Demi kebahagianku dan Alex Simina, aku memutuskan untuk mengobati stenosis kongenitalku di rumah sakit. Akan tetapi, dokternya itu teman Alex. Aku juga merasa malu dengan rencana perawatannya. “Selama terapi, kita akan melakukan kontak fisik intim yang nggak dapat dihindari.” “Seperti berciuman, bersentuhan, dan …”
View MoreBang Jodi tampak terkejut, lalu tersenyum tipis sambil berkata, “Javier, ada apa ke sini?”Javier masuk ke dalam kamar.Dia melepaskan jas dan melemparkannya ke arahku untuk menutupi rasa maluku.“Dia pacarku. Aku salah lihat orang, sehingga diantar ke tempat Bang Jodi.”“Aku datang jemput orang.”Bang Jodi meletakkan apa yang dipegangnya. Dia tampak tersenyum, tetapi ada nada bahaya dalam perkataannya.“Wah, kurang beruntung nih. Aku baru main dan kayaknya nggak bisa berhenti sekarang.”“Gimana … kalau aku habis main baru antar dia ke tempatmu?”Mendengar ini, wajah Javier berubah.Dia berkata dengan dingin, “Jodi, itu tergantung apakah kau punya kemampuan untuk main.”Bang Jodi tertawa dan berkata dengan sombong seperti anak remaja, “Javier, kau cuma dokter yang nggak punya kekuasaan nyata. Atas dasar apa kau membentakku? Daripada sok penyelamat, mending kau pulang pikirkan cara untuk dapat lebih banyak warisan.”“Kau tidak perlu khawatirkan urusan keluarga kami.”Seorang pria yang m
Kaki dan tanganku diborgol, sehingga aku tidak dapat menghindar.Begitu cambuk mengenaiku, terdengar suara yang jernih.Pada saat yang bersamaan, aku merasakan nyeri yang hebat.Dari tulang selangka ke leher, dengan cepat muncul garis cambuk tipis yang semakin memerah dan membengkak.Aku merasakan sakit yang mematikan. Aku menjerit dan air mata mengalir seketika.Bang Jodi mengelus pipiku dengan punggung tangannya. Dia berkata dengan lembut tapi perkataannya menakutkan, “Diam … Aku suka yang diam.”“Kalau masih bersuara, aku bakal marah.”Aku langsung diam. Badanku terus bergetar dan aku bahkan tidak berani menangis.Dia mengangkat gaunku.Pandanganku terhalangi oleh kain-kain sifon yang menumpuk di pinggangku.Bagian bawah tubuhku terasa dingin, Bang Jodi melepaskan kain kecil itu.Bagian intimku terekspos di hadapan orang.Aku merasa sangat terhina, hingga rasanya ingin mati seketika itu juga.Bang Jodi melihat beberapa detik lalu wajahnya mulai berubah.Sudut bibirnya sedikit terang
Seketika, mataku membesar dan jantungku berdebar.Di tengah sapaan yang tertib itu, aku mendengar suara suamiku, Alex.Aku tidak percaya dan memutar leherku yang kaku.Orang yang berdiri di antara pengiring pria berengsek itu adalah Alex.Dia berjalan ke depan orang yang dipanggil Bang Jodi Shant dan membungkukkan badannya.“Akhirnya Anda tiba. Orangnya di sini. Coba lihat apakah puas?”Usai berbicara, dia mencengkram daguku dan memaksaku menengadah.Tubuhku dingin dan bergemetar ketika melihat pria yang telah kukenal selama lima tahun.Saat ini, aku hanya merasa dia sangat asing bagiku.Apakah semua yang terjadi selama lima tahun ini palsu?Alex sama sekali tidak merasa bersalah saat melihat tatapanku yang kecewa, tapi penuh dengan sanjungan.Bang Jodi menatapku sejenak dan tampak lumayan puas.“Apa dia beneran kecil?”Alex memukul dadanya dan menjamin.“Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Nggak akan salah.”“Bang Jodi tenang saja. Aku nggak pernah menyentuhnya. Dia masih perawan.
