Beranda / Romansa / Di Antara Dua Pilihan / Part 66 Hanya Masa Lalu 1

Share

Part 66 Hanya Masa Lalu 1

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-02 19:27:21

Marisa menghampiri mobil suaminya yang berhenti di depan kafe. Dia tadi sudah memberitahu Aksara, kalau akan bertemu seseorang di sana.

Meski Shela mengikuti, tak ada yang perlu dikhawatirkan oleh Marisa. Dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun. Apa yang mesti ditakutkan? Dia bukan perempuan jalang yang memanfaatkan keadaan dengan mengeruk harta pria kaya yang menyukainya. Kalau mau, bukan hanya lima puluh juta yang ia dapatkan. Tapi lebih dari itu.

Terlihat Daniel memang jatuh cinta padanya. Bahkan nekat hendak menikahinya. Kalau ia sejenis perempuan ja-lang. Jelas tidak akan melepaskan peluang itu, apalagi ia butuh uang untuk menopang keluarga. Siapa perempuan yang tidak suka hidup mewah, plus menjadi nyonya dari lelaki tampan dan kaya?

Tidak perlu kerja keras, uang sudah pasti mengalir deras. Bukan hanya uang saja, ia sekaligus mendapatkan kenikmatan juga. Daniel bukan lelaki buruk rupa 'kan? Dia tak kalah gagah dari Aksara.

Namun apa ada kebahagiaan sejati dengan merampas ke
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Bintang ponsel
iyaa bener sich marisa, enak aja aksara jgak gk jujur sma masa lalu nya smua yaa mgkn gk penting ya kan cuma masa lalu, aplgi marisa sma pak daniel mmg gk ada apa2 pak daniel nya aja yg gila sma marisa, trs istri nya gk terima oon bgt
goodnovel comment avatar
Erni Erniati
hhhmm. harusnya jangan ada yg ditutupi takutnya Shela yg bakal ngomong aneh2 sama Aksara
goodnovel comment avatar
Barra
Marisa......semangat....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 67 Hanya Masa Lalu 2

    Aksara luluh. Tatapannya tak setajam lagi. Dipeluknya sang istri seperti biasanya. Marisa lega. Ketika ia menganggap kisahnya mencintai Delia dan mantan kekasihnya dulu hanya masa lalu yang ingin di tutup rapat. Maka ia tak layak memperdebatkan apa yang telah dipaparkan oleh Marisa baru saja."Minggu depan mas ada pekerjaan ke Jember, mungkin nginap di sana dua malam. Mas nggak tega kamu sendirian di apartemen. Gimana enaknya, sementara kamu tinggal di rumah mama apa di rumah ibu?" Aksara mengalihkan percakapan."Saran Mas sendiri gimana? Sebenarnya kalau hanya dua malam saja, nggak apa-apa aku tinggal di apartemen sendirian.""Jangan. Mas yang khawatir kalau kamu sendirian di sana.""Bagaimana kalau aku nginap di rumah ibu?"Aksara memandang istrinya. Jujur saja, ia keberatan Marisa pulang ke rumah ibunya. Bukan apa-apa, hati terdalamnya seolah menganggap ia akan ditinggalkan. Marisa seperti pergi meninggalkannya dan kembali pulang ke orang tuanya. Perasaannya sungguh konyol, tapi it

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-02
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 68 Tiga bulan kemudian 1

    Tiga bulan kemudian ....Tiga bulan terakhir yang sangat berat bagi Daniel. Mulai dari kasus perselingkuhan istrinya, proses perceraian yang memakan waktu cukup lama, karena Shela membuat banyak drama di sidang kedua mereka. Kesalahan Daniel mendekati Marisa waktu itu juga diungkit dalam sidang. Ada bukti transfer yang dijadikan senjata oleh istrinya. Dimanfaatkan agar Daniel membatalkan perceraian mereka karena sama-sama melakukan kesalahan. Namun Daniel tidak goyah. Untungnya Marisa bisa membantu dengan menunjukkan bukti transfer ke yayasan waktu itu. Marisa siap dijadikan saksi kalau dibutuhkan. Karena dia harus membersihkan nama baiknya karena difitnah jadi selingkuhan Daniel.Belum lagi menjelaskan pada anak-anak tentang perpisahan kedua orang tuanya. Daniel sangat bersyukur, peran sang mama sangat penting untuk membantunya menenangkan dan memberikan pengertian pada Chika dan Marcel."Maaf, Risa. Kalau kasus perceraianku harus melibatkanmu juga," kata Daniel siang itu. Ketika Ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-03
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 69 Tiga bulan kemudian 2

    Gadis berjilbab merah maroon itu tampak lebih segar daripada dua bulan yang lalu. Jauh lebih baik lagi setelah bisa mengatasi kemelut perasaannya sendiri. Semoga saja, Hafsah benar-benar sudah move on dari keinginannya untuk menikah dengan Aksara. Marisa berdoa agar Hafsah segera bertemu dengan jodohnya. "Mbak Marisa, kok sendirian?" tanya Hafsah."Iya, pulang kerja saya langsung ke sini. Kantor saya dekat kok." Sedapat mungkin Marisa menepis rasa canggungnya."Oh," jawab Hafsah kemudian kembali menyendok bakso di mangkuk.Melihat perut Marisa yang membulat, hati Hafsah terasa nyeri. Mungkin, mungkin saja dia akan sulit bisa hamil seperti Marisa. Menjadi perempuan sempurna versinya, mengandung dan melahirkan. Makanya ia tidak ingin bertanya, berapa usia kandungan wanita dihadapannya ini."Besok jam berapa kamu berangkat ke Jember?" Pertanyaan Afifah kepada Hafsah yang membuat Marisa terkejut. Namun ia tetap fokus menikmati baksonya."Pagi. Naik kereta jam tujuh.""Pulang kapan?""Mun

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-03
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 70 Surprise 1

    Sejenak wajah Marisa menunjukkan raut terkejut melihat mobil yang berhenti. Tak sampai tiga detik, senyum merekah menghiasi wajah cantiknya. Dari dalam mobil muncul pria berahang tegas memakai jaket kulit warna hitam dan celana jeans warna senada. Senyum memikat terbit di bibirnya."Mas," panggil Marisa keheranan. Bagaimana mungkin suaminya pulang sepagi itu? Padahal dia bilang masih dua hari lagi baru kembali. Biasanya sampai rumah juga malam. Aksara membuka pintu mobil untuk istrinya. Kemudian pria itu berlari kecil memutari kendaraan."Mas, kok nggak bilang mau pulang pagi ini. Terus pesanku juga nggak dibalas.""Sengaja mau bikin surprise untukmu," jawab Aksara sambil menyetir pelan meninggalkan halte."MasyaAllah. Mas, berangkat jam berapa dari Jember?" "Jam satu malam."Marisa terbeliak. Jam satu malam? Di saat dirinya mungkin baru bisa tidur setelah ngobrol dengan Ulfa, sang suami memulai perjalanannya dari kota di ujung sana."Mas, bahaya kan nyetir sendirian malam-malam be

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-04
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 71 Surprise 2

    "Mulai sekarang, mas-mas semua nggak usah mencarikanku jodoh. Kalau ingin menikah, biarlah itu adalah pria pilihanku sendiri," ucapnya di depan ketiga kakak lelakinya. "Jika Mas memaksaku menikah, apa kalian bisa menjamin kalau aku bakalan bahagia?"Pertanyaan yang membuat ketiga kakaknya bungkam. Hafsah susah diajak berbicara sekarang. Bahwa sebenarnya, tak ada pernikahan yang menjamin kebahagiaan selamanya. Kerikil tajam, tumpul, badai, pasti menghadang di hadapan. Alim pernah berteriak padanya karena sangat emosi. "Apa kamu pikir menikah dengan suami orang bisa menjadikanmu hidup bahagia?" Cintanya pada Aksara serasa seperti kutukan. Jatuh cinta pada lelaki itu semenjak dia masih bujangan hingga beristri. Aksara, satu-satunya lelaki yang ingin dinikahinya. Dia sadar kalau terluka dan patah hati sendirian. Aksara sudah pergi jauh darinya. Namun entah kenapa ia bisa merasakan tatapan aneh dari lelaki itu tiap kali mereka tak sengaja bertemu. Bukankah Aksara menolaknya karena mera

