Setelah melihat hasil pengobatan yang berhasil mereka kembali ke Balairung kekaisaran setelah memastikan mereka tidak tertular.Zhao Xueyan melangkah maju ke tengah aula dan berkata dengan suara tegas namun tetap lembut, "Yang Mulia, obat yang saya buat hanya cukup untuk beberapa orang. Jika kita ingin mengatasi wabah ini sepenuhnya, saya membutuhkan bahan dalam jumlah besar. Selain itu, saya juga ingin memberikan panduan agar wabah ini tidak menyebar lebih jauh."Kaisar Zheng Yu, yang masih terkesan dengan kemampuannya, langsung bertanya, "Apa saja bahan yang kamu perlukan? Aku akan mengerahkan semua sumber daya kekaisaran untuk mendapatkannya.”Zhao Xueyan dengan tegas namun tetap lembut, menyebutkan bahan-bahan utama seperti. “Hamba membutuhkan, akar tianqi, daun Lianhua, bunga Jingcao, Air bersih dalam jumlah besar.” Setelah menyampaikan daftar tersebut, dia menambahkan, "Besok pagi, hamba akan kembali dengan membawa obat dalam jumlah besar. Selain itu, saya juga ingin memberikan
Semua orang terdiam mendengarkan ucapan Zhao Xueyan dengan seksama, Zhao Xueyan yang melihat orang-orang masih menunggu, dia melanjutkan ucapannya, “Galilah kanal tambahan di sekitar sungai untuk mengalihkan aliran air ke wilayah yang lebih rendah atau ke waduk sementara. Ini akan mengurangi tekanan pada aliran utama sungai. Tanamlah tanaman seperti bambu atau pepohonan di sekitar tepi sungai. Akar tanaman ini mampu menyerap air sekaligus mengurangi risiko tanah longsor."Untuk pemukiman yang berada di dataran rendah, buatlah panggung sederhana di bawah rumah mereka. Gunakan kayu tahan air dan pastikan rumah memiliki fondasi yang kuat."Pastikan rakyat yang tinggal di area terdampak memiliki akses ke tempat penampungan sementara di dataran tinggi. Siapkan logistik seperti makanan, air, dan obat-obatan untuk mereka."Lalu seseorang pejabat bertanya, “Tapi bagaimana kita menemukan pekerja dalam waktu dekat sedangkan kita perlu segera bertindak?” Zhao Xueyan tetap tenang dan menjawab,
Keesokan harinya, Zhao Xueyan memulai pekerjaannya dengan penuh semangat. Dengan obat-obatan yang telah ia siapkan di ruang dimensinya, ia mulai mendistribusikan dan mengobati rakyat yang terkena wabah flu babi. “Tabib, ini obat yang semalam yang saya buat. Berikan pada rakyat,” kata Zhao Xueyan memberikan obat dan instruksi pada tabib kekaisaran. “Baik, Nona Zhao!” Setiap pasien yang menerima obat menunjukkan perubahan yang signifikan dalam waktu singkat, bahkan mereka yang kondisinya tampak kritis.Para tabib kekaisaran yang dikirim oleh Kaisar Zheng Yu untuk membantu hanya bisa terpana melihat kemampuan Zhao Xueyan. Mereka berbisik-bisik di antara satu sama lain, membahas bagaimana seorang wanita muda seperti Zhao Xueyan bisa begitu ahli menangani wabah yang bahkan membuat mereka kewalahan."Dia seolah tahu dengan pasti bagaimana cara kerja penyakit ini," ujar salah satu tabib, matanya penuh kekaguman."Lebih dari itu, dia seperti sudah mempersiapkan segalanya dengan matang, se
Setelah beberapa hari bekerja keras tanpa henti, akhirnya wabah flu babi yang melanda kekaisaran Zhengtang berhasil diatasi. Rakyat yang sebelumnya jatuh sakit kini mulai pulih, sementara mereka yang sehat menjadi lebih waspada dan menjaga kebersihan sesuai arahan Zhao Xueyan. Sorak-sorai penuh sukacita terdengar di seluruh penjuru ibu kota. Nama Zhao Xueyan dielu-elukan dengan penuh rasa syukur."Terima kasih, Nona Zhao! Anda adalah penyelamat kami!" seru seorang wanita tua sambil menangkupkan tangannya ke arah Zhao Xueyan.Kabar tentang keberhasilan ini tidak hanya menyebar di Zhengtang, tetapi jugak sampai ke kekaisaran-kekaisaran tetangga seperti Canghai dan Heifeng. Para pejabat dan bangsawan dari kedua kekaisaran itu membicarakan kehebatan Zhao Xueyan. Mereka terkesima dengan kecerdasannya, pengetahuannya yang luar biasa, serta keberaniannya menghadapi wabah yang bahkan tabib-tabib terbaik kesulitan mengatasinya.“Seorang wanita luar biasa dari Zhengtang?” tanya seorang pejabat
Kekaisaran Zhengtang kembali damai setelah cobaan wabah dan banjir yang melanda. Hari ini, suasana istana tampak lebih tenang, dengan berita baik yang dibawa oleh Jenderal Zhao Yun yang baru saja kembali dari daerah yang terkena banjir. Setelah beristirahat sejenak, Jenderal Zhao Yun langsung menuju istana untuk menghadap Kaisar Zheng Yu, melaporkan bahwa situasi di wilayah luar kini telah terkendali."Yang Mulia, dengan langkah yang telah diambil sesuai perintah Yang Mulia dan dukungan dari rakyat setempat, banjir berhasil ditangani. Wilayah tersebut kini aman, dan warga perlahan-lahan memulihkan kehidupan mereka," lapor Jenderal Zhao Yun tegas.Kaisar Zheng Yu mengangguk puas, namun di dalam hatinya, ia telah menyusun rencana lain. Dengan wajah penuh senyum, ia berkata, "Jenderal Zhao, kerja kerasmu patut diacungi jempol. Kau adalah pilar kekaisaran ini. Sebagai bentuk rasa terima kasihku, aku ingin mengundang kau dan keluargamu ke jamuan makan malam khusus. Ini juga kesempatan untu
Keesokan harinya, suasana di kediaman keluarga Zhao terasa sibuk. Para pelayan dengan penuh perhatian menyiapkan pakaian untuk Zhao Xueyan, merapikan rambutnya, dan memoles penampilannya. Meski mereka menawarkan berbagai gaya rumit untuk menunjukkan keanggunan dan statusnya, Zhao Xueyan dengan tegas memilih penampilan sederhana namun tetap berkelas. Di dekatnya, Niuniu berdiri sambil menggerutu, seperti biasanya. Dengan wajah penuh rasa kesal, ia berkata, "Nona, apa Kaisar Zheng Yu benar-benar lupa dengan semua yang pernah dia lakukan pada Anda? Bagaimana dia tega mencambuk dan menyiksa Nona hanya karena fitnah dari selir-selir itu? Bukankah dia dulu mengatakan kalau hmm … maaf, dia mengatakan nona adalah wanita bodoh dan buruk rupa? Sekarang setelah nona menjadi seperti ini, dia malah ingin merebut nona kembali. Betapa memuakkan!" Zhao Xueyan mendengarkan dengan tenang, tanpa mengubah ekspresi wajahnya sedikit pun. Ia memandang bayangannya di cermin dan menjawab, "Niuniu, aku bukan
Ketika suara Kasim menggema mengumumkan kedatangan keluarga Jenderal Zhao, Kaisar Zheng Yu segera berdiri dari kursinya. Dengan pakaian terbaik yang memancarkan keagungan, ia memasang senyum ramah. Namun, pandangannya terpaku pada sosok Zhao Xueyan yang berjalan masuk dengan anggun, wajahnya tertutup cadar. Meski demikian, keanggunannya tetap terpancar, membuat hati Kaisar Zheng Yu berdesir. Dalam hatinya, ia merutuki kebodohannya di masa lalu. ‘Bagaimana mungkin aku melepaskan wanita secantik dan sehebat dia?’ pikirnya.Keluarga Zhao menundukkan kepala memberi hormat kepada sang kaisar. “Hormat kami kepada Yang Mulia Kaisar,” ujar Jenderal Zhao Yun dengan tegas. Nyonya Zhao dan Zhao Xueyan mengikuti, memberi salam dengan sopan namun tanpa emosi yang berlebih.Kaisar Zheng Yu mengangguk dengan senyum lebar. “Selamat datang, Jenderal Zhao dan keluarga. Kehadiran kalian adalah kehormatan besar bagi istana,” katanya. Ia kemudian melirik Zhao Xueyan, yang duduk tenang dengan aura mister
Kaisar Zheng Yu tampaknya tidak tahu malu atau menyerah. Ia terus mencari cara untuk membuat Zhao Xueyan berbicara lebih banyak. “Xueyan, saat mendengar tentang pencapaianmu baru-baru ini, aku tidak bisa tidak merasa bangga. Aku bertanya-tanya, apa kau pernah berpikir untuk kembali ke istana dan membantuku mengelola kekaisaran?”Pernyataan itu membuat suasana ruangan sedikit tegang. Para pelayan yang melayani makan malam terdiam sejenak, dan tatapan Nyonya Zhao berubah tajam. Jenderal Zhao Yun langsung meneguk tehnya perlahan untuk menenangkan diri, sementara Zhao Xueyan menatap lurus ke arah Kaisar Zheng Yu, matanya bersinar dingin di balik cadarnya.“Yang Mulia, saya rasa posisi saya saat ini sudah lebih dari cukup untuk melayani rakyat Zhengtang—” Kehangatan palsu dalam jamuan makan mendadak hancur ketika sesosok wanita dengan wajah rusak parah dan aroma busuk memasuki ruangan. Suaranya melengking, memanggil-manggil Kaisar Zheng Yu. Para pejabat dan pelayan yang hadir tercengang,
Namun sudah terlambat. Anak panah Qi dari pasukan Hei Long menghantam barisan penjaga altar, menciptakan ledakan yang mengguncang tanah. Pasukan Zhao Yun menerobos masuk dari sisi selatan, mematahkan pagar energi yang melindungi altar. Para gadis yang dijadikan persembahan segera diselamatkan oleh prajurit wanita dari pasukan Tianyang.Tian Ming yang memimpin langsung di utara memberi aba-aba melalui kipas perang di tangannya. Suaranya menggema melalui alat suara roh."Jangan beri waktu mereka membuka portal lagi! Hancurkan altar! Lindungi para penyihir kita yang akan menutup celah dimensi!"Aura emas menyelimuti tubuh Tian Ming saat dia melompat ke depan, pedangnya menebas iblis kelas tinggi yang mencoba mendekat. Di belakangnya, Yu Qie dan Wu Liang bergerak lincah, melindungi para ahli formasi yang mulai membentuk susunan penutup dimensi."Ayo!" teriak Wu Liang sambil menghunus tombaknya. "Ini saatnya menutup kegelapan itu selamanya!"Langit di atas altar mulai bergetar hebat. Cahay
Matahari telah tenggelam di balik pegunungan, menyisakan langit jingga yang perlahan berubah gelap. Di dalam Istana Kekaisaran Tianyang, suasana terasa hening, seakan seluruh penjuru negeri ikut menahan napas. Para pelayan berjalan pelan, tak ingin mengusik ketenangan ruang utama tempat para wanita keluarga kerajaan berkumpul.Zhao Xueyan duduk di beranda istana, matanya menatap kosong ke arah langit malam yang mulai bertabur bintang. Angin musim gugur berhembus pelan, menggoyangkan tirai tipis di hadapannya. Jemarinya menggenggam secangkir teh yang sudah mulai dingin, namun tak ia minum.“Xueyan,” suara lembut terdengar di belakangnya.Zhao Xueyan menoleh dan melihat sang ibu, Nyonya Bing Qing, datang dengan langkah anggun, membawa selimut tipis di tangannya. Tanpa banyak bicara, wanita itu duduk di sampingnya dan menyampirkan selimut di bahu sang putri.“Angin mulai dingin, kau tidak boleh sakit,” ucap Nyonya Bing Qing lembut.Zhao Xueyan mengangguk kecil, lalu kembali menatap langi
