"Rana, coba ke sini! Di televisi ada gosip tentang kamu, dan teman kamu yang penyanyi ganteng itu. Ayo, cepat! Keburu iklan nih, berita gosipnya!"Tak ada olahraga pagi yang benar-benar sunyi saat berita gosip antara Rana, dan Ighfaldi mulai mencuat sejak semalam. Entah siapa yang iseng mengambil foto mereka, tapi ulah itu jelas membuat Rana geram. Dari Latisha hingga sekarang, kakak iparnya sendiri tampak sangat ribut membahas berita yang jelas-jelas seratus persen gosip. Dirinya bersama Ighfal jelas-jelas hanya makan, dan mengobrol, tapi berita gosip di mana pun seperti menggoreng bahwa ada sesuatu di antara mereka malam itu.Bukannya bersikap bijak, Syara justru memperumit keadaan dengan memasang story di akun media sosialnya dengan tulisan, serta lagu galau. Rana menyerah. Bila tahu undangannya akan berbuntut panjang, dan menyebalkan seperti saat itu, Rana jelas akan berubah pikiran untuk membawa Ighfal ke pembukaan restoran Abangnya semalam."Kak, jangan ditonton!"
"Oh, gosip itu tidak benar sama sekali. Saya tidak pernah terlibat urusan asmara apa pun dengan Rana. Malam itu saya hanya datang untuk memenuhi undangan Abangnya, Zahir Husada. Kami berteman sangat lama. Sama-sama sejak merintis karir di dunia akting. Tolong, jangan rusak pertemanan kami yang baik-baik saja dengan gosip seperti itu. Saya, dan Rana hingga saat ini hanya berteman. Bila kalian tanya, dan mengaitkan dengan story Syara, saya sama sekali tidak tahu menahu. Karena baru hari ini rencananya saya bertemu dengan Syara. Terima kasih."Kernyitan di dahi Rana makin mencuat saat mendengar penuturan Ighfal mengenai gosip antara dirinya, dan pria tersebut. Ighfal mungkin memang terkenal playboy, tapi pria itu adalah orang paling lugas yang pernah Rana kenal. Bahkan seorang Bentala saja, bisa kalah lugas dari Ighfal. Sayangnya pernyataan Ighfal seperti menyudutkan Syara yang notabene adalah kekasihnya sendiri.Rana tak setuju, bila Ighfal mengatakan kalau ia tak tahu m
"Andai kita bisa seperti ini terus selamanya. Duduk di pinggir pantai berdua sambil berpegangan tangan. Tak takut kalau ada orang lain yang menghampiri, dan meminta foto. Hidup dengan nyaman, tanpa gangguan siapa pun. Benar-benar jadi manusia biasa saja yang random."Tawa Bentala hadir, saling bersahutan dengan deru ombak yang tenang. Rana melirik pada pria yang merangkulnya, dan menggerutu sedikit. Namun, Bentala tak juga menghentikan tawanya. Membuat Rana memberontak, melepaskan diri dari kungkungan pelukan Bentala."Jangan ke mana-mana," pinta Bentala setelah berhasil menghentikan tawanya. "Di dunia yang serba digital begini, manusia random juga bisa viral, Rana. Orang-orang cenderung mulai enggak sopan dengan melangkahi privasi manusia lain. Terkadang teknologi media sosial ini memang mengerikan sih."Rana mengangguk. "Kamu benar. Aku salah satu korbannya baru-baru ini. Fotoku dijadikan bahan konten orang lain. Tapi, aku pikir-pikir enggak akan jadi masalah sih. Aku
"Na, maaf ya, gue gangguin liburan lo. Tapi, gue mau ngabarin kalau gue sudah tahu di mana Dayu tinggal. Kalau enggak ada halangan, gue mau ketemu sama dia besok. Entah mengapa perasaan gue enggak enak banget kalau menyangkut soal Dayu." Tidak ada yang aneh memang dengan kabar yang disampaikan Latisha, namun entah mengapa Rana mengernyit begitu dalam. Ia melihat kepada Bentala yang duduk di sampingnya. Pria itu juga kebetulan tengah memandanginya, jadi ia pun langsung menyampaikan kode kalau dirinya akan menerima telepon itu dulu. Bentala mengangguk, membiarkan Rana leluasa untuk menerima telepon dari manajernya. Rana pun bangkit dari sofa, dan berjalan menuju beranda. Apa pun berita yang berkaitan dengan Dayu saat ini memang menjadi pusat perhatian Latisha. Sejak gadis itu menghilang, Latisha selalu merasa tidak enak hati. Ada banyak hal yang bisa gadis itu lakukan, apalagi setelah ia mengetahui kalau Dayu pernah datang ke apartemen Rana setelah lama menghilang. "Lo memangnya tahu