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-04
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 72 Khawatir 1

    "Dilihat dulu siapa yang telepon, Mas. Mungkin ada yang penting," ujar Marisa sambil membenahi duduk dan mengikat rambutnya.Aksara meraih ponsel di nakas. Ternyata sang mama yang menelepon."Coba Mas call balik, sampai tiga kali nelepon. Mungkin ada sesuatu." Marisa ikut cemas. Khawatir saja sesuatu terjadi pada mertuanya. Aksara tak kalah khawatir. Mamanya flu saja, Aksara kepikiran. Terlebih kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan."Halo, Ma. Ada apa?" Tanpa mengucap salam, Aksara langsung bertanya ketika panggilan di terima sang mama. Suaranya penuh kepanikan. "Mama, nggak apa-apa 'kan?""Assalamu'alaikum. Kamu sampai lupa ngucap salam dulu, Nak. Mama nggak apa-apa.""Wa'alaikumsalam. Maaf, Ma. Nggak biasanya mama nelepon malam-malam begini. Makanya aku cemas tadi.""Kamu pulang ke Surabaya kapan?""Aku sudah pulang tadi pagi. Maaf, belum sempat nelepon mama.""Alhamdulillah, kalau kamu sudah pulang. Kamu sudah dengar kecelakaan kereta api tadi pagi?""Belum. Seharian ini aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-05
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 73 Khawatir 2

    "Mama akhirnya mau ngikutin saran Mas. Jenguk jika Hafsah sudah dibawa pulang ke Surabaya saja atau Mas izinin pergi kalau Mbak Siti juga bisa ikut untuk menemani. Tapi sepertinya Mbak Siti nggak bisa ikut karena kursi sudah penuh.""Mama nggak kecewa kalau Mas paksa seperti itu? Aku tahu gimana nggak enaknya perasaan mama sama keluarga Pak Kyai, Mas.""Pilihan harus tetap dibuat, Sayang."Marisa termangu menatap suaminya. "Nanti aku akan ikut menjenguk kalau Mbak Hafsah sudah diajak pulang.""Kita lihat situasinya nanti. Niatmu baik, tapi belum tentu diterima mereka dengan baik."Benar juga yang dikatakan suaminya. Marisa bangkit dan membereskan meja makan dengan cepat. Hanya dua sendok dan dua gelas yang kotor, karena bungkus nasi pecel langsung di buang di tempat sampah. Sendok dan gelas bisa di cuci nanti saja sepulang kerja. Ia harus bersiap, menyapukan bedak sesegera mungkin supaya suaminya tidak berangkat kesiangan.***LS***"Permisi!" Aksara mengangkat wajah dan memandang ses

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-05
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 74 Dari Hati ke Hati 1

    "Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam." Seperti biasa setelah Marisa mengecup punggung tangan sang suami, ganti Aksara mencium keningnya. Walaupun ada yang mengganjal dalam benak."Sampai rumah jam berapa tadi?" tanya Aksara sambil melangkah diikuti Marisa ke kamar mereka. "Jam empat. Sampai rumah lebih cepat hari ini. Karena langsung ada taksi yang standby. Mas, nggak baca pesanku, ya?""Ponsel mas kehabisan batre tadi." Marisa membantu sang suami melepaskan kancing kemeja. Aksara memperhatikan wajah ayu yang ceria saat menyambutnya pulang. Tak ada getar mencurigakan. Selama menikah, dia tidak pernah mencium gelagat aneh dari istrinya. Ia percaya akan instingnya sebagai seorang suami. Lalu bagaimana dengan rekaman tadi? Jelas yang terdengar adalah suara Daniel. Namun yang ia heran, kenapa rekaman tadi seperti tidak tuntas? Kenapa kalau benar Daniel mengaku, istrinya tidak merekam semuanya. Lebih panjang rekaman, lebih valid untuk pembuktian.Kumandang azan Maghrib terdengar dari t

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-06

Bab terbaru

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 157 Anniversary 2

    Sebagian perempuan pasti suka barang kemas seperti itu. Disamping bisa mempercantik diri dan melengkapi penampilan, perhiasan juga bisa menjadi barang investasi."Tadi niatnya aku yang mau bikin kejutan. Tapi justru Mas yang bikin aku kaget. Malah aku nggak nyiapin kado. Mas, mau kado apa?" tanya Marisa. Kedua tangannya masih bergelayut manja di leher sang suami."Sayang, kamu serius ingin mas memilih sendiri kadonya?"Marisa mengangguk yakin. Apa yang ditakutkan? Toh biasanya mereka akan merayakan hari spesial dengan cara menghabiskan sepanjang malam dalam kemesraan."Pilih saja. Mas, mau kado apa?" Marisa menatap lekat wajah suaminya."Anak," jawab Aksara singkat tapi serius."Apa?""Anak ketiga. Katanya Mas harus milih sendiri. Makanya Mas pilih anak."Senyum Marisa masih bertahan, ia ingin merayu sang suami agar mengganti permintaan. "Coba minta yang lain?""Nggak bisa, Sayang. Mas disuruh milih kan tadi, ya udah mas pilih anak. Tapi kamu nggak boleh curang, nanti diam-diam pakai

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 156 Anniversary 1

    Marisa tersenyum ramah dan menyalami Mahika dan keluarganya yang menunggu di meja panjang. Tempat yang telah di booking tadi siang. Aksara juga melakukan hal yang sama. Membimbing kedua anaknya untuk salim pada mereka."Maaf, Mama nunggu lama, ya?" Marisa mencium kedua pipi mertuanya."Enggak. Kami juga baru saja sampai," jawab Bu Arum lirih.Beberapa pelayan restoran menyuguhkan minuman.Aksara dan Marisa duduk bersebelahan. Sedangkan anak-anak duduk bersama Ubed di sebelah Mahika. Si centil Keisya sangat dekat dengan budhenya.Mbak Siti, Mbak Dwi, dan pengasuh Ubed juga ikut duduk bergabung di sana. Bu Arum mengajarkan pada putra-putranya agar tidak membedakan mereka. Makanya mereka pada betah bekerja. Marisa heran karena Aksara diam, tidak juga bertanya sebenarnya mereka ada acara apa. Mungkin sang suami mikirnya hanya makan malam biasa. Tak apalah, bukankah sudah lumrah kalau suami jarang yang ingat dengan momen-momen tertentu dalam hidupnya. Bahkan tanggal lahirnya pun terkadan

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 155 Masa Depan 2

    "Mbak, aku mau ngajak Mbak Mahika dan Mas Johan bikin surprise untuk anniversary pernikahan kami yang ketujuh."Mahika menatap lekat Marisa. "Hari ini anniversary pernikahan kalian?"Marisa mengangguk. "Sepertinya Mas Aksa lupa sama hari ini. Makanya aku ingin mengajak kalian bikin surprise. Tadi aku sudah telepon Kafe Harmoni untuk booking tempat. Kita dinner malam ini. Aku sudah telepon Mama sehabis makan siang tadi.""Oke, jam berapa nanti?" tanya Mahika."Jam tujuh sampai kafe. Nanti Mbak sama Mas Johan yang jemput mama, ya. Aku langsung ngajak Mas Aksa dan anak-anak ke kafe. Ajak sekalian papa dan mamanya Mbak Mahika."Kebetulan Pak Raul dan Bu Raul memang berada di rumah Mahika sudah dua hari ini. Setelah pensiun, Pak Raul memang lebih sering datang ke Surabaya. Sebab cucu-cucunya di Jombang sudah pada besar-besar semua. Sibuk sendiri dengan kuliahnya. Jadi hanya Ubed yang menjadi hiburan tersendiri bagi mereka. Terlebih jika anak-anak Aksara ada di sana juga.Mahika mengangguk.

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 154 Masa Depan 1

    Hafsah tersenyum dengan gaunnya yang menerawang. Hadiah dari Kholifah. Beberapa saat dia mematung di kamar mandi. Memperhatikan penampilan barunya. Cantik juga dia memakai gaun kurang bahan itu."Pakailah nanti di malam pengantinmu. Membahagiakan suami pahalanya besar. Kamu pun tahu hal itu. Jadi nggak perlu Mbak perjelas," pesan Kholifah kemarin sore. Ketika baru tiba dari Jember dan menemuinya di kamar.Kholifah lah yang berhasil membuka minda Hafsah. Memarahi juga menasehati. Kholifah berceramah panjang lebar, banyak pandangan, hadist nabi yang di sampaikan dengan segala pemahaman. Baru dengan sepupunya itu hati Hafsah terbuka.Sedangkan dengan Latifa, sepupunya yang paling dekat di Surabaya, juga teman-temannya, justru malah sering mengompori untuk membenci Marisa. Mendukungnya merebut Aksara dari istrinya. Namun tidak dengan Kholifah yang sangat menentang keras dan menyebutnya perempuan tidak punya harga diri. Terkadang di tampar berkali-kali baru membuat seseorang sadar dengan

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 153 Merajut Asa 2

    Sarah beserta suami dan bapaknya juga bergabung dan bersalaman dengan keluarga Bu Arum.Wanita itu menggendong bayi lelaki yang tertidur pulas. Sedangkan ketiga anak yang lain tidak ikut. Sambil melangkah, Daniel mengajak ngobrol Johan dan Aksara. Apalagi kalau bukan bicara mengenai dunia bisnis. Daniel berencana hendak mengajak mereka bekerjasama. Marisa sendiri sudah resign satu bulan yang lalu. Disamping usaha suami dan iparnya mulai butuh tenaga ekstra, kehamilannya juga agak rewel. Namun masih sering bertemu, kalau Daniel datang ke kantor mereka.Mahika juga resign dari perusahaan Omnya. Sekarang fokus di kantor mereka sendiri. Alhamdulillah, perkembangan usaha mereka sangat bagus. Johan dan Aksara memang jenius membawa perusahaan ke arah yang lebih cemerlang. Mereka kompak dan saling melengkapi."Jangan lupa kabarin kalau kamu lahiran," ucap Sarah yang melangkah di sebelah Marisa."Pasti dong, Mbak," jawab Marisa sambil tersenyum.Pak Kyai, Bu Haji, Alim, dan Mifta yang menyam

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 152 Merajut Asa 1

    Marisa terkejut. Begitu pun dengan Mahika. Johan membaca undangan warna abu-abu itu, sedangkan Aksara meladeni Kenzi dan Ubed bermain. Sebenarnya dia mendengar, hanya saja memilih tidak menanggapi."Syukurlah, akhirnya memutuskan nikah juga ustadzah Hafsah, Ma," ujar Mahika seraya memperhatikan undangan yang tengah dibaca sang suami."Haikal Ahmad. Apa dia ustadz juga, Ma?" "Mama kurang paham, Ka. Katanya duda anak satu. Kakaknya yang jodohin sama laki-laki itu. Yang mama dengar, Haikal itu teman kuliahnya Mas Alim."Teman Alim? Pasti usia mereka terpaut lumayan jauh, karena Alim kakak sulungnya Hafsah. Mungkin Hafsah punya pertimbangan tersendiri kenapa menyetujui perjodohan dengan temannya Alim. Bisa jadi, dialah yang sanggup merobohkan keteguhan hati gadis itu."Hari Minggu depan ini, 'kan, Ma?" tanya Marisa."Iya, Ris. Habis akad nikah langsung resepsi. Seperti kamu dan Aksa dulu. Undangannya juga terbatas. Hanya kerabat dekat dan tetangga saja yang di undang."Meski mama, istri,

