmu tidur lebih lama lagi, karena kau terlihat sangat lelah. Tapi kami tidak bisa mengerjakan bagian aviary," ujar Elissa."Tidak apa-apa, Elissa. Aku akan segera ke sana."Gia bergegas menuju aviary, dan mendapati Louis berdiri di depan pintu aviary. Dia tampak letih, dengan lingkaran gelap di bawah matanya.Gia berjalan seolah tidak menggubris keberadaan Louis, ia langsung membuka pintu aviary. Louis mengikutinya tanpa berkata apa-apa. Gia melirik sekilas ke arah Louis, merasa kehadiran Louis mengganggu pikirannya, tetapi dia berusaha untuk tetap fokus."Apa yang kau lakukan?" tanya Gia, menoleh ke arah Louis yang sedang menuangkan biji-bijian ke dalam tempat makan burung

  • Di Balik Topeng Menantu Lemah   Bab 5

    Gia dan Louis terus berlari, melewati lorong-lorong panjang rumah mewah itu."Kau punya senjata?" tanya Gia pada Louis.Louis mengangguk cepat, tapi tetap fokus pada jalannya. "Ya, aku punya."Gia memegang lengan Louis dengan erat, memaksanya berhenti sejenak. "Berikan padaku!" "Tidak! Anda harus sembunyi, situasinya sangat berbahaya!" tegas Louis."Berikan padaku!" Gia memaksa lebih keras, "Aku yakin kau punya senjata cadangan." desak Gia, tidak memberi Louis kesempatan untuk berpikir.Louis tetap berusaha menolak, tetapi Gia lebih cepat. Dengan gerakan cepat, dia meraih ke arah sarung senjata di pinggang Louis, tempat pistol biasanya disimpan. Louis mencoba menahannya, tetapi Gia dengan cekatan berhasil meraih pistol dari sarungnya."Nona Gia, ini sangat berbahaya!" Louis memperingatkan lagi, tetapi Gia sudah memegang pistol dengan erat."Kita tidak punya waktu untuk berdebat," tegas Gia. "Aku akan membantumu.""Baiklah, tapi tetaplah berada di dekat saya. Jangan membuat gerakan y

DMCA.com Protection Status