Share

Bab 141

Author: Zayba Almira
last update Last Updated: 2025-04-01 21:40:38

Clara menghirup napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri setelah pertemuan tadi. Semua rasanya semakin rumit.

Di satu sisi, dia merasa semakin terikat dengan Kieran, tapi di sisi lain, perasaan cemas terus menghantui dirinya. Apakah dia mampu menghadapi semua ini?

Apakah dia bisa tetap menjaga profesionalismenya di tengah perasaan yang semakin kuat?

Setelah pertemuan yang intens tadi, Clara merasa seolah-olah dunia di sekitarnya tiba-tiba bergerak lebih cepat.

Kieran, CEO yang sangat karismatik dan penuh pesona, sudah cukup membuatnya merasa terombang-ambing.

Namun, ada satu hal yang membuatnya merasa terjebak dalam perasaan yang semakin dalam: Kieran tak pernah ragu menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya.

Dan itu yang membuat Clara bingung.

Di luar kantor, dia berusaha menjaga jarak, namun dalam setiap interaksi yang mereka miliki, ada semacam kedekatan yang tak bisa dia hindari.

Clara merasa seperti berada dalam perangkap antara hati dan kewajiban profesionalnya.

Seusai p
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 142

    Pagi berikutnya, Clara tiba lebih awal di kantor. Pagi itu terasa berbeda. Semua terasa lebih sunyi, lebih hening. Hanya ada suara langkah kakinya yang menggema di sepanjang lorong kantor. Meskipun seluruh dunia terasa sama, ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Perasaan yang dia rasakan sejak pertemuannya dengan Kieran kemarin semakin menggelora. Kata-kata Kieran terngiang di telinganya, memutar ulang setiap detil percakapan mereka. Aku sangat menghargaimu lebih dari yang kamu bayangkan.Kalimat itu mengusik pikirannya, membuatnya bertanya-tanya apa yang sebenarnya dimaksud Kieran. Apa benar kata-kata itu hanya sekedar ungkapan dukungan profesional? Ataukah ada lebih banyak yang ingin ia sampaikan? Clara berusaha mengalihkan pikirannya dengan menatap layar komputernya, berharap pekerjaan yang menumpuk bisa membuatnya fokus kembali. Namun, ada sesuatu yang menghalangi pikirannya—keinginan untuk mengetahui lebih banyak tentang Kieran. Perasaan itu semakin sulit untuk dibendung.

    Last Updated : 2025-04-01
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 143

    Clara menatap layar ponselnya dengan mata yang mulai lelah. Setiap detik yang berlalu terasa seperti beban berat di pundaknya. Meskipun bekerja dengan Kieran sudah menjadi rutinitas yang familiar, kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Ada ketegangan yang tak bisa dia pungkiri. Setiap kali dia bertemu dengannya, rasanya ada jarak yang semakin besar, meskipun mereka hanya berada beberapa langkah dari satu sama lain.Ponsel di tangannya bergetar. Clara segera mengangkatnya, berharap itu adalah Kieran yang ingin membahas beberapa hal penting.“Clara, bisa ketemu di kantor sebentar? Ada hal yang perlu dibicarakan,” suara Kieran terdengar begitu serius, bahkan sedikit dingin. Clara bisa merasakan ketegangan yang mengalir dalam kata-katanya.“Baik, saya akan segera ke sana,” jawab Clara, berusaha menjaga ketenangan dalam suaranya meskipun hatinya berdebar tak karuan.Setelah menutup telepon, Clara menatap sekilas ke luar jendela. Cuaca yang mendung seakan mencerminkan perasaan yang sedang m

    Last Updated : 2025-04-02
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 144

    Hari-hari setelah percakapan itu terasa berbeda bagi Clara. Setiap kali dia bertemu Kieran, perasaan di antara mereka semakin sulit untuk disembunyikan. Setiap tatapan, setiap senyuman, bahkan setiap kali mereka berbicara, terasa lebih dalam, lebih penuh makna. Namun, meskipun ada kedekatan yang mulai tumbuh, Clara merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam dirinya. Sebuah perasaan takut yang tak bisa dia singkirkan begitu saja.Di sisi lain, Kieran juga tidak bisa menyembunyikan perasaan yang semakin kuat. Dia tahu bahwa hubungan mereka yang awalnya profesional kini telah bergeser, tetapi dia juga tidak bisa lagi mengabaikan perasaan itu. Ia ingin memberikan yang terbaik untuk Clara, tetapi dalam proses itu, dia juga merasakan kecemasan—apakah keputusan yang mereka ambil ini benar? Apakah mereka siap menghadapi konsekuensinya?Suatu sore yang mendung, Kieran mengajak Clara untuk berjalan-jalan setelah rapat yang cukup panjang. Mereka berdua berjalan keluar dari kantor, menuju tam

    Last Updated : 2025-04-02
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 145

    Keesokan harinya, Clara terbangun dengan perasaan campur aduk. Matanya masih sedikit berat, seolah semalam tidur tidak cukup, tapi ada satu hal yang membuatnya terjaga lebih cepat dari biasanya—panggilan yang sudah lama ia hindari. Ia menarik napas panjang sebelum akhirnya meraih telepon genggamnya. Pesan dari Kieran masuk beberapa menit lalu._"Clara, bisa kita bicara serius hari ini? Aku butuh kamu di kantor lebih awal. Ada keputusan penting."_Clara menatap layar teleponnya, berpikir sejenak. Beberapa minggu terakhir, ia merasa hubungan mereka semakin intens. Tidak hanya dalam pekerjaan, tetapi juga dalam hubungan pribadi mereka yang mulai berkembang ke arah yang tidak terduga. Meskipun dia mencoba untuk tetap profesional, ada perasaan yang sulit diabaikan.Dia mengenakan jas hitam yang sudah siap disiapkan di lemari, memperhatikan dirinya di cermin. Wanita itu merasa siap, tetapi hatinya terasa tidak sepenuhnya tenang. Ada pertanyaan yang terus menghantui pikirannya: Apakah

    Last Updated : 2025-04-03
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 146

    Hari-hari setelah pertemuan itu berlalu, dan Clara merasa seolah-olah berada di persimpangan jalan yang tak kunjung menemukan petunjuk yang jelas. Meskipun ia berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaannya, bayang-bayang percakapan dengan Kieran terus menghantui pikirannya. Setiap detik, setiap menit, ia merenung, berusaha mencari jawaban yang tepat. Kieran, di sisi lain, memberi ruang untuk Clara. Ia tidak mendesak, tidak memaksa. Ia tahu bahwa keputusan itu harus datang dari Clara sendiri. Meski demikian, ia tetap merasa cemas. Setiap kali ia melihat Clara di kantor, ada kerinduan di matanya, sebuah harapan yang belum sepenuhnya terkubur. Pagi itu, Clara berdiri di depan cermin di kamarnya, mencoba untuk meresapi setiap kata yang pernah ia dengar. "Aku ingin kita bersama, dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi. Tapi aku menghormati keputusanmu." Kata-kata Kieran itu terus mengiang di telinganya. Namun, yang lebih mengganggunya adalah perasaan di dalam hatinya yang terus bergejol

    Last Updated : 2025-04-03
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 147

    Clara duduk di kursi kayu yang ada di balkon kantor Kieran, matanya menatap jauh ke horizon. Udara malam yang sejuk menyentuh kulitnya, namun pikirannya masih terperangkap dalam kebingungannya.Sebentar lagi, hari besar yang sudah dipersiapkan selama berbulan-bulan akan datang, dan Clara merasa cemas akan segala hal yang bisa terjadi.Di sisi lain balkon, Kieran berdiri memandangi Clara dengan tatapan penuh perhatian. Meskipun kehadirannya selalu tenang dan terkendali, kali ini ada yang berbeda. Ada rasa khawatir yang samar, tapi jelas terlihat dalam gerakan kecilnya saat ia melangkah mendekat."Clara," suaranya rendah namun penuh ketegasan, seperti biasa, tetapi ada kehangatan yang menyelimutinya. "Kenapa kamu tampak jauh? Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu."Clara menghela napas panjang, kemudian menatap Kieran. Matanya penuh dengan pertanyaan yang tak terjawab, kekhawatiran yang dia coba sembunyikan di balik senyuman tipisnya. "Aku... hanya merasa ragu, Kieran. Ragu akan se

    Last Updated : 2025-04-04
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 148

    Hari-hari berlalu begitu cepat, dan Clara mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Perasaan takut yang selama ini membelenggunya perlahan mulai menghilang, digantikan oleh rasa percaya diri yang lebih kuat. Setiap hari, ia semakin terlibat dalam proyek besar itu, dan setiap keputusan yang ia buat terasa lebih matang.Ia tahu bahwa Kieran selalu ada di belakangnya, memberikan dukungan yang tidak terhingga.Namun, di balik kemajuan yang ia rasakan, ada sesuatu yang masih mengganggu pikirannya. Ada satu pertanyaan yang terus terulang dalam benaknya, satu hal yang belum ia ungkapkan sepenuhnya kepada Kieran. Sesuatu yang lebih dalam, yang menyentuh perasaan yang ia coba sembunyikan.Pagi itu, di ruang kerjanya yang terletak di lantai yang sama dengan Kieran, Clara duduk di mejanya, memandangi layar komputer yang terbuka di depannya. Meski tampak fokus, pikirannya tidak sepenuhnya terpusat pada pekerjaan. Sesekali ia melirik ke arah pintu ruang kerja Kieran, berpikir tentang bagaiman

    Last Updated : 2025-04-04
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 149

    Seiring berjalannya waktu, hubungan Clara dan Kieran semakin berkembang. Mereka tak lagi hanya rekan kerja, tetapi juga menjadi teman sejati yang saling mengandalkan. Clara merasa bahwa dunia yang dulu terasa berat, kini mulai terasa lebih ringan. Setiap langkah yang mereka ambil bersama seolah menghapus segala keraguan dan ketakutan yang pernah menghantuinya.Meskipun masih banyak tantangan yang mereka hadapi, kedekatan mereka memberi Clara kekuatan yang luar biasa. Kieran, yang dulunya hanya seorang kolega yang misterius dan tertutup, kini menjadi seseorang yang tak tergantikan dalam hidupnya. Setiap percakapan dengan Kieran, setiap tatapan matanya, seolah mengingatkan Clara bahwa ia tidak lagi sendiri.Namun, di balik kebahagiaan yang mulai mereka bangun, Clara tidak bisa menutupi perasaan bingung yang kadang-kadang muncul. Ada hal yang ia rasakan belum sepenuhnya ia pahami. Perasaan yang tumbuh antara mereka begitu kuat, namun ada saat-saat di mana Clara merasa ada batasan y

    Last Updated : 2025-04-05

Latest chapter

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 197

    Setelah ledakan bawah laut menghancurkan terowongan Genesis dan paket data palsu mengguncang Nexus, Kieran dan Clara kembali ke markas. Namun suasana di ruang komando terasa berbeda—tegang, penuh tatapan curiga. Clara menatap layar besar di dinding yang menampilkan alur operasi. Lampu-lampu hijau yang sebelumnya menandai keberhasilan, kini beberapa berkedip merah. Aretha tiba-tiba bersuara: > “Terdeteksi manipulasi data internal. Jejak akses terakhir oleh user Arion. Hasil autentikasi: user terverifikasi sebagai bagian tim inti Anda.” Kieran menahan napas. Arion—nama itu milik letnan lapangan yang selama ini paling setia. Ia menoleh ke Clara, mata mereka bertemu penuh kecemasan. “Arion?” gumam Clara. “Dia tidak mungkin…” Mereka segera menyusuri jejak digital. Aretha memproyeksikan peta pola jaringan: Arion mengirim sinyal enkripsi kuat ke server Veritas tepat setelah mereka menutup tambang Genesis. Lebih mengejutkan, ia mencabut modul komunikasi tim, memotong akses drone peny

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 196

    Fajar menyingsing perlahan ketika Kieran dan Clara tiba di markas rahasia mereka, membawa Sierra yang masih terguncang. Di lorong berpendar lampu putih, mereka berjalan serempak menuju ruang interogasi kecil—meja logam, tiga kursi, dan satu kursi roda.Clara membuka borgol Sierra dengan hati-hati. Sierra menatap kelelahan, matanya merah, bibirnya retak. Kieran dan Clara duduk berhadap-hadapan, menunggu Sierra bicara."Aku... tak bermaksud menghancurkan semuanya," suara Sierra gemetar. "Aku butuh uang untuk melarikan diri. Mereka menjanjikan kebebasan."Clara mencondongkan badan. "Siapa yang menjanjikan? Nexus Corp? Atau tangan bayangan lain?"Sierra menunduk. "Bukan hanya Nexus. Ada inisiator baru—organisasi yang membeli data Nexa untuk kemudian memanipulasi sisa-sisa penelitian. Mereka menyebut diri mereka Veritas.""Mereka kebal hukum, beroperasi di balik korporasi sah."Kieran meremas pegangan kursi. "Veritas... nama yang menipu. Mereka klaim menegakkan kebenaran, tapi ini cuma ke

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 195

    Langit sore mulai berubah jingga ketika Kieran berdiri di depan jendela besar ruang kerjanya. Matanya menatap jauh, namun pikirannya sibuk memutar ulang percakapan terakhir dengan Clara. Wajah gadis itu, dengan tatapan penuh keteguhan dan luka yang tersembunyi, terus membayanginya.Pintu diketuk pelan. Kieran membalikkan tubuhnya. Clara masuk dengan langkah hati-hati, membawa sebuah map berisi dokumen yang diminta Kieran siang tadi."Ini berkas laporan keuangan yang Anda minta," ucap Clara, menyerahkan map itu dengan tatapan profesional, tapi mata mereka sempat bertaut, dan keheningan sesaat menyergap.Kieran menerima map itu tanpa membuka, justru menatap Clara lebih lama dari yang seharusnya. "Kamu masih marah padaku?"Clara terdiam. Hembusan napasnya terdengar jelas di ruangan senyap itu. "Aku tidak marah. Aku hanya... belajar menjaga jarak.""Karena aku menyakitimu?" suara Kieran rendah, tapi jujur. "Karena aku terlalu pengecut untuk mengakui apa yang aku rasakan lebih awal?"Clar

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 194

    Pagi berikutnya, matahari memantul cerah di permukaan laut, menandai awal tugas baru bagi Clara dan Kieran—meski keduanya masih tersisa sisa euforia bulan madu. Sebuah perahu nelayan kecil siap melaju menuju titik koordinat X4Y7, tempat Aretha mendeteksi residu laboratorium bawah laut.Clara mengenakan wetsuit biru gelap, ia menarik napas dalam melihat ombak yang menari-nari. “Kamu yakin siap?” tanya Kieran, merapikan snorkel di wajahnya.Clara membalas senyum, “Seperti biasa—bersamamu, aku siap.”Mereka menyelam bersama dua teknisi biologi dan satu penyelam penyelamat. Di kedalaman sepuluh meter, aria bawah laut memikat—karang warna-warni, ikan tropis berkelompok, tetapi semakin jauh mereka menjelajah, air tiba-tiba mendingin dan kerang-kerangan berlumut memudar.Aretha memancarkan sinyal: “Clara, sorot lampu di sebelah kanan, koordinat 10.672°N, 123.456°E. Ada struktur logam.”Di antara terumbu, nampak puing-puing rangka baja—pintu laboratorium kecil setengah terkubur, kaca panel

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 193

    Udara sore terasa lebih hangat daripada biasanya. Di teras rumah besar itu, suara tawa kecil terdengar sesekali, membaur dengan aroma teh hangat dan kudapan yang baru saja disajikan.Angel duduk di samping Harry, menatap halaman depan yang kini penuh bunga musim semi bermekaran. Di antara mereka, Arka dan Naya sibuk bermain dengan puzzle besar di lantai kayu. Setiap tawa dan teriakan kecil anak-anak itu terasa seperti melengkapi kehidupan baru yang kini mulai tertata."Aku masih merasa ini semua seperti mimpi," kata Angel, menggenggam cangkir teh di tangannya. "Semua berubah begitu cepat."Harry menoleh, menatap wajah Angel dengan penuh kasih. "Kadang-kadang, hidup memang suka memberi kejutan," ujarnya lembut. "Tapi aku bersyukur kejutan itu membawamu ke hidupku."Angel tersenyum malu, pipinya bersemu merah. Ia tahu, segala luka masa lalu perlahan mulai sembuh. Ia tak lagi sendirian. Ia memiliki mereka—Harry, Arka, dan Naya. Sebuah keluarga yang ia impikan, kini menjadi nyata.Tak j

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 192

    Persiapan pernikahan Clara dan Kieran berjalan jauh lebih sibuk daripada yang mereka bayangkan. Sejak pagi, apartemen kecil mereka dipenuhi dengan tumpukan undangan, contoh dekorasi, hingga kain-kain gaun yang dipilih Clara dengan penuh semangat.Di ruang tamu, Lena sedang membolak-balik katalog kue sambil sesekali mengunyah biskuit. Sementara Victor dan Kieran sibuk memasang lampu-lampu gantung kecil yang akan digunakan untuk pesta kebun di hari pernikahan mereka."Aku masih tidak percaya Kieran yang biasanya dingin itu sekarang rela mengurusi lampu-lampu dan pita," ejek Victor, tertawa sambil mengangkat sebelah alis.Kieran hanya mendengus tanpa menoleh. "Semua ini untuk Clara. Jangan iri."Victor tertawa lebih keras, membuat Lena ikut tergelak. Clara, yang dari tadi duduk di lantai sambil menulis daftar tamu, hanya menggelengkan kepala dengan senyum penuh kasih.Suasana menjadi hangat. Tidak ada tekanan, tidak ada ketakutan akan masa lalu—hanya orang-orang yang mereka cintai berk

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Ba 191

    Pagi itu, langit tampak jauh lebih cerah dibanding hari-hari sebelumnya. Setelah semua kekacauan berakhir, Clara dan Kieran akhirnya bisa menghirup udara kebebasan yang selama ini terasa begitu jauh dari jangkauan.Mereka berdiri di balkon apartemen sederhana yang baru mereka sewa, memandang kota yang perlahan-lahan kembali normal. Hiruk-pikuk suara mobil, burung-burung yang terbang melintasi gedung-gedung tinggi, dan aroma kopi dari kafe di bawah membuat suasana terasa... hidup.Clara menyandarkan kepalanya di bahu Kieran. Hening sesaat di antara mereka tidaklah canggung; justru terasa hangat, seperti pelukan yang tidak pernah berakhir."Aku masih seperti bermimpi," bisik Clara, menutup matanya. "Semua ini... rasanya terlalu indah untuk nyata."Kieran melingkarkan lengannya lebih erat di pinggang Clara. "Ini nyata, Clara. Kita berhasil. Kamu berhasil."Clara tersenyum kecil, mengangkat wajahnya menatap pria yang kini menjadi dunianya. Ada luka di sudut bibir Kieran—bekas perkelahi

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 190

    Senja menyelimuti langit dengan semburat oranye keemasan ketika Clara dan Kieran melangkah keluar dari vila tua tempat mereka bersembunyi sementara. Angin sore membawa aroma laut dan tanah basah, membungkus keduanya dalam keheningan yang berat namun penuh tekad.Clara menggenggam erat tangan Kieran. Meskipun rasa takut masih membayangi, kini ada kekuatan baru dalam dirinya. Ia bukan lagi gadis yang mudah goyah seperti dulu; terlalu banyak yang telah mereka lalui bersama. Ia tahu, langkah mereka ke depan penuh risiko, tapi inilah satu-satunya jalan."Kamu yakin ini jalannya, Kieran?" tanya Clara pelan, suaranya hampir tenggelam dalam desau angin.Kieran menatap jauh ke depan, ke arah cakrawala. "Aku yakin, Clara. Ini satu-satunya cara untuk mengakhiri semuanya."Mereka naik ke dalam mobil hitam sederhana yang telah disiapkan. Dalam perjalanan menuju markas musuh, Kieran membeberkan rencana terakhirnya—rencana yang penuh keberanian sekaligus bahaya."Kita akan menyerahkan sesuatu yang

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 189

    Malam itu terasa lebih gelap dari biasanya. Langit tertutup awan, menelan cahaya bulan dan bintang, seolah menandakan malam penuh bahaya yang sedang menanti.Kieran mengenakan pakaian serba hitam. Di belakangnya, Liam dan dua orang kepercayaan lainnya, siap menghadapi apa pun yang akan terjadi. Mereka bertemu di sebuah gudang tua di pinggir kota — tempat yang disepakati untuk pertemuan rahasia itu.Clara hanya bisa menatap kepergian mereka dari balik jendela, hatinya dipenuhi doa dan kekhawatiran. Tapi ia tahu, ini bukan saatnya untuk melemah."Jagalah dia, Tuhan..." bisiknya pelan, seolah angin malam bisa menyampaikannya langsung pada KieranKieraGudang itu sunyi saat Kieran tiba. Hanya suara angin yang mendesir di antara celah kayu lapuk.Kieran mengangkat tangan, memberi isyarat pada timnya untuk tetap waspada. Langkahnya mantap, tak menunjukkan sedikit pun keraguan meski setiap instingnya berteriak tentang kemungkinan jebakan.Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki. Seorang pri

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status