Share

Di Balik Bayangan Makassar: Petualangan Aaron & ILHAM
Di Balik Bayangan Makassar: Petualangan Aaron & ILHAM
Penulis: TRexMakassar

Bayangan Tamalate: Dua Bersaudara dan Rahasia Makassar

Di sudut kota Makassar, dalam sebuah rumah tua yang dikelilingi oleh pepohonan rimbun, hidup dua pemuda bersaudara, Aaron dan ILHAM. Rumah itu, terletak di kawasan Tamalate yang dikenal angker oleh penduduk sekitar, menjadi tempat mereka berteduh sejak kecil. Sejak orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan misterius, Aaron dan ILHAM memutuskan untuk mempelajari ilmu supranatural guna melindungi diri dan membantu sesama.

Malam itu, angin bertiup kencang, memecah keheningan malam di rumah tua itu. Aaron, yang berusia lebih tua, duduk bersila di ruang tengah yang diterangi oleh cahaya temaram dari lilin yang menyala di sudut ruangan. Di hadapannya, terbuka kitab kuno yang ditulis dalam aksara Jawa. ILHAM, adik bungsunya, duduk di sebelahnya, menatap kakaknya dengan penuh keseriusan.

"Kak, apa benar kita bisa menggunakan ilmu ini untuk menolong orang?" tanya ILHAM, suaranya sedikit bergetar. Aaron mengangguk, matanya masih terpaku pada kitab di depannya.

"Ilmu ini adalah warisan leluhur kita. Bukan untuk menyakiti, tapi untuk melindungi. Namun, kita harus selalu ingat untuk menggunakan bacaan Islami sebagai perlindungan. Guru kita sudah mengajarkan itu," jawab Aaron dengan nada tenang.

ILHAM menatap kakaknya, merasa sedikit lega. Sejak mereka memulai perjalanan ini, banyak hal aneh yang mereka alami. Namun, ILHAM percaya pada kakaknya dan pada ilmu yang mereka pelajari dari guru mereka, seorang ulama dan ahli spiritual dari sebuah pesantren di Maros.

Malam semakin larut, dan suara burung hantu yang melengking terdengar dari kejauhan. Aaron menutup kitabnya dan berdiri. "ILHAM, sudah saatnya kita melakukan doa malam. Mari kita persiapkan diri," katanya sambil berjalan menuju sebuah ruangan kecil di ujung rumah yang mereka jadikan tempat ibadah.

Mereka berdua mengambil air wudhu dan mulai melafalkan doa-doa, diiringi dengan dzikir. Suasana yang semula tenang tiba-tiba berubah mencekam ketika angin bertiup lebih kencang, dan pintu ruangan berderit pelan, seperti ada sesuatu yang berusaha masuk.

Aaron dan ILHAM segera menyadari ada sesuatu yang tidak beres. ILHAM bisa merasakan hawa dingin yang tiba-tiba menyelimuti ruangan itu. "Kak, kamu merasakan ini?" tanyanya dengan suara rendah.

Aaron mengangguk, matanya waspada. "Tetap tenang. Jangan biarkan rasa takut menguasai dirimu," bisiknya sambil melafalkan ayat-ayat suci Al-Qur'an.

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari lorong depan. Aaron segera menoleh, matanya menyipit menatap kegelapan di luar pintu ruangan. "Siapa di sana?" teriaknya, namun hanya keheningan yang menjawab.

ILHAM, yang duduk di sampingnya, mulai merasakan kehadiran sosok lain di dalam rumah mereka. "Kak, sepertinya ada yang masuk," bisiknya. Aaron mengangguk dan mengambil sebuah keris pusaka yang tergeletak di sampingnya, keris yang diberikan oleh guru mereka sebagai pelindung dari makhluk halus.

Mereka berdua keluar dari ruangan ibadah, berjalan perlahan menuju lorong. Di ujung lorong, tampak bayangan seorang wanita berdiri membelakangi mereka. Gaun putihnya yang panjang menyentuh lantai, dan rambutnya yang terurai menutupi wajahnya. Aaron menelan ludah, mencoba mengendalikan rasa takut yang mulai merayap.

"Siapa kamu?" tanya Aaron dengan suara tegas, namun wanita itu tidak menjawab. Sebaliknya, dia mulai berbalik perlahan, menampakkan wajahnya yang pucat dengan mata yang kosong.

ILHAM mundur beberapa langkah, merasakan bulu kuduknya meremang. "Kak, itu bukan manusia," bisiknya.

Aaron mengangguk, lalu dengan cepat melafalkan ayat Kursi dengan lantang. Wanita itu menjerit dengan suara yang memekakkan telinga, tubuhnya bergetar hebat sebelum akhirnya lenyap dalam sekejap, meninggalkan aroma anyir di udara.

Mereka berdua berdiri di sana, terdiam dalam ketegangan yang mencekam. ILHAM menoleh kepada kakaknya, matanya penuh ketakutan. "Kak, ini baru permulaan, bukan?" tanyanya.

Aaron menghela napas panjang. "Iya, ILHAM. Sepertinya ada sesuatu yang ingin menguji kita. Tapi kita tidak boleh takut. Kita harus kuat, karena tugas kita adalah melindungi," jawabnya dengan suara tegas.

***

Malam berikutnya, mereka memutuskan untuk pergi ke rumah guru mereka, Ustadz Abdullah, yang tinggal di pinggiran kota. Aaron dan ILHAM merasa ada sesuatu yang harus mereka tanyakan tentang kejadian malam sebelumnya.

Ketika mereka tiba di rumah Ustadz Abdullah, suasana di sana terasa lebih tenang, seakan semua masalah duniawi tidak memiliki tempat di dalamnya. Ustadz Abdullah menyambut mereka dengan senyum hangat, namun wajahnya berubah serius ketika mendengar cerita mereka.

"Anak-anakku, kalian sedang diuji. Apa yang kalian alami adalah bagian dari perjalanan kalian. Kalian telah memilih jalan ini, dan akan banyak rintangan yang harus kalian hadapi," kata Ustadz Abdullah dengan nada bijak.

Aaron dan ILHAM mendengarkan dengan penuh perhatian. "Apa yang harus kami lakukan, Ustadz?" tanya Aaron.

"Kalian harus memperkuat dzikir dan selalu menjaga niat. Bacaan Islami yang kalian lafalkan adalah perlindungan terkuat kalian. Dan ingat, jangan pernah biarkan rasa takut menguasai hati kalian," jawab Ustadz Abdullah.

Malam itu, setelah memberikan beberapa amalan tambahan, Ustadz Abdullah mengantarkan mereka ke pintu. "Ingatlah, anak-anakku, kalian tidak sendiri. Ada banyak makhluk di sekitar kita, yang baik maupun yang jahat. Tetap waspada, dan jangan lengah," pesannya sebelum mereka pergi.

***

Ketika Aaron dan ILHAM kembali ke rumah, mereka merasa lebih tenang. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama. Malam berikutnya, setelah mereka melakukan ibadah malam, ILHAM mendengar suara bisikan di telinganya. Bisikan itu begitu jelas, seolah-olah ada seseorang yang berdiri tepat di sampingnya.

ILHAM membuka mata dan melihat sekeliling, namun tidak ada siapa-siapa. "Aaron, kamu dengar itu?" tanyanya, suaranya bergetar.

Aaron menggeleng. "Apa yang kamu dengar, ILHAM?"

"Sepertinya ada yang berbisik di telingaku. Tapi aku tidak bisa mengerti apa yang dikatakannya," jawab ILHAM dengan wajah pucat.

Aaron merasakan kegelisahan yang sama. Dia berdiri, meraih keris pusaka di dekatnya, dan mulai melafalkan ayat-ayat Al-Qur'an. ILHAM mengikuti, namun bisikan itu semakin kencang, seakan mengejek mereka.

Malam itu, tidur mereka tidak tenang. Suara bisikan dan bayangan aneh terus menghantui mereka. Hingga pada suatu titik, ILHAM merasakan ada sesuatu yang menarik selimutnya dengan paksa. Dia terbangun dengan kaget dan melihat bayangan hitam berdiri di ujung ranjangnya, menatapnya dengan mata merah menyala.

Aaron terbangun oleh suara jeritan ILHAM dan segera melafalkan doa perlindungan. Bayangan hitam itu perlahan memudar, namun meninggalkan kesan mendalam pada ILHAM yang masih gemetar ketakutan.

"Kak, aku tidak tahu apakah kita bisa terus menghadapi ini," ucap ILHAM dengan suara lemah.

"Kita harus bisa, ILHAM. Kita tidak punya pilihan lain," jawab Aaron, matanya memandang keluar jendela yang tertutup. Di luar, angin malam kembali bertiup kencang, membawa serta misteri yang belum terungkap.

Aaron tahu, bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai, dan apa yang mereka hadapi hanyalah permukaan dari kegelapan yang lebih dalam. Sebuah kekuatan yang jauh lebih besar tengah mengintai, menunggu saat yang tepat untuk menyerang. Dan Aaron serta ILHAM harus bersiap menghadapi apa pun yang akan datang. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status