Aku terkejut akan tubuhnya yang panas dan segera menarik tanganku.Tepat pada saat ini aku baru sadar, pandangan mereka terhadapku tidak benar!Tatapannya sangat rakus, seperti karnivora yang mengunci mangsanya.Aku semakin merasa tidak tenang.Aku mundur beberapa langkah ke belakang dan mereka pun ikut mendekat.Seperti seekor kelinci yang tidak sengaja menginjak sarang serigala dan dikelilingi oleh sekelompok serigala yang lapar.Aku melihat ke sekitar dan nadaku menjadi bergetar karena takut.“Apa … apa yang mau kalian lakukan?”Ekspresi pria itu menjijikkan dan dia terus melihatku dari atas ke bawah.“Aku dengar dari Bang Alex, katanya tubuhmu sangat ‘spesial’ … “Mendengar ini, aku merasa emosi.‘Alex sialan, beraninya beberkan rahasiaku.’Pengiring pria lain menambahkan, “Iya, kami semua ingin kenal dengan wanita sepertimu.”Sembari berkata, tangannya ingin melepaskan rokku.Aku terkejut hingga menjerit dan terus mundur ke belakang, tapi tanpa sengaja tersandung kursi dan jatuh k
Seiring dengan rencana terapi yang terus berlanjut, kondisiku mulai membaik.Awalnya hanya bisa menerima satu jari tangan, sekarang pelan-pelan sudah bisa sampai dua dan tiga jari tangan.Selama ini, hubunganku dan Javier juga menjadi semakin akrab.Bagiku ini merupakan hal yang baik dan juga buruk.Semakin akrab semakin aku tidak menolak sentuhan Javier. Rencana terapi pun bisa berjalan dengan lancar.Yang menjadi masalah adalah aku benar-benar tidak bisa tahan dan terus tergoda oleh pria yang tampan, lembut dan sering menunjukkan rasa sayang padaku.Pada akhirnya, aku malah menyadari dengan putus asa bahwa aku lebih bergantung pada Javier dan punya perasaan yang lebih kuat padanya dibanding dengan tunanganku Alex.Kemarin saat pilih cincin nikah, aku ragu di antara dua cincin.Entah mengapa, aku tidak meminta pendapat Alex terlebih dahulu, melainkan bertanya pada Javier.Waktu itu Javier sedang memelukku dan jari-jarinya yang jenjang sedang memainkan rambutku.Aku buka ponsel dan mem
Kedua kakiku terbuka lebih lebar.Dia masuk dengan penuh dominasi …Kenikmatan dan rasa sakit datang bersamaan, sehingga aku pun merintih pelan.Kedua kali ini juga diakhiri dengan kegagalan.Tidak ada pilihan lain.Ini adalah kelainan bawaan. Bisa menerima segitu banyak pada hari ini sudah di luar dugaan.Lagi pula, satu jari tangan pun tidak bisa saat terakhir kali bersama Alex.Setelah selesai, aku terbaring lemas di atas ranjang.Nafas Javier yang kuat dan panas menghembus di dekat leherku.Ada sesuatu yang ganjal di pinggangku yang tidak dapat diabaikan keberadaannya.Wajahku panas. Aku diam-diam bergeser ke atas dan berniat untuk menghindarinya.Tanpa diduga, sepasang lengan yang kuat melingkari pinggangku terlebih dahulu.Javier berkata dengan penuh nafsu, “Kamu menghindari apaan?” Aku melihat sekilas bagian intimnya dan bertanya, “Gimana kalau aku bantu dengan cara lain?”Javier tertawa kecil dan mencium pipiku.“Nggak usah, kau sudah cukup lelah hari ini.”Kepalaku masuk ke p
Dia menunduk menatapku. Cahaya lampu menyapu wajahnya dan membentuk aurora samar yang membuatnya tampak lebih menawan.Hidungnya mancung dengan sedikit lekukan di bagian tengah.Bibirnya merah dan matanya tampak memesona.Jujur, aku terpana pada tampilan Javier saat pertama kali melihatnya.Di antara sekumpulan pria yang tampak biasa, Javier sangat menonjol.Wajahnya ganteng, badannya tinggi, dan sangat unggul hingga tampak seperti pria yang berbeda dengan pria lainnya.Aku menganggukkan kepalaku.Javier bersenandung, lalu menundukkan kepalanya dan mencium dahiku dengan lembut.Mataku membelalak, jantungku seakan-akan lambat berdetak.Begitu dekat, aku mencium aroma jeruk yang samar dari tubuhnya.Dia mencium pipiku dengan lembut, sementara satu tangannya membuka resleting gaunku.Pinggangku mendingin dan aku pun menggeliat.Dia sepertinya sadar akan kegelisahanku, lalu berbisik padaku untuk menenangkanku.“Jangan takut, aku akan pelan-pelan.”Suaranya lembut dan membuat orang merasa s
Demi kebahagianku dan Alex Simina, aku memutuskan untuk mengobati stenosis kongenitalku di rumah sakit. Akan tetapi, dokternya itu teman Alex. Aku juga merasa malu dengan rencana perawatannya.“Selama terapi, kita akan melakukan kontak fisik intim yang nggak dapat dihindari.”“Seperti berciuman, bersentuhan, dan …”…“Mohon pasien nomor 34 masuk ke ruang praktek yang pertama.”Beberapa hari yang lalu, aku tiba-tiba sadar.Kehidupan seks aku dan Alex yang sudah lama berpacaran tidak harmonis.Aku punya stenosis kongenital. Aku bahkan tidak bisa menampung pria berukuran normal.Melihat tatapan kecewa Alex, aku merasa sangat bersalah.Setelah ragu-ragu selama beberapa hari, akhirnya aku putuskan untuk pergi ke rumah sakit.Aku sama sekali tidak menyangka, ternyata Javier Diego adalah dokternya.Dia adalah teman Alex.Kami baru saja bertemu beberapa hari yang lalu.“Nona Siska, masih banyak pasien yang antri, mohon Anda masuk dulu.”Suara merdu terdengar, aku pun langsung sadar. Reaksi per
Demi kebahagianku dan Alex Simina, aku memutuskan untuk mengobati stenosis kongenitalku di rumah sakit. Akan tetapi, dokternya itu teman Alex. Aku juga merasa malu dengan rencana perawatannya.“Selama terapi, kita akan melakukan kontak fisik intim yang nggak dapat dihindari.”“Seperti berciuman, bersentuhan, dan …”…“Mohon pasien nomor 34 masuk ke ruang praktek yang pertama.”Beberapa hari yang lalu, aku tiba-tiba sadar.Kehidupan seks aku dan Alex yang sudah lama berpacaran tidak harmonis.Aku punya stenosis kongenital. Aku bahkan tidak bisa menampung pria berukuran normal.Melihat tatapan kecewa Alex, aku merasa sangat bersalah.Setelah ragu-ragu selama beberapa hari, akhirnya aku putuskan untuk pergi ke rumah sakit.Aku sama sekali tidak menyangka, ternyata Javier Diego adalah dokternya.Dia adalah teman Alex.Kami baru saja bertemu beberapa hari yang lalu.“Nona Siska, masih banyak pasien yang antri, mohon Anda masuk dulu.”Suara merdu terdengar, aku pun langsung sadar. Reaksi per...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments