"Dani jawab yang sejujurnya. Bang Reza mau kamu jujur. Sebenarnya apa yang sudah kamu kerjakan? Kamu bercanda?" tegas Bang Reza kembali menanyakan diluar kamar mama.
Mama sudah di bawa ke kamar untuk di baringkan. Tadi mama sudah sempat siuman ketika si Mbok menciumkan wewangian, semacam kayu putih ke hidung mama.
Bang Reza terus menerus mempertanyakan dosa yang telah kuperbuat.
"Ya itulah kenyataannya, Bang Reza. Aku ini bukan laki-laki baik-baik seperti yang kalian pikirkan!"
Maaf Bang.
Bang Reza bertengadah.
"Dengan semua kejujuran kamu, kamu telah membuat mama syok, Dani! Kamu gak pikirkan kesehatan mama!" bentak Bang Reza kembali.Kusenderkan punggung ini di dinding luar kamar mama. Lalu tubuh ini kujatuhkan dengan perlahan.
"Bang Reza. Aku gak mau kalian tahu soal diriku yang kelam dari orang lain. Aku
PoV DaniLangkah ini sudah hampir menuju keluar."Tunggu, maafkan Mama, Nak. Mama dan Abang kamu tak mau kamu pergi lagi."Mama berteriak memanggilku saat langkah kaki ini sudah sampai di tengah pintu keluar kamar mama.Seketika langkahku terhenti dengan penuh gemetar.Terdiam dan hening."Maaf, Mah. Kalau Dani tetap disini, Dani hanya akan membuat Mama dan kalian semua malu. Karena ... kelakuan Dani."Dengan bertengadah bibir ini berucap amat perih. Air mata yang ingin jatuh pun kini kutahan karena aku tak mau mama bersedih.Mama malah menangis.Lalu dengan susah payah bibirku berucap. "Mama, Dani sangat menyayangi kalian semua. Tapi karena kasih sayang Dani itu, Dani tak mau membuat keluarga ini malu. Dani sangat sayang pada kalian."Gemetar di tubuh ini bagai tergonca
PoV Author"Ini adalah anak saya yang dulu pernah hilang. Namanya Dani. Memang dulu nama Dani itu adalah Revan. Namun, orangtua angkat Revan memberi nama anak saya Dani. Jadi, mulai sekarang Dani anak saya ini akan ikut berkecimpung dalam bisnis ini. Berdampingan dengan si cikal anak saya Reza."Bu Susanti memperkenalkan Dani di kantor pusat pada seluruh staff dan karyawan.Semua nampak berbisik-bisik mengagumi Dani. Karena memang wajah mereka mirip sekali. Jadi mereka sama sekali tak meragukan apapun dari Dani."Kami semua ucapkan selamat pada Ibu dan Mas Reza yang telah berkumpul kembali dengan keluarga. Dengan Mas Dani ini yang barusaja kembali. Kami semua dan saya pribadi mengucapkan selamat datang di kantor. Dan selamat bergabung Mas Dani. Semoga kita bisa saling bekerja sama membangun perusahaan menjadi semakin maju." Sambut salah seorang general manajer di kantor pusat tersebut.
PoV DiandraPagi menjelang siang ini aku dan Adinda Diva, em maksudku, Diva adikku, kami sedang bermain di halaman depan rumah."Assalamualaikum!"Suara ucapan salam kudengar tiba-tiba. Namun kedengarannya tidak hanya satu orang. Sontak kepala ini menengok ke sumber suara.Aku dan Diva kaget."Waalaikum salam."Aku dan Diva menjawab salam mereka penuh dengan kegembiraan namun kaget. Kok mereka tiba-tiba datang."Mas Dani, Bu Susanti, Mas Reza?" Hatiku bertanya-tanya.Tante, em maksudku Bu Susanti segera berjalan cepat ke arahku dan meraih Dona dengan segera. Yang sekarang telah menjadi cucunya.Aku benar-benar tak menyangka kalau mereka akan datang kesini bertiga.Mas Dani dan Mas Reza masih berdiri dari arah kejauhan. Mereka tersenyum sembari membawa sesuatu di tangan mereka masing-masing."Ya ampun, gimana kabarnya cucu Oma?" Bu Susanti membuatku terharu saat ia menanyakan ka
PoV 3Lima bulan kemudian."Bu, Dani sudah kirim uang buat Ibu dan bapak ke rekening Ibu. Maaf ya, kalau bulan ini Dani gak antar langsung. Dani baru pulang dari luar kota.""Iya, Dani. Terimakasih, Ibu gak nyangka kamu masih perhatian sama Ibu dan bapak meskipun Ibu dan bapak telah buat hidup kamu hancur."Dani dan ibu angkatnya sedang bercakap-cakap lewat telepon di kamar Dani yakni di rumah Bu Susanti. Karena Dani jarang pulang ke rumahnya dulu sewaktu bersama Diandra karena sibuk di kantor."Jangan bilang gitu, Bu. Mama juga tak melarang Dani buat kasih uang sama Ibu dan bapak. Oh ya, Bu, Dani harap Ibu dan bapak bisa berubah, ya. Ibu dan bapak jangan umbar utang lagi. Biar berapapun uang yang Ibu dan bapak punya, cukupkan saja." Begitu kata Dani pada ibu angkatnya.Bu Ambar mengangguk pilu. "Iya, Dani. Maafin Ibu, ya.
PoV DaniHari ini adalah hari ketiga Bang Reza di rawat di rumah sakit. Aku tak bisa menemaninya 24 jam karena kantor juga harus berjalan.Bukan tak berat tak setiap saat ada di sampingnya, tapi, mau bagaimana lagi. Bang Reza selalu memberiku suport. Dan aku juga tak mau membuatnya kecewa.Hari ini aku pulang agak siang, karena aku sudah tak sabar ingin menjenguk Bang Reza kakak laki-lakiku satu-satunya.Aku tergesa-gesa pulang dari kantor untuk pulang ke rumah. Mandi, berganti pakaian dan berniat langsung pergi ke rumah sakit lagi.Mama sudah berada di rumah sakit sejak tadi pagi. Karena malamnya, aku yang jaga Bang Reza. Kalau malam mama yang harus menunggu di rumah sakit, tak mungkin, kasihan sekali.Sebelum aku pergi, entah mengapa batin ini sangat rusuh berbicara supaya aku masuk ke dalam kamar Bang Reza yang terlewati sebelum aku p
PoV Dani"Kak Dani? Ayok, aku mau ikut Kakak ke rumah sakit. Nessia mau jenguk Kak Dani." Nessia tiba-tiba mengagetkanku yang sedang duduk melamun di samping ranjang Bang Reza.Aku kaget. Dengan segera kuusap air mata ini supaya Nessia tidak melihat saat aku sedang menangis. Segera pula kusimpan diary Bang Reza.Nessia makin mendekat. "Kak? Kak Dani ngapain dibawah? Ada tikus?" Nessia menyelidik sembari menoleh setiap sudut ruangan.Aku sedikit terkekeh. "Ya ampun, eh iya, tadi dibawah ada tikus."Seketika Nessia panik. "Awh! Mana? Mana, Kak?" Nessia berlari ke arahku."Enggak, Kak Dani bohong.""Huwh ... aku fikir ...." Nessia melihat wajahku."Lho! Kak Dani habis nangis? Kok matanya merah gitu?" selidiknya sembari menatap tajam wajah ini.Aku segera berkata dengan santai. "Em, ya, sedikit. Tadi Kak Dani inget sama Bang Reza. Entah kenapa, Kak Dani ingin masuk ke kamar ini, dan ... air mata Kak
PoV Diandra"Kamu mau bicara serius apa, Mas?" tanyaku menyelidik. Jari jemariku tak henti saling beradu kumainkan.Mas Dani berdiri."Diandra, apa kamu tahu bang Reza sakit?"Kalimat yang keluar dari mulut Mas Dani lantas membuatku keget."Astaghfirullah aladzim.""Maksud kamu, Mas Reza sakit? Memangnya sakit apa, Mas?" tanyaku kembali dengan penuh keheranan."Bang Reza sakit ginjal. Dan keadaannya sudah semakin parah. Itu alasannya kenapa tiga hari ini dia tidak datang ke kantor. Pasti manajer kantor bilang bang Reza pergi keluar negeri."Kuhela nafas panjang."Apa, Mas? Jadi ...?"Mas Dani membalikan badannya. "Ya, bang Reza sakit Diandra. Bahkan sakitnya semakin parah."Aku benar-benar kaget sekali. Dengan cepat tubuh ini kupaksa berdiri
PoV 3"Assalammualaikum!" Salam seseorang dari arah luar pintu dan kini ia sudah masuk.Lalu siapa dia?Ternyata itu adalah Diandra. Diandra datang ke Jakarta untuk menjenguk Reza.Reza yang saat itu sedang ditemani ibunya pun nampak kaget dengan kedatangan Diandra. Begitupun dengan Bu Susanti."Waalaikum salam." Keduanya menjawab berbarengan dengan keheranan."Selamat siang, Bu, Mas Reza." Diandra datang menyapa keduanya."Diandra? Kamu disini?" Bu Susanti kaget.Sedangkan Reza, dia nampak sangat bahagia dengan kedatangan Diandra. Namun Reza berusaha menyembunyikannya."Iya, Bu. Kebetulan hari ini hari Minggu. Dan saya berniat menjenguk Mas Reza, em, maksud saya Pak Reza." Diandra mengungkapkan.Lalu Bu Susanti bertanya. "Kamu sama Dona?""Enggak,