Beberapa hari berlalu sejak strategi besar diumumkan. Di lembah hitam yang terletak di perbatasan dunia manusia dan dunia iblis, tanah bergemuruh oleh derap kaki ribuan prajurit yang telah bersiap. Langit redup diselimuti awan tebal, seolah alam pun ikut menahan napas menanti pecahnya perang.Di sisi timur, barisan pasukan elit Tian Ming berdiri tegak. Di depan mereka, Tian Ming sendiri mengenakan zirah hitam keperakan yang memantulkan cahaya rembulan. Rambut panjangnya diikat tinggi, wajahnya dingin dan fokus. Di belakangnya, barisan para ksatria pilihan berdiri diam seperti batu karang, menanti perintah.Dari sisi selatan, pasukan Kekaisaran Changhai yang dipimpin oleh Pangeran Chen Xuan,pangeran kedua dari kekaisaran Changhai, mulai menyusup diam-diam ke sisi lembah. Wajah sang pangeran tampak serius, tak lagi menunjukkan sikap santainya yang biasa. Di sisi barat, Putra Mahkota Hei Long, mengenakan zirah berlapis merah marun, tampak memimpin pasukan utama dengan tangan mengepal era
Wu Liang mendecak, lalu menoleh ke arah Niuniu yang tetap tenang-tenang saja."Aneh," gumam Wu Liang. "Kenapa kau tidak digigit?"Yu Qie ikut melirik Niuniu dengan rasa tidak adil. "Benar juga, kenapa cuma kita yang jadi santapan malam?"Dengan santai, Niuniu mengeluarkan sebuah botol kecil dari kantong bajunya, memperlihatkan isinya sambil tersenyum bangga."Ini lotion anti nyamuk buatan Nona," kata Niuniu berbisik bangga. "Aku sudah pakai dari tadi."Wu Liang dan Yu Qie hampir menjatuhkan rahang mereka."Ada barang ajaib seperti itu?!" seru Yu Qie tertahan."Kenapa kau tidak beri tahu dari tadi, hah?!" bisik keras Wu Liang sambil berusaha merebut botol itu.Niuniu dengan cekatan menyembunyikannya di balik punggung."Kalau mau ... bayar lima perak!" bisik Niuniu sambil tersenyum manis.Wu Liang dan Yu Qie hanya bisa menahan emosi sambil kembali menggaruk-garuk tubuh mereka yang mulai bentol. ****Beberapa hari telah berlalu sejak malam itu. Hubungan Zhao Xueyan dan Kaisar Tian Ming
Setelah makan malam yang sedikit kacau akibat "aksi heroik" Kaisar Tian Ming di dapur, suasana istana perlahan kembali tenang.Malam itu, di ruang kerja megah sang kaisar, Zhao Xueyan, Kaisar Tian Ming, Wu Liang, dan Yu Qie duduk mengelilingi sebuah meja besar. Di atas meja terbentang peta-peta medan perang, lengkap dengan berbagai penanda strategis.Zhao Xueyan menunjuk satu titik di peta dengan jari rampingnya."Jika pasukan ditempatkan di sini," ujarnya serius, "Maka kita bisa memutus jalur logistik mereka. Serangan dari arah timur akan mempercepat kemenangan."Tian Ming mengangguk, matanya menatap Zhao Xueyan dengan penuh perhatian, tapi tak sepenuhnya pada peta. Sementara Wu Liang dan Yu Qie mengangguk-angguk setuju, lalu saling bertukar pandang.Beberapa saat kemudian, tanpa disadari oleh Zhao Xueyan yang begitu fokus menjelaskan rencana, Wu Liang dan Yu Qie sudah tidak ada lagi di ruangan itu.Kaisar Tian Ming mengusir keduanya dengan sangat halus. Wu Liang dan Yu Qie yang meng
Begitu melangkah ke dalam dapur istana, Zhao Xueyan langsung membelalakkan mata. Mulutnya sedikit terbuka tanpa suara. Dapur yang biasanya bersih dan rapi kini berubah menjadi medan peperangan. Tepung berserakan di lantai, panci-panci tergeletak miring, tungku api di sudut dapur menghembuskan nyala api yang jauh lebih besar dari seharusnya.Para juru masak dan pelayan dapur berdiri di luar ruangan, sebagian menangis dalam diam. Wajah-wajah mereka memucat ketakutan. Tak satu pun berani mengangkat kepala atau bergerak. Mereka hanya bisa memandangi kekacauan ini dengan dada sesak. Salah bicara sedikit saja, mungkin kepala mereka bisa melayang.Dan di tengah kekacauan itu, seorang pria berdiri dengan hanfu sederhana, rambutnya diikat ke belakang, tampak sedikit acak-acakan. Wajah tampannya kini dihiasi noda tepung dan bercak saus. Dialah Kaisar Tian Ming, penguasa dingin benua Yunzhu … kini tampak seperti anak kecil yang baru belajar memasak.Zhao Xueyan akhirnya menemukan suaranya."Apa
Malam menyelimuti paviliun timur dengan tenang. Lampu minyak bergoyang lembut, memancarkan cahaya keemasan yang menari di dinding kayu dan tirai tipis. Aroma teh melati yang baru diseduh memenuhi udara, membawa kehangatan yang tak hanya meresap ke tubuh, tapi juga ke dalam hati.Di ruang utama, Zhao Xueyan duduk bersila di antara kedua orang tuanya. Hanfunya berwarna biru langit, sederhana namun elegan. Ia tampak tenang, sesekali mengangkat cangkir dan meniup permukaan teh hangat sebelum menyesapnya perlahan. Di hadapannya, sang ibu Bing Qing tersenyum lembut, sedangkan sang ayah, Jenderal Zhao Yun, sudah duduk dengan santai, satu tangan menopang dagu, mata berbinar menatap keluarganya yang utuh malam ini."Ayah dan ibu sudah lama tak minum teh malam seperti ini bersamamu," ucap Bing Qing dengan suara lembut. "Kau tampak berbeda, Xueyan … lebih dewasa, dan lebih tenang."Zhao Xueyan tersenyum kecil. "Pengembaraan mengajarkanku banyak hal, Ibu. Tapi yang paling berat bukan medan tempu
Saat Zhao Xueyan tiba di paviliun timur bersama ibunya dan Niuniu, pagi yang seharusnya tenang mendadak dipenuhi langkah terburu-buru. Jenderal Zhao Yun yang mendengar kedatangan istrinya langsung keluar dari ruang baca, matanya membelalak melihat sosok wanita yang sangat dirindukannya berdiri di ambang gerbang.“Istriku, aku dengar kau diserang ... Kau baik-baik saja?”Suara itu penuh kekhawatiran, terdengar jelas meski tak terangkat tinggi. Zhao Yun langsung melangkah cepat, menghampiri sang istri dan menggenggam tangannya dengan lembut.“Aku baik-baik saja,” kata Nyonya Bing Qing dengan senyum tenang. “Bai Long membawa kami dengan aman. Hanya saja ….”Bing Qing menatap sang suami. “Hanya saja Bai Long terluka. Dan sekarang sedang memulihkan tubuhnya.” Zhao Yun menghela napas panjang lalu menatap wajah istrinya dalam-dalam. “Aku seharusnya ikut menjemputmu ... dunia luar tak lagi aman seperti dulu.”Zhao Xueyan hanya menatap keduanya sambil tersenyum kecil. Ada kehangatan dalam pan
Pagi menyapa istana Kekaisaran Tianyang dengan embusan angin sejuk dan cahaya matahari yang lembut menembus sela-sela dedaunan. Zhao Xueyan berdiri di serambi paviliun timur, matanya terarah ke langit timur. Ada getaran kuat yang hanya bisa dirasakannya—getaran familiar dari seseorang yang sangat ia kenal.“Bai Long .…” bisiknya.Tanpa pikir panjang, Zhao Xueyan segera berlari menuju pelataran utama istana, tempat biasanya Bai Long mendarat. Gaunnya berkibar mengikuti langkah cepatnya, rambut panjangnya sedikit berantakan tertiup angin. Saat tiba di halaman luas istana, matanya langsung membelalak."Bai Long!" serunya.Sosok naga hitam itu mendarat perlahan, tubuhnya yang besar terlihat penuh luka bakar dan goresan. Namun, tak jauh dari kakinya, Zhao Xueyan melihat dua sosok lainnya turun—ibunya, Bing Qing, dan Niuniu."Ibu!" Zhao Xueyan segera menghampiri. "Niuniu! Kalian tidak apa-apa?"Niuniu yang baru saja menapak tanah langsung memeluk sang nona."Nona ... kami baik-baik saja," u