Home / Romansa / Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali / BAB 58 : Mulai Menjadi Perhatian

Share

BAB 58 : Mulai Menjadi Perhatian

Author: reefisme
last update Last Updated: 2025-03-26 20:03:19

Pagi yang cerah.

Ruangan kerja Departemen Urban Development Regional terasa lebih sibuk dari biasanya.

Pagi itu, para analis senior tengah berdiskusi serius di sekitar meja rapat. Di layar proyektor, tampak laporan kepadatan populasi untuk area pengembangan baru di pinggiran kota.

Catelyn, yang duduk di meja kecil dekat rak arsip, sibuk menyalin dokumen dan merapikan laporan sesuai instruksi Olivia.

Sejak awal magangnya, tak ada yang benar-benar memperhatikannya—bagi mereka, ia hanyalah anak magang yang tak penting.

“Kepadatan populasi di wilayah ini menurun hampir 30% dalam waktu setahun.” Seorang analis senior menunjuk angka di layar. “Tapi, laporan tahun lalu menunjukkan peningkatan pesat. Ini bertentangan.”

“Kalau datanya bertentangan, berarti ada yang salah,” Olivia menimpali dengan nada malas. “Mungkin kesalahan input? Atau ada data yang belum diperbarui?”

Catelyn mengangkat wajahnya dari dokumen yang sedang ia periksa. Ia tidak bermaksud ikut campur, tapi mendengar perkataan me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 59 : Semakin Nyaman

    Tim menarik napas panjang sebelum berkata, “Sejujurnya, aku sudah memiliki calon sendiri untuk Molly. Tapi karena dia terus mendesak agar aku menyetujui hubungan ini, aku terpaksa mengabulkannya. Molly adalah satu-satunya putriku, dan aku ingin yang terbaik untuknya.”Nielson merasa tenggorokannya kering.“Katakan saja, Sir, apa yang harus saya lakukan agar Anda yakin bahwa saya pantas untuk Molly?” tanyanya dengan nada penuh kepanikan.Tim menyandarkan punggungnya ke kursi. “Masalahnya, kualifikasimu masih belum cukup, Nielson.”Nielson semakin gelisah. Jika Tim Beckett berubah pikiran, hubungannya dengan Molly bisa berakhir seketika.“Saya akan terus meningkatkan kualitas saya, Pak. Saya akan membuktikan bahwa saya pantas untuk Molly.”“Dengan cara apa?” Tim bertanya, ekspresinya penuh penilaian.“Dengan cara apa pun. Asalkan Anda memberi saya kesempatan.” Nielson hampir memohon.Tim menghela napas, lalu setelah beberapa saat berpikir, ia berkata, “Aku sebenarnya tertarik dengan kons

    Last Updated : 2025-03-27
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 60 : Gelisah Yang Sama

    Ethan terhenti. Tangannya menggantung di udara, hanya beberapa inci dari dagu Catelyn.Matanya yang biru jernih menatap wajah gadis itu dengan seksama. Ia sadar betul Catelyn salah sangka.Sudut bibir Ethan terangkat, seulas senyum bermain di sana.Namun ia tidak bergerak lebih jauh.Beberapa detik berlalu dalam diam.Catelyn yang menutup mata akhirnya mulai menyadari bahwa tidak ada yang terjadi.Kedua kelopaknya membuka dan mengerjapkan perlahan, langsung bertemu dengan sorot iris biru Ethan yang begitu dekat.Mata mereka bertaut.Catelyn tersentak, jantungnya berdetak lebih kencang.Namun sebelum ia sempat berkata apa pun, suara bariton Ethan terdengar, tenang dan santai, "Ada saus di bibirmu."Catelyn membeku.Rasanya seperti disiram air dingin.Seketika wajahnya memanas.Ia hampir saja menunduk karena malu, namun sebelum sempat melakukannya, tangan Ethan lebih dulu bergerak.Dengan

    Last Updated : 2025-03-27
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 61 : Bekerja Sama

    Catelyn menatap layar komputernya, jemarinya dengan cepat mengetik beberapa baris data di spreadsheet. Pekerjaannya masih setengah selesai, namun ia enggan berhenti sebelum mencapai targetnya.Beberapa meja di sekitarnya mulai kosong seiring jam makan siang tiba. Suara langkah-langkah meninggalkan ruangan terdengar, diiringi tawa kecil dari rekan-rekan yang berbincang tentang menu makan siang mereka.Saat itu, Daniel, salah satu staf dari departemen yang sama, melewati meja Catelyn."Hai, Catelyn." Daniel berhenti di sampingnya, menyandarkan satu tangan di meja kubikelnya. "Aku mau ke kantin. Ikut?"Catelyn menoleh sekilas, lalu tersenyum sopan."Ah, terima kasih, Daniel. Tapi aku masih tanggung. Aku mau menyelesaikan ini dulu."Daniel mengangkat bahu. "Oke. Jangan lupa makan, ya."Setelah Daniel pergi, ruangan menjadi lebih sepi.Sejak komentar spontan-nya minggu lalu, Catelyn kini tak lagi dianggap tak ada oleh staf-staf senior di sana. Beberapa orang mulai menyapanya layaknya rekan

    Last Updated : 2025-03-27
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 62 : Menghibur Diri

    Waktu menunjukkan pukul 17:00—jam normal pulang kantor di Denver.Catelyn menghela napas pelan, matanya menatap layar komputer yang kini hanya menampilkan desktop kosong.Ia merapikan berkas-berkas, memastikan tidak ada dokumen yang tertinggal sebelum menyimpannya ke dalam laci. Keyboard didorong ke tempatnya, dan layar dimatikan.Setelah itu, ia membenahi barang-barangnya di kubikel—menyusun kembali alat tulis, merapikan sticky notes yang tertempel di pinggir meja, serta meletakkan mug kopi kosong ke sudut.Biasanya, Catelyn tidak akan pulang sepagi ini.Ia kerap bertahan lebih lama dibanding staf lain, menyempurnakan pekerjaannya dan mempelajari hal-hal baru.Sebagai anak magang, ia tahu posisinya rentan, sehingga ia selalu berusaha memberikan yang terbaik.Namun kali ini berbeda.Pikirannya terlalu kacau.Matanya melirik sekilas ke arah kubikel lain yang sudah mulai kosong. Orang-orang pulang satu per satu, meninggalk

    Last Updated : 2025-03-28
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 63 : Tersudut

    Catelyn meneguk sisa minumannya, merasakan panas alkohol yang membakar tenggorokannya dan mulai menguasai tubuhnya.Kepalanya terasa ringan, dan matanya sedikit berkunang-kunang saat ia meletakkan gelasnya di meja bar. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang masih dipenuhi ucapan Nielson siang tadi."Aku pulang dulu," katanya, suaranya terdengar lebih santai dari biasanya.Levin, sang bartender, meliriknya dengan tatapan skeptis. "Kau kelihatan nggak biasa minum," komentarnya.Catelyn menyeringai kecil, bahunya terangkat santai. "Memang tidak."Bartender itu mendecak. "Kalau begitu, kau salah langkah dengan minum di bar. Kau yakin bisa pulang sendiri?"Catelyn terkekeh, tapi nada tawanya terdengar sedikit lambat. Tangannya berusaha meraih tas, tapi gerakannya agak kurang stabil. "Aku baik-baik saja," katanya meyakinkan. "Ini cuma minuman, Levin. Tidak akan membunuhku."Tatapan Levin masih terlihat ragu, kekhawati

    Last Updated : 2025-03-28
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 64 : Mencoba Meloloskan Diri

    Mereka melewati lorong sempit yang terlihat biasa, tapi Ethan tahu ini bukan lorong sembarangan.Panel kayu di dindingnya terlihat berat dan tertutup dengan sempurna, kemungkinan ada lorong-lorong tersembunyi di baliknya. Aroma tembakau khas memenuhi udara. Di ujung lorong, ada sebuah pintu baja dengan dua pria bersenjata berjaga di depan.Salah satu penjaga membuka pintu.Begitu Ethan melangkah masuk, ia mendapati sebuah ruangan yang jauh berbeda dari bar di luar.Di tengah ruangan, duduk seorang pria dengan jas mahal, dikelilingi tiga wanita penghibur. Mereka tertawa, menuangkan minuman, dan merapat padanya. Tapi begitu melihat siapa yang baru saja masuk, pria itu langsung menghentikan aktivitasnya.Matanya menyipit sebelum akhirnya ia berdiri."Ethan Wayne," katanya dengan senyum kecil yang tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Sungguh kejutan. Aku tidak menyangka kau akan datang sendiri."Ethan tidak bereaksi.Ia hany

    Last Updated : 2025-03-28
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 65 : Memancing Badai

    Catelyn duduk diam di kursi penumpang, wajahnya sembab. Matanya masih memerah, efek dari sedikit mabuk dan tangisan yang belum lama berhenti.Bayangan kejadian tadi masih menghantui pikirannya. Bagaimana Jeremy hampir menyentuhnya, bagaimana ia terpojok dan tak bisa berbuat apa-apa.Dengan takut-takut, ia melirik ke depan, ke arah pengemudi.Entah siapa pria itu. Ia belum pernah melihatnya sebelumnya.Pakaian pria itu sederhana, seperti seseorang yang berusaha tidak mencolok. Topi gelap menutupi sebagian wajahnya, sementara kemeja hitam kasual yang dikenakannya tampak biasa saja.Namun, di balik tampilan samar itu, ada aura bahaya yang kentara. Postur tegapnya, cara ia menggenggam setir dengan mantap, dan sorot matanya yang tajam—semua itu memberi kesan bahwa pria ini bukan orang biasa.Pria itulah yang tadi menghajar Jeremy. Dalam dua pukulan saja, Jeremy terkapar tak sadarkan diri.Catelyn bergidik mengingatnya. Secepat dan se

    Last Updated : 2025-03-29
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 66 : Kekhawatiran

    Minggu siang terasa begitu kelabu bagi Catelyn.Matahari yang seharusnya bersinar terang di luar jendela apartemennya tidak mampu mengusir gelap yang menyelimuti pikirannya.Ia masih meringkuk di atas ranjang sempitnya, lutut ditarik ke dada, tubuhnya bergetar halus. Dini hari tadi, setelah insiden mengerikan tadi malam itu, ia tidak bisa tidur.Matanya sembab, bekas tangis masih jelas terlihat di wajahnya yang lelah. Semalam adalah mimpi buruk yang tak pernah ia bayangkan akan terjadi dalam hidupnya.Pikirannya terus melayang ke kejadian setelah ia keluar dari Gilded Lounge. Dada Catelyn bergemuruh mengingat bagaimana Jeremy mencoba menyentuhnya dengan paksa.Ia menggigit bibir, menahan sesak yang kembali menyerang.Setiap kali ia menutup mata, bayangan kejadian semalam kembali menerornya.Tidak pernah dalam hidupnya, ia mengalami hal seperti ini.Ia selalu menjaga dirinya dengan baik, bahkan saat bersama Nielson.Meski

    Last Updated : 2025-03-29

Latest chapter

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 107 : Titipan Yang Tak Merepotkan

    Catelyn mengerjapkan mata. “Mr. Thomson? Aku?”Staf itu mengangguk. “Iya. Kamu. Aku hanya menyampaikan pesan dari saja. Kepala departemen menyebut namamu langsung. Katanya segera.”Catelyn sempat membeku. “Ada apa?”“Entahlah. Aku sendiri tak tahu,” kata staf itu sambil mengangkat bahu. “Tapi aku barusan naik dari lantai dua. Beliau minta kamu datang sekarang.”Detak jantung Catelyn tiba-tiba berdentum tak karuan.Jari-jarinya refleks merapikan rambut dan menyusun berkas seadanya. Pikirannya melompat-lompat antara panik, heran, dan takut.Apa ia membuat kesalahan?Atau ada proyek yang ia salah input?Atau ia bakal dikeluarkan?Ia berdiri, lututnya sedikit goyah, namun ia menguatkan diri.Karyawan di sekitarnya mulai menoleh, sebagian melirik penasaran.Langkah Catelyn menuju lift terasa lebih berat dari biasanya, tapi juga seperti digiring oleh sesuatu yang ia tak bisa tolak.Di dalam lift, ia memeja

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 106 : Dipanggil

    Pukul lima pagi.Langit di Denver masih gelap, hanya sedikit cahaya remang menelusup lewat celah tirai apartemen mungil itu.Hening.Tak ada suara selain detak jam dinding dan desah napas dua manusia yang terdampar di tengah kehangatan yang tak terencana.Ethan Wayne membuka matanya perlahan.Kesadarannya perlahan menyusun kembali potongan-potongan memori semalam.Wajahnya masih bersandar pada sesuatu yang lembut—dan saat ia mendongak sedikit, jantungnya nyaris berhenti.Catelyn.Gadis itu duduk bersandar di sisi sofa, tertidur dengan posisi kepala sedikit menunduk, sementara tubuhnya menopang kepala Ethan di atas pangkuannya.Rambut panjang bergelombangnya jatuh menutupi sebagian wajah, napasnya lembut, tenang, damai—dan begitu tulus.Ethan buru-buru bangkit dengan hati-hati, agar tak membangunkannya.Tapi matanya langsung menatap gadis itu dengan pandangan yang penuh penyesalan dan kelembutan.Ia m

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 105 : Pelukan Senyap

    Malam menjatuhkan dirinya dengan tenang di atas kota, menyelimuti bangunan-bangunan tinggi dengan bayang-bayang kelelahan.Di salah satu apartemen yang bertengger di lantai tujuh, lampu temaram menerangi ruang makan sederhana.Aroma sup krim hangat masih menggantung di udara, namun wanita muda yang duduk di meja bundar itu justru menatap makan malamnya dengan tatapan kosong.Catelyn Adams, dengan rambut panjang bergelombang yang menjuntai ke pundaknya, memainkan sendok di piring, tak menyentuh makanan itu sama sekali.Matanya yang berwarna hazel tampak sayu, seakan beban hari ini tak sekadar soal berita Nielson di ADG, tapi juga sesuatu yang menggigit pelan-pelan dari dalam dadanya—perasaan yang tak ia izinkan tumbuh, tapi sudah telanjur berakar.“Hhh...” Ia menghela napas, kemudian bangkit.Digerakkan oleh rutinitas lebih dari keinginan, ia meraih gelasnya yang hampir kosong dan membawanya ke wastafel.Air mengalir,

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 104 : Kabar Menyesakkan

    Langit Denver siang itu tampak cerah, tapi angin musim semi yang menyelinap lewat celah jendela besar kantin kantor Aurora Development Group membawa udara dingin yang menggelitik kulit.Gedung kaca pencakar langit itu memantulkan cahaya matahari dengan kilau dingin, kontras dengan kehangatan kantin yang dipenuhi suara riuh para pegawai.Di sudut ruangan, Catelyn duduk.Gadis bermata hazel itu masih memegang gelas plastik berisi lemon tea yang sudah setengah dingin.Di depannya, piring makan siang yang tadi ia nikmati telah kosong, hanya tersisa serpihan kecil roti lapis dan beberapa lembar tisu yang terlipat rapi.Namun pandangannya tidak tertuju pada apa pun di sekelilingnya.Ia hanya menatap lurus ke meja, sesekali menggulirkan ibu jarinya pada ponsel yang ia biarkan menyala di atas meja.Pesan terakhir dari Ethan dua hari lalu masih terbuka.Singkat. Sopan. Seperti pesan dari seseorang yang berusaha tetap hadir, namun pikira

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 103 : Karena Seseorang Yang Tak Sempat Ditemui

    “$9,500?” Nielson melotot. “Apa kau serius? Mobil ini aku beli $18,000 tiga tahun lalu!”“Aku percaya,” balas Dash tenang. “Tapi mobil turun nilai. Apalagi dengan cacat fisik dan fitur rusak, plus sudah lewat 80 ribu mil. Kalau ada catatan servis lengkap, mungkin bisa naik seribu dolar, tapi…”Nielson menghela napas panjang, wajahnya pucat. “Terserah. Aku butuh uangnya sekarang.”Dash mengangguk, “Kita bisa langsung transfer ke rekeningmu.”Nielson hanya mengangguk, menatap mobilnya sekali lagi.Ia mengusap bagian atas kap, seolah mengucapkan perpisahan. “Kau lambang keberhasilan-ku... Tapi sekarang, bahkan kau pun harus aku lepas.”Langkahnya berat saat meninggalkan area itu. Nielson tidak langsung pulang ke apartemen.Sebaliknya, ia berjalan kaki menyusuri jalanan kecil menuju halte.Angin sore berembus, membuat rambutnya yang tak lagi tertata rapi, kian berantakan.Hampir seminggu ini, ia sengaja mengambil cuti dari pekerjaannya, pura-pura sedang menangani urusan keluarga.Nyatanya

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 102 : Melepaskan Kebanggaan Satu Persatu

    Catelyn masih sibuk merogoh tas saat tubuhnya bertabrakan dengan seseorang.“Oh! Maaf, saya—” ucapnya refleks, namun kata itu terhenti begitu saja di tenggorokannya saat ia mendongak.Wajah yang begitu ia kenal dan hampir seminggu ini sempat ‘menghilang’, terpampang di hadapannya: Nielson.Bukan saja Catelyn terkejut karena menabrak lelaki itu, namun juga penampilan lelaki itu yang tampak berbeda.Jauh dari sosok yang dulu selalu tampil rapi, percaya diri, dan angkuh.Wajahnya sedikit lebih tirus, seolah kehilangan bobot tubuhnya dalam waktu singkat.Rambutnya acak-acakan, tak lagi tersisir rapi seperti biasanya, dan kemeja putih yang dikenakannya tampak kusut, tak disetrika, dengan kancing atas yang dibiarkan terbuka.Tak ada dasi mahal, tak ada jam tangan mewah yang biasanya mencolok di pergelangan tangannya. Bahkan ekspresi khas Nielson—senyum licin penuh percaya diri—hilang dari wajahnya,

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 101 : Merindukannya?

    “Daniel dipindahkan ke departemen Project Evaluation & Site Strategy mulai minggu ini,” kata Howard pada seorang staf senior wanita, menghentikan langkah Catelyn yang baru saja kembali dari ruang arsip.Gadis itu membalikkan badan, kedua alisnya berkerut. Ia melangkah mendekati Howard.“Dipindahkan?” ulangnya dengan suara pelan, terdengar kaget. “Apakah karena hari itu? Karena dia keracunan dan tidak bisa datang presentasi?”Nada khawatir itu muncul begitu saja, tak bisa disembunyikan.Baru saja ia menengok Daniel di rumah sakit Sabtu lalu, tiba-tiba ia mendengar hal ini dari Howard, beberapa hari setelahnya.Ia ingat betul hari Jumat lalu, bagaimana Howard tampak cemas dan ketika Daniel tiba-tiba sakit. Dan saat itu, tanpa persiapan matang, ia—seorang anak magang—didorong maju ke ruang presentasi sebagai pengganti.Howard menggeleng cepat, lalu menyilangkan tangan di depan dada, suaranya tenang, “Bukan, bukan karena itu. Justru sebaliknya, Daniel mendapat promosi. Dia dipercaya untuk

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 100 : Panggilan Khusus

    Robert Thomson tampak pucat.Kemejanya sedikit kusut, dan dasi di lehernya terasa jauh lebih mencekik dari biasanya. Ia berkali-kali menyeka keringat yang mengalir dari pelipis dengan sapu tangan, sementara langkah kakinya terus mengikuti sosok pria di depannya yang berjalan cepat namun penuh kontrol.Cole Reid, asisten pribadi sang CEO, memimpin langkah dengan tubuh tegap, setelan hitamnya jatuh sempurna, dan wajahnya datar tanpa ekspresi.Keduanya tengah menuju lift khusus yang hanya bisa diakses dengan kartu prioritas—menuju lantai Presidential Suite di Hotel Four Seasons.Robert masih berusaha mengatur napasnya saat akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. Suaranya pelan, hampir tertelan denting musik ambient dari lorong hotel."Ada sesuatu yang saya lakukan… salah?" gumamnya gugup. "Kenapa saya dipanggil secara pribadi oleh CEO?"Cole menatap ke depan, tidak berhenti sejenak pun."Anda akan tahu sendiri, Pak Thomso

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 99 : Mengisi Kekosongan

    Sabtu siang di Denver datang dengan langit yang bening dan udara hangat yang menenangkan.Dari kejauhan, gedung rumah sakit terlihat menjulang tenang, dikelilingi oleh pepohonan yang mulai menua warnanya menyambut awal musim gugur. Suasana di dalam rumah sakit terasa kontras—sunyi, steril, namun tidak kehilangan kehangatan.Catelyn berjalan melewati koridor lantai tiga dengan langkah ringan.Ia mengenakan sweater lembut warna sage, celana panjang krem, dan sepatu flat. Di tangannya, sebuket bunga krisan putih serta tas kertas berisi sup ayam bening hangat dan sebotol minuman elektrolit—menu ringan yang dipilihnya hati-hati untuk seseorang yang baru saja mengalami keracunan makanan.Pintu kamar 307 terbuka sebagian. Catelyn mengetuk pelan sebelum mendorongnya.Daniel Hunter, pria berambut gelap dengan wajah cukup tampan yang biasanya tenang dan tajam, kini tampak lebih pucat. Tapi senyumnya merekah hangat begitu melihat siapa yang datang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status