Share

Part 73

Penulis: Fransiscaroom
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-05 00:21:43

Marni pov

Di waktu siang menuju sore, saat aku telah selesai menunaikan sejumlah tugas rumah tangga, aku memutuskan untuk beristirahat di kamar. Dengan ditemani oleh kipas angin yang menyala dan terpatri pojok tembok kiri atas, aku mulai mengaktifkan ponsel dan memeriksa segerombol notifikasi pesan dari beragam kontak yang aku kenal.

Namun, dari sekian pesan yang masuk, hanya satu pesan yang menyita perhatianku. Pesan itu dikirim oleh teman dekatku, Rianti.

Rianti:

Mar, kamu engga kenapa-kenapa 'kan?

Jangan bilang kalo kamu udah isi sama bossmu..

Aku pun segera membalas pesan itu,

Marni:

Aku baik, Ri..

Engga lah. Bosku engga berani sampe selesai biasanya..

Setelah aku mengirim pesan tersebut, nama Rianti muncul sebagai nama pemanggil di layar ponsel. Hal itu sempat membuatku ragu untuk menjawab panggilan suara. Pasalnya, aku yakin jika temanku itu hanya ingin tahu tentang kondisiku dan bagaimana hubunganku dengan Mas Reza.

Namun, setelah beberapa detik berlalu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Part 74

    Di lain hari dan situasi, tepatnya di hari keempat, Naffa dengan dress hamil berwarna putih berhiaskan bunga-bunga berwarna biru, terlihat anggun dan rapi. Balutan make-up tipis yang melekat pada wajah tirusnya juga terlihat menawan. "Kamu yakin mau pulang hari ini, Nak?" tanya Halimah pada putri kesayangannya dengan tatapan simpatik. Dalam hati kecil wanita tersebut, ada rasa ragu dan takut bercampur menjadi satu. "Yakin, Bu. Kalau aku engga pulang hari ini, Mas Reza bisa berulah lebih parah takutnya." Naffa menanggapi sambil menyisir rambut bergelombang dan menatap pantulan dirinya di depan cermin yang ada di kamar. "Takutnya, kamu kenapa-kenapa, Nak. Biar bagaimana pun, Reza bisa berbuat nekad kalau memang kamu menentang keinginannya buat mendua." Halimah mengingatkan. "Engga sampe segitunya, Bu. Mas Reza itu aslinya engga begitu, luarnya aja kaya pemain. Aslinya bukan." Naffa menenangkan sang ibu seraya mengulas senyum miring. Rupanya, ia mulai menelisik jelas kelemahan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Bab 1

    Di suatu pagi, dengan langit biru muda dan sinar matahari yang tidak terlalu terik, seorang wanita berusia 27 tahun tengah sibuk menyiapkan kotak bekal makan siang.Dengan mengenakan celemek merah muda berhiaskan bunga-bunga putih, wanita dengan rambut hitam bergelombang tergerai itu berkutat dengan pisau dan beragam lauk yang dipotongnya berbentuk hati dan aneka bentuk lainnya. Setelah selesai, ia menata lauk-lauk tersebut di atas nasi daun jeruk yang sebelumnya sudah diletakkan ke dalam kotak bekal persegi empat berukuran tanggung."Bu Dina, apa bekalnya sudah siap?" tanya seorang wanita dengan daster berwarna hijau muda dan rambut yang digulung di atas. Wanita yang memiliki kulit sawo matang itu menanti jawaban dari majikannya yang biasa disapa sebagai 'Bu Dina' itu.Lalu, sang majikan menanggapi, "Sudah, Mbak. ini tinggal dimasukin ke paper bag.""Oke, Bu. Saya bookingkan ojek onlinenya ya?" tawar wanita berkulit sawo matang itu dengan senyum kecil sembari meraih ponsel dari kantu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Bab 2

    Reza PovPagi ini, seperti biasa, ku jalani tugasku sebagai wakil direktur dari salah satu perusahaan yang bergerak di bidang retail makanan modern yang terkenal di Indonesia.Awalnya, aku sangat fokus dengan analisa laporan penjualan yang dikirimkan oleh staff marketing pada email kantor yang tampil di browser. Namun, di tengah kegiatan itu, konsentrasiku teralihkan pada sosok Naffa, sekretarisku yang berusia di kisaran dua puluhan dan memiliki paras manis bak bintang film dewasa.Naffa yang mengantarkan surat proposal proyek tampak menawan dengan kemeja putih formal dengan kerah tinggi yang dihiasi dengan dasi panjang berwarna senada pada bagian depan. Kemeja yang menampakkan lekuk tubuhnya tersebut juga dipadukan dengan bawahan kantor berwarna coklat muda yang stylish, membuat kharisma dari wanita anggun itu semakin terpancar jelas.Sembari menyerahkan proposal proyek padaku, wanita dengan rambut bergelombang berwarna kecoklatan itu menyunggingkan senyum dan berujar, "Silakan diper