"Ras, lo lihat enggak? Tadi itu Rana Diatmika Husada kan? Cewek yang tadi berdiri di samping lo pas kita check in tadi. Cantik banget deh! Gue lihat dia jalan barengan sama laki-laki. Mukanya enggak familiar. Siapa ya, Ras? Lo lihat enggak? Lo kan, fansnya. Lo enggak mungkin, enggak sadar kan?"Pertanyaan itu jelas-jelas mampu menghadirkan perhatian Rana yang tengah menggunakan salah satu bilik toilet lobi hotel. Setelah setengah hari menyusuri Bintan dengan sepeda motor bersama Bentala, Rana tiba-tiba saja ingin buang air kecil sesampainya di hotel. Karena tak memungkinkan untuk menggunakan toilet di kamar hotelnya, jadi ia pun bertanya pada resepsionis di mana ia bisa menggunakan toilet hotel. Rana tak menyangka, ternyata di pulau yang jauh dari hiruk pikuk kota, ada saja yang mengenalinya sebagai seorang aktris.Rana sengaja mengajak Bentala ke Bintan saat mendengar pria itu akan pulang kampung ke Riau. Ia pikir semuanya akan baik-baik saja. Meskipun ada satu dua orang yang pasti m
"Kamu yakin akan pulang hari ini? Kok aku enggak yakin sama sekali, ya? Kamu bahkan belum bersiap, dan justru masih asyik aja memeluk aku kayak Panda meluk bambu kesayangannya."Lirihan tersebut jelas membuat kekehan Bentala menggema. Ia memang berniat ke Jakarta hari itu, lusa akan ada rapat tahunan pemegang saham perusahaan. Bentala harus menyiapkan segala laporan yang dibutuhkan untuk mengikuti rapat tersebut. Meskipun tak ingin beranjak, namun mau tak mau pria itu harus melepaskan Rana, dan kembali pada kesibukannya yang memang penting.Rana sendiri juga tak bisa memaksa Bentala melepaskannya. Waktu yang sebentar membuat gadis itu masih ingin bermanja-manja dengan pria yang ia cintai tersebut. Rana tak mau lagi bersikap gila dengan pura-pura tak mencintai Bentala. Karena nyatanya ia sungguh tergila-gila pada pria satu itu."Aku ingin segera pergi, tapi kamu terlalu menggoda untuk dilewatkan," lirih Bentala di telinga Rana. Perbuatan pria itu tentu saja berpengaruh pada Rana yang l
"Na, lo gila ya? Gue pikir lo sama Bentala belum ada hubungan lagi setelah putus. Ternyata diam-diam lo sama Bentala balikan lagi tanpa sepengetahuan gue. Na, lo kenapa begini sih? Kenapa enggak ngasih tahu gue? Kalau ada orang yang lihat, dan timbul gosip kalau lo adalah orang ketiga di hubungan pernikahan Bentala, gimana? Kan, gue juga yang repot!"Tak ada angin, tak ada hujan, Latisha langsung memarahi Rana saat gadis itu mengangkat teleponnya. Latisha jelas tak bisa membendung kekesalannya saat tahu kalau foto yang dicuri seseorang dari Dayu adalah foto Rana yang tengah memeluk Bentala. Ia tak habis pikir. Ia pikir Rana belum kembali pada Bentala, ternyata diam-diam gadis itu bahkan telah berpelukan dengan pria yang menggaji mereka.Rana sendiri langsung merasa bersalah. Dari sekian banyak hal yang terjadi, ia memang menyembunyikan fakta kalau ia, dan Bentala telah kembali bersama. Bukannya menutupi, tapi memang Rana pikir belum waktunya saja ia bercerita. Rana berencana akan menc
"Segalanya sudah berjalan dengan sangat lancar, Pak. Semua laporan sudah disiapkan dengan baik oleh tim. Untuk Rapat akhir tahun ini semua pasti akan berjalan dengan baik, Pak. Bapak tenang saja. Semua pemegang saham pasti akan memuji anda."Hanya anggukan yang menjadi jawaban Danish. Bentala sendiri tampak sibuk menggulir layar ponselnya. Tak ada satu pun kabar dari Rana. Ia tak memposting foto liburannya, ia juga tak mengabari Bentala, dan ia juga tak melakukan apa pun selama dua puluh empat jam ke belakang.Jadi, Bentala pun memutuskan untuk menanyai Rana terlebih dahulu. Ia berharap Rana akan menjawab pertanyaannya. Dengan begitu, Bentala pun bisa dengan tenang melakukan segala aktifitas. Sejujurnya eksistensi Rana kini berada dalam takhta tertinggi prioritas hidupnya yang datar-datar saja."Pak, anda mendengar saya?"Bentala segera mengangguk, dan memandangi asistennya. "Ya, saya mendengar kamu, Danish. Kalau semuanya sudah berjalan dengan baik, maka kita bisa tenang, kan? Oh, ya