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 151 Undangan 2

    Johan tertawa lepas berderai sambil memperhatikan lalu lintas di hadapan. "Kamu ada-ada saja, sih, Yang.""Mas, malah ngakak. Sudah kubilang aku hanya penasaran.""Setelah banyak hal terjadi dan aku mendapatkan pasangan sepertimu, apa yang ingin kucari lagi. Di usia kita yang sekarang ini, apa yang ingin kita ambisikan lagi? Aku sangat bersyukur memilikimu dan Ubed. Kamu yang mau menerimaku apa adanya, membuatku bangkit dan sanggup menatap dunia. Memberikan support baik moril maupun materiil. Yang, mikir aneh-aneh itu hanya bikin timbulnya penyakit hati dan masalah."Yang. Ini panggilan spesial dari Johan untuk Mahika. "Iya, aku tahu. Kadang hal-hal begini bisa jadi itermezo percakapan kita. Tapi jujur saja, nggak ada maksud apapun selain sekedar ingin tahu." Mahika tersenyum seraya merangkul lengan suaminya."Aku paham. Kita sudah terlalu tua untuk menciptakan drama.""Tapi Sarah baik, Mas. Nggak seperti Hafsah yang cinta mati ke Aksara.""Memang sejak dulu dia suka Aksa. Hanya saja

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 150 Undangan 1

    "Kenzi masih tidur. Nggak usah khawatir. Mas sudah lihat tadi." Aksara menahan tubuh istrinya.Marisa urung bangkit dari atas pembaringan. Dia menatap sang suami yang mendadak sakau. Pagi ini Aksara berada pada titik kulminasi kesabarannya. Marisa kasihan dan merasa berdosa jika menghindari, karena dokter pun sebenarnya tidak melarang.Kamar kembali hening. Bisik lirih dan deru nafas yang terdengar di telinga masing-masing. Pengalaman beberapa bulan yang lalu membuat Aksara sangat berhati-hati. Meski dikuasai 'keinginan tingkat tinggi', tapi ia tidak ingin mengulang kesalahan yang pernah dilakukannya. Sebab dia pun sangat menginginkan anak itu. Semoga saja Marisa akan memberinya bayi perempuan yang cantik dan lucu. Pagi yang berakhir manis. Terbayar tunai hutang Marisa pada sang suami. Aksara tersenyum bahagia, secerah mentari pagi."I love you," bisiknya.Marisa mengeratkan pelukan. Perutnya yang sudah mulai membuncit di usia kehamilan sepuluh minggu, bersinggungan dengan tubuh Aks

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 149 Kabar Gembira 2

    Diam. Aksara memerhatikan jalanan yang ramai kendaraan dihadapan. Tak menyangka saja, keharmonisan yang tercipta tiga bulan ini ada sisi lain yang disembunyikan istrinya. Bahkan sangat rapi hingga dirinya tidak menyadari. Marisa memang pandai bermain rasa. Senyumnya merekah sepanjang hari. Melayani dirinya dan Kenzi dengan baik. Urusan ranjang yang tidak pernah diabaikan. Bahkan lebih membara dari sebelumnya. Marisa sangat pintar memang. Bagaimana sang istri meyakinkannya saat ia cemburu karena Marisa sering bertemu Hugo untuk urusan pekerjaan. Padahal batin Marisa sendiri masih perlu diyakinkan oleh urusan tentang Hafsah. "Tapi itu kisah selama tiga bulan kemarin, Mas. Kalau sekarang aku memutuskan untuk hamil, berarti semua keraguan itu bisa kuatasi sendiri." Marisa bicara sambil tersenyum. Aksara menarik lengannya pelan hingga Marisa bersandar di bahunya, sedangkan tangan kanannya fokus pegang kemudi. "Makasih, Sayang. Semoga sampai kapan pun kita bisa mengatasi ujian rumah tan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status