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Bab 3

    Setelah kegiatan makan siang di antara Reza dan Dina selesai, sang istri memutuskan untuk pulang dan berlalu keluar dari ruang kerja dari suami yang sangat dihormatinya itu. Dengan rasa lega yang tampak dari senyuman merekah di bibirnya, Dina berujar dalam hati, "Aku yakin kalau Mas Reza bukan tipikal laki-laki yang mudah bosan dan akan mencari hiburan di luar sana. Dia tidak sama seperti laki-laki hidung belang yang tak bermoral."Saat dirinya telah keluar dari gedung perusahaan, Dina melangkah menuju parkiran tempat mobilnya diparkir. Tanpa berlama-lama, ia segera memasuki kendaraan roda empat dan memutuskan untuk kembali ke rumah yang disinggahinya bersama Reza.Perjalanan yang memakan waktu setengah jam itu membuat Dina tiba di tujuan pada pukul 13.45. Setelah memarkirkan mobilnya di garasi rumah, wanita dengan pikiran dan pribadi yang positif itu membereskan peralatan masak dan mencuci piring. Dengan sedikit rasa lelah dan penat yang mulai menghampiri, ia juga mulai mengurus pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Bab 4

    Keesokan paginya, Dina dan Reza melangsungkan acara makan pagi seperti biasa. Awalnya, mereka tak bertukar kata dan lebih fokus pada hidangan ringan yang dimasak oleh Dina. Namun, beberapa menit berlalu, wanita dengan kepribadian mandiri dan kuat itu membuka topik obrolan. "Semalam, kamu pulang jam berapa, Mas?" tanya Dina sembari menyendokkan sayur lodeh ke piring dan mengaduknya dengan sisa nasi yang ada. "Jam dua belas kayanya." Reza mengira-ngira sambil melahap tempe dengan garpu yang digenggamnya dengan tangan kiri. Mendengar hal itu, Dina mulai mengingat waktu semalam, dimana dirinya menanti sang suami sekian lama namun tak kunjung hadir. Kala itu, ia sedang berada di kamar mandi untuk menuntaskan buang air kecil. Beberapa menit setelahnya, ia memeriksa ponsel yang menunjukkan waktu pukul setengah dua belas. Namun, di waktu sesudahnya, saat ia mulai memejamkan mata dan belum benar-benar terlelap, ia tak mendapati suara pintu dibuka, menandakan bahwa suaminya memasuki kamar.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-03
  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Bab 5

    Reza PovAku yang kebingungan bercampur panik mau tidak mau menyerahkan kotak bekal yang masih utuh kepada Handi. Aku tahu bahwa apa yang dilakukan diriku ini terbilang tidak menghargai usaha istri, tapi akan lebih tidak menyenangkan jika aku membawa kotak bekal yang masih utuh saat sudah tiba di rumah. Lebih parahnya, istriku mengetahui jelas jika aku tak menyantap masakannya hingga tandas. "Lho, kok engga Bapak sendiri yang makan? Memang masakan Bu Dina engga enak?" Handi menanggapi ujaranku dengan tatapan penasaran tertuju ke arahku. "Saya sudah makan tadi di restoran. Bukan engga enak, tapi saya lupa kalau ada bekal yang dia bawakan." Aku memperjelas alasan mengapa diriku meminta Handi untuk melahap makan siang yang seh6arusnya diperuntukkan untukku itu. Mendengar alasan yang terlontar, Handi pun mengangguk, seolah memahami maksud yang ada di pikiranku. Lalu, ia berujar, "Oh gitu. Baik, Pak. Kalau begitu, saya permisi terlebih dahulu."Dalam beberapa detik, pegawaiku yang berku

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-04
  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Bab 6

    Sementara itu, di lain tempat, Dina sedang sibuk mengerjakan pesanan Custom Cake dari beberapa pelanggan setianya. Dengan mengenakan celemek berwarna cokelat muda, wanita bertubuh ramping dengan surai berwarna cokelat tua itu mengoleskan mentega putih pada adonan kue yang baru saja mendingin. Di saat mentega putih yang dioleskannya sudah hampir menutupi setengah dari adonan kue, ponselnya berdering. Secara perlahan, Dina menjeda kegiatannya, membersihkan kedua tangannya dengan serbet, dan mulai menjawab panggilan telepon yang masuk. "Iya, Mas Reza?" Dina menanggapi begitu mendengar suara bass milik suaminya yang sangat familiar. "Kamu nanti sore atau malam, ada acara engga?" Reza langsung bertanya guna memastikan jika jadwal istrinya kosong dan rencananya bisa berjalan dengan lancar, seperti yang diharapkannya. "Kayanya engga deh. Ada apa sih, Mas? Tumbenan kamu telepon menjelang sore begini." Dina masih merasa penasaran dengan maksud dari suaminya yang mendadak menelepon.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16
  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Bab 7

    Dina Pov Aku memang terbiasa melakukan percakapan basa-basi dengan laki-laki yang resmi menyandang teman hidupku ini. Akan tetapi, selama dua tahun pernikahan bersama dengan Mas Reza, baru kali ini ku dapati informasi yang tak sesuai dengan fakta yang aku ketahui secara jelas. Memang tak seharusnya aku mempermasalahkan tentang dirinya yang tak begitu ingat dengan lauk pada kotak bekal yang aku sediakan untuknya. Namun, apa yang baru saja dikatakan oleh Mas Reza membuat pikiranku yang semula tenang berubah menjadi penuh asumsi. Secara jelas, di pagi hari, sebelum melaksanakan santap pagi bersama, aku tak menyiapkan minyak dan wajan untuk menggoreng. Ayam, yang sehari sebelumnya sudah aku marinasi dengan campuran bumbu halus dan aneka rempah-rempah, justru dipanggang di atas pemanggangan. Selain itu, aku juga sempat membuatkan sambal kecap untuk melengkapi menu kesukaan suamiku itu. Namun, sepertinya, Mas Reza mulai tak memperhatikan detail apa yang aku lakukan untuknya. Hal y

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18

Bab terbaru

  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Part 74

    Di lain hari dan situasi, tepatnya di hari keempat, Naffa dengan dress hamil berwarna putih berhiaskan bunga-bunga berwarna biru, terlihat anggun dan rapi. Balutan make-up tipis yang melekat pada wajah tirusnya juga terlihat menawan. "Kamu yakin mau pulang hari ini, Nak?" tanya Halimah pada putri kesayangannya dengan tatapan simpatik. Dalam hati kecil wanita tersebut, ada rasa ragu dan takut bercampur menjadi satu. "Yakin, Bu. Kalau aku engga pulang hari ini, Mas Reza bisa berulah lebih parah takutnya." Naffa menanggapi sambil menyisir rambut bergelombang dan menatap pantulan dirinya di depan cermin yang ada di kamar. "Takutnya, kamu kenapa-kenapa, Nak. Biar bagaimana pun, Reza bisa berbuat nekad kalau memang kamu menentang keinginannya buat mendua." Halimah mengingatkan. "Engga sampe segitunya, Bu. Mas Reza itu aslinya engga begitu, luarnya aja kaya pemain. Aslinya bukan." Naffa menenangkan sang ibu seraya mengulas senyum miring. Rupanya, ia mulai menelisik jelas kelemahan

  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Part 73

    Marni pov Di waktu siang menuju sore, saat aku telah selesai menunaikan sejumlah tugas rumah tangga, aku memutuskan untuk beristirahat di kamar. Dengan ditemani oleh kipas angin yang menyala dan terpatri pojok tembok kiri atas, aku mulai mengaktifkan ponsel dan memeriksa segerombol notifikasi pesan dari beragam kontak yang aku kenal. Namun, dari sekian pesan yang masuk, hanya satu pesan yang menyita perhatianku. Pesan itu dikirim oleh teman dekatku, Rianti. Rianti: Mar, kamu engga kenapa-kenapa 'kan? Jangan bilang kalo kamu udah isi sama bossmu.. Aku pun segera membalas pesan itu, Marni: Aku baik, Ri.. Engga lah. Bosku engga berani sampe selesai biasanya.. Setelah aku mengirim pesan tersebut, nama Rianti muncul sebagai nama pemanggil di layar ponsel. Hal itu sempat membuatku ragu untuk menjawab panggilan suara. Pasalnya, aku yakin jika temanku itu hanya ingin tahu tentang kondisiku dan bagaimana hubunganku dengan Mas Reza. Namun, setelah beberapa detik berlalu

  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Part 72

    Reza pov Merasa mendapat embusan angin segar di tengah padang pasir yang panas membakar, aku menyanggupi permintaan dari teman lamaku, Jihane. Sekitar pukul 10.30, aku dan wanita bertubuh semampai dengan surai gelap ini tiba di sebuah cafe yang jaraknya tak begitu jauh dari lokasi kantor. "Jadi pesanannya, satu Ice americano ukuran medium, satu caramel macchiato ukuran medium. Untuk camilannya, marble cake ukuran medium. Ada tambahan lain?" Waiter dengan seragam berwarna cokelat muda mendata serta memastikan jika pesanan yang diminta sudah sesuai. "Mau tambah apa lagi, Ji? tambah aja," Aku bertanya pada Jihane dengan binar mata penuh harap jika wanita ini tak merasa sungkan jika aku traktir makanan dan minuman. Hitung-hitung untuk jaga silahturahmi selama beberapa tahun tidak bertemu. "Ehm." Jihane mengalihkan pandangannya pada buku menu dalam beberapa saat. Lalu, ia kembali melirik pada waiter dan melanjutkan, "Untuk sementara, itu aja pesanannya, Mas." "Baik. Mohon dit

  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Part 71

    Marni Pov Satu jam, setelah pergumulanku dengan Mas Reza usai, aku berbaring tanpa sehelai benang di sampingnya, dengan bed cover biru menutupi tubuh polosku dan tubuhnya yang atletis. Sembari merasakan kehangatan tubuhnya yang mendekapku, aku mengulas senyum dan memanggilnya pelan, "Mas." "Hmm?" Pria dengan kumis tipis di sekitar dagu dan atas bibirnya ini berdeham sembari menatapku lekat. "Kamu engga kepikiran buat cerai sama istrimu? Kita sudah dua kali lakuin hal ini, dan engga mungkin kalau alasannya engga sengaja kepancing terus 'kan." Aku bersugesti seraya mengusap wajah tirusnya lembut. Kemudian, Mas Reza menatapku sambil mengembangkan senyum kecilnya. "Cerai dari Naffa ya? Kamu tahu sendiri 'kan, gimana kondisinya sekarang. Dia lagi hamil besar. Engga mungkin, aku ceraikan dan menelantarkan anakku. Kasihan," terangnya dengan santai. Seolah tak memberikan kepastian yang aku harapkan, aku menghela napas pelan, berusaha mengontrol emosi sebisa mungkin. "Iya, tapi me

  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Part 70

    Reza Pov "PIP!" Suara dering singkat terdengar jelas di telinga kiriku. Aku sadar jika panggilanku diputus sepihak oleh Naffa. Dengan kening berkerut, aku bertanya dalam pikiran, "Apa dia semarah itu?? Padahal, aku telpon dia buat berbaikan, setidaknya dia mau pulang dan engga harus tinggal berhari-hari di rumah Ibu." Di saat diriku tengah merenung, suara ART yang selalu menggelitik sanubari terdengar bersama dengan kemunculannya di hadapanku. "Permisi, Mas. Ini kopinya," ucap Marni seraya tersenyum manis padaku. Aku yang semula menatap lekat pada layar ponsel mengalihkan perhatian pada sang sempunya suara. Dengan ulasan senyum kecil, aku menatap, dan Marni kembali bersuara, "Gimana, Mas? istrimu masih marah?" "Masih. Ini baru aja telponnya diputus sepihak sama dia." Aku menanggapi dengan nada lesu. Lalu, dengan hati-hati, aku memegang telinga gelas yang berisikan cairan hitam pekat dan meneguknya perlahan. Rasa pahit pun mendominasi bibir ini, seolah memperingatkan jika situ

  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Part 69

    Di lain situasi, Naffa dengan perutnya yang membesar sudah berada di rumahnya. Dengan air muka masam, ia memasuki rumahnya yang terbilang jauh dari kata mewah, berbeda dengan rumah yang ditempatinya bersama Reza, di Surabaya Barat. Kemunculannya tanpa Reza selaku sang suami membuat sang ibu mengerutkan kening seraya bertanya, "Lho, Naf, Reza engga ngantar kamu ke sini?" Naffa melirik sang ibu dan menjawab jujur, "Aku yang pengen pulang sendiri, Bu." Halimah yang semula terlihat tenang memicingkan kedua matanya dan kembali bertanya pada putri kesayangannya itu, "Kenapa, nak? Kamu bertengkar sama Reza?" Naffa hanya sedikit menundukkan kepala. Ia tak berani menjawab atau pun beradu pandang dengan wanita yang telah sangat berjasa dalam mendidik dan membesarkannya tanpa pamrih di hadapannya saat ini. Yang ada dalam pikirannya saat ini hanya lah sejumlah cara agar sang suami tak lagi bermain gila dengan wanita lain saat dirinya sedang tidak di sekitarnya. Setelahnya, ia berlalu

  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Part 68

    Dina pov Sekitar satu jam kemudian, aku dan Khandra sudah berada di dalam mobil. Setelah menerima ajakan menikah darinya dan menikmati sedikit makan penutup yang tersisa, aku dan dia sepakat untuk menyudahi acara makan malam yang berkesan tadi. Saat mobil milik Khandra baru saja keluar dari area parkir, Khandra mengulas senyum simpul dan membuka obrolan dengan bertanya, "Kamu pengen tema pesta pernikahan yang gimana?" "Yang sederhana aja cukup, Khan." Aku menanggapi dengan santai. "Yakin mau yang sederhana? Kamu engga pengen pesta yang mewah, di hotel berbintang gitu?" Khandra mengerutkan kening seraya melirik padaku sekilas. Lalu, ia menambah kecepatan sambil mendahului beberapa mobil yang menghalangi jalan. Aku pun menatap lurus pada keramaian jalan yang menyeruak. Pertanyaan-pertanyaan itu sebenarnya malas aku jawab, namun sebagai wanita yang terbiasa dengan kesederhanaan, aku tak boleh bungkam karena hal itu bisa disalahrtikan sebagai tanda persetujuan. Lalu, aku m

  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Part 67

    Jika situasi yang dihadapi oleh Reza dan Naffa bagaikan kapal pecah akibat diterjang badai, lain halnya dengan situasi yang dialami oleh mantan istri Reza, Dina. Wanita mandiri dengan bisnis yang sedang berkembang itu tengah merenda hubungan asmara dengan Khandra. Hari demi hari, dilalui oleh dua sejoli dengan status diri yang berbeda itu. Sesekali, di antara keduanya, terjadi perbedaan pendapat. Namun, hal tersebut tak membuat hubungan mereka renggang atau retak. Justru, kerikil-kerikil kecil itu membuat hubungan keduanya semakin rekat dan hangat. Merasa bahwa hubungan yang terjalin memiliki potensi yang bagus di masa depan, Khandra dengan tekadnya yang teguh, memutuskan untuk melamar Dina. Kegiatan itu dilakukannya saat mereka sedang menikmati makan malam di salah satu restoran terkenal yang bertempat di hotel bintang lima, di area Surabaya Barat. "Ini champagne terbaik dari restoran kami, Tuan," ucap waiter dengan seragam merah marun yang berpadu dengan celemek berwarna pu

  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Part 66

    Naffa pov Aku dengan kedua mata berkaca-kaca mengeram jemari, berusaha menahan agar diri ini tidak meledakkan emosi setelah mendengar suara tawa dari suamiku sendiri. Di samping rasa kecewa yang hadir, aku juga berusaha untuk meredam amarah yang membuncah di dalam hatiku ini. Namun, aku tetap berusaha tenang, terutama saat aku melangkah dan meraih knop pintu kamar yang ditempati oleh Marni. "KRAK!" Dengan keberanian yang aku punyai, aku memutar knop pintu dan menangkap basah Reza yang tengah berbaring dengan kondisi bertelanjang dada, bersebelahan dengan Marni yang tubuhnya tertutup oleh selimut. "Eh, i-ibu!" Marni melebarkan saat dirinya berujar. Tersirat jelas oleh mimik wajahnya jika dia diliputi rasa takut sekaligus kaget. Mungkin, ia tak menyangka jika dirinya akan tertangkap basah olehku, sedang berduaan dengan Reza, laki-laki yang menyandang status sebagai suami sahku di mata hukum dan agama. Bersama dengan terkejutnya Marni, Reza yang semula berbaring menatapku den

DMCA.com Protection Status