Ketika Kaisar Zheng Yu dan keempat selirnya duduk di tempat mereka, suasana aula pesta kembali menjadi tenang. Namun, ketegangan mulai terasa di udara saat pintu utama terbuka kembali. Zhao Xueyan melangkah masuk dengan anggun, mengenakan hanfu mewah berwarna putih dengan sulaman emas, lengkap dengan cadar yang menutupi sebagian wajahnya. Kehadirannya yang tiba-tiba mengundang tatapan penuh kejutan. Semua orang terbiasa melihat Zhao Xueyan yang selalu menunduk dan mengalah, tetapi kali ini aura berbeda terpancar darinya. “Salam hormat saya, Yang Mulia,” kata Zhao Xueyan dengan suara lembut sambil menunduk hormat. Kaisar Zheng Yu tertegun sejenak melihat perubahan Zhao Xueyan, namun dia tetap mengabaikannya. Kaisar Zheng Yu menjawab datar. “Duduklah!” Zhao Xueyan mengangguk kemudian melangkah dengan tenang menuju kursi permaisuri, hanya untuk menemukan kursi itu telah diduduki oleh Selir Mei Xiao. Zhao Xueyan berbicara lembut namun tegas, saat berada di hadapan selir Mei Xiao. "
Pesta berlangsung meriah, dengan para tamu menikmati hidangan mewah dan pertunjukan yang memukau. Ketika Kaisar Zheng Yu mempersilakan para nona muda bangsawan menampilkan bakat mereka, semua mata tertuju ke panggung utama. Para nona berlomba-lomba menunjukkan keunggulan, baik itu melalui tarian, musik, maupun syair. Kaisar tampak menikmati, sesekali tersenyum atau memberikan tepuk tangan sebagai bentuk penghargaan.Setelah para nona bangsawan selesai menunjukkan bakat mereka, giliran para selir menampilkan keahlian masing-masing. Selir Hua Lingxin memamerkan kepiawaiannya dalam memainkan guzheng, menciptakan alunan musik yang menenangkan. Selir Rong Yue menampilkan puisi melankolis yang penuh emosi, memukau para tamu. Sementara itu, Selir Mei Xiao, yang sejak awal pesta menahan amarah karena kejadian sebelumnya, kini melihat kesempatan untuk mengembalikan harga dirinya.Dengan anggun, Selir Mei Xiao bangkit dari tempat duduknya. Ia mengenakan hanfu merah menyala yang memancarkan p
Pesta berlangsung kembali dengan kemeriahan. Para tamu menikmati hidangan yang lezat dan melanjutkan perbincangan mereka, namun di sudut-sudut aula, suasana mulai terasa tegang. Selir Mei Xiao, yang dipermalukan di depan umum oleh Zhao Xueyan, kini duduk di tempatnya dengan senyum tipis yang dipaksakan. Di balik ketenangannya, kemarahan yang mendidih menguasai hatinya. ‘Sialan kau Zhao Xueyan! Aku akan membunuhmu,’ teriak Selir Mei Xiao murka. Di sisi lain, selir pertama Xue Yuxian tampak tenang, bahkan tersenyum samar. Di balik wajah anggunnya, rencana licik yang telah ia susun mulai bergerak. Ia melirik seorang pelayan yang berdiri di dekatnya, memberi isyarat halus dengan anggukan kepala. ‘Saatnya giliranmu, Rong Yue,’ kata selir Xue Yuxian. Pelayan itu segera memahami perintahnya. Dengan hati-hati, ia mengambil nampan berisi cangkir anggur dan menuju ke arah Selir Rong Yue, yang tengah berbincang santai dengan tamu-tamu lainnya.Pelayan dengan nada sopan berkata,"Selir Rong Y
Sementara itu, Zhao Xueyan duduk anggun di kursi permaisuri, sesekali tersenyum tipis melihat jalannya pesta. Dia tidak terlihat gugup atau terburu-buru, meski dia tahu apa yang sedang terjadi pada Selir Rong Yue di luar aula. Dengan cerdik, dia membiarkan Xue Yuxian merasa seolah-olah rencananya berjalan mulus tanpa ketahuan. Niuniu, pelayan setia Zhao Xueyan, mendekatinya dengan bisikan lembut. "Yang Mulia, semua berjalan sesuai rencana. Minuman mereka sudah diminum." Zhao Xueyan mengangguk kecil, tetap menjaga ekspresi tenangnya. "Bagus. Hanya butuh tiga hari bagi mereka untuk merasakan akibatnya. Namun, pastikan tidak ada satu pun dari mereka yang mencurigai kita. Keseimbangan kekaisaran harus tetap dijaga.” Di sisi lain aula, Selir Mei Xiao, Selir Hua Lingxin, dan Selir Xue Yuxian tampak santai, meski masing-masing memiliki pikiran licik yang berbeda. Selir Mei Xiao masih mendendam karena penghinaan di awal pesta, sementara Hua Lingxin percaya bahwa ramuan yang dia siapkan
Suasana di aula menjadi semakin tegang. Kaisar melanjutkan, kali ini suaranya lebih keras."Keluarga Rong, yang telah melahirkan aib seperti ini, juga akan menanggung akibatnya. Mulai sekarang, semua hak istimewa mereka dicabut, dan mereka akan diasingkan bersama Selir Rong Yue!"Para tamu yang mendengar keputusan ini terkejut. Mereka saling berbisik, membahas kehancuran mendadak yang menimpa keluarga Rong. Beberapa merasa kasihan, tetapi banyak juga yang senang melihat keluarga itu jatuh. Selir Xue Yuxian, yang berada di tengah kerumunan, menundukkan wajahnya sambil menyembunyikan senyum kemenangan.Selir Rong Yue berteriak memohon."Tidak, Yang Mulia! Tolong berikan hamba kesempatan! Hamba mohon!"Namun, Kaisar Zheng Yu tidak tergerak. Ia memberi isyarat kepada para pengawal. "Bawa dia pergi. Mulai malam ini, ia tidak lagi memiliki hubungan apa pun dengan istana ini."Pengawal istana segera menyeret Selir Rong Yue keluar dari kamar. Jeritannya yang penuh rasa putus asa memenuhi udar
Setelah pengasingan Rong Yue, Selir Mei Xiao yang masih menyimpan dendam terhadap Zhao Xueyan kembali merencanakan serangan licik. Dia memerintahkan pelayan setianya untuk menyusup ke dapur istana dan menaburkan racun pada makanan yang akan dikirimkan ke paviliun Zhao Xueyan. Racun itu adalah jenis yang sama dengan racun yang pernah merusak tubuh Zhao Xueyan asli, menyebabkan dia tidak dapat berkultivasi.Pelayan itu dengan hati-hati membawa makanan beracun tersebut ke paviliun Zhao Xueyan. Namun, Zhao Xueyan, yang memiliki pengetahuan luas sebagai dokter jenius dari zaman modern, langsung mengenali kehadiran racun tersebut begitu mencium baunya. Dengan tatapan dingin, dia mengangkat alis. "Racun yang sama? Memang, Selir Mei Xiao tidak belajar dari kesalahan."Dia memanggil Niuniu, pelayannya yang setia. "Niuniu, ajak pelayan itu masuk. Aku ingin sedikit bersenang-senang," katanya dengan nada santai namun penuh ancaman tersirat.Niuniu, yang sudah terbiasa dengan cara majikannya, se
Tiga hari setelah pesta kaisar, kehebohan yang senyap menyelimuti paviliun ketiga selir—Selir Mei Xiao, Selir Xue Yuxian, dan Selir Hua Lingxin. Racun mandul yang secara diam-diam mereka minum saat pesta akhirnya bereaksi. Ketiganya mulai merasakan gejala aneh yang membuat mereka khawatir dan segera memanggil tabib pribadi mereka untuk melakukan pemeriksaan mendalam.“Apa yang terjadi padaku?” gumam Selir Mei Xiao memegangi perutnya yang terasa sangat sakit, padahal saat selir Mei Xiao sedang menyusun rencana untuk membalas Zhao Xueyan. “Kenapa tabib sangat lama?!” bentak selir Mei Xiao merasa kesakitan. Di sudut ruangan para pelayan menunduk takut, tak berapa lama seorang tabib tua dari kediaman Mei datang dengan tergesa-gesa. “Salam —” “Cepat periksa aku tabib,” potong selir Mei Xiao yang sudah tidak bisa menahan rasa sakitnya. Ketika tabib memeriksa ketiga selir, ekspresi cemas terpancar di wajah para tabib tersebut. Para tabib mendapati bahwa racun itu tidak hanya menyebabkan
Di paviliun Selir Mei Xiao, ketegangan terasa begitu nyata. Setelah kepergian tabib yang membawa kabar buruk itu, Mei Xiao duduk di kursi megahnya dengan wajah pucat dan mata berkilat penuh kemarahan. Pikirannya terus berputar, mencoba mencari jawaban atas nasib buruk yang menimpanya."Ini tidak mungkin terjadi begitu saja. Seseorang pasti merencanakan ini!" gumamnya dengan nada dingin.Para pelayan di sekelilingnya diam membisu, tak berani menatap langsung ke wajah majikan mereka. Namun, salah satu pelayan yang berdiri paling dekat akhirnya memberanikan diri berbicara."Ampun, Yang Mulia. Jika saya boleh berkata sesuatu ...."Mei Xiao mengangkat wajahnya, tatapannya tajam seperti pedang. "Bicara cepat!"Pelayan itu menelan ludah, tubuhnya gemetar. "Saya sempat melihat sesuatu di malam pesta, Yang Mulia. Di dapur, pelayan setia Selir Hua Lingxin mendekati minuman Anda. Dia tampak seperti sedang ... memasukkan sesuatu ke dalamnya."Mata Mei Xiao menyipit, penuh kecurigaan. "Pelayan Hua
Bulan purnama menggantung sempurna di langit, menyinari Hutan Kematian yang suram dengan cahaya pucatnya. Zhao Xueyan yang duduk bersila dalam meditasi tiba-tiba membuka matanya dengan tajam. Teriakan memilukan menggema dari kedalaman hutan, membuat hawa dingin menyeruak di udara.Niuniu mendekat dengan wajah khawatir. "Nona, itu suara manusia?"Zhao Xueyan mengangguk sambil meraih pedang rohnya. "Ya, dan suara itu jelas penuh dengan penderitaan. Aku akan memeriksanya. Tetap di sini dan jaga formasi."Tanpa menunggu jawaban Niuniu, Zhao Xueyan bergerak cepat menyusuri hutan. Cahaya bulan yang menyelusup dari sela-sela pepohonan memberikan penerangan samar. Makhluk roh yang biasanya ganas malah melarikan diri dengan ketakutan, menandakan sesuatu yang jauh lebih mengerikan hadir di tempat itu.Setelah beberapa saat, Zhao Xueyan tiba di sebuah tanah lapang kecil. Di sana, terbaring seorang pria muda dengan wajah luar biasa tampan, meski kini pucat pasi dan gemetar hebat seolah dilanda ra
Zhao Xueyan dan Niuniu memilih pergi diam-diam saat pagi buta tanpa berpamitan dengan para warga desa Fengmu. Mereka tidak ingin menjadi pusat perhatian atau menerima penghormatan yang berlebihan. Sebelum pergi, Zhao Xueyan meninggalkan beberapa pil penyembuhan di balai desa dengan pesan singkat:‘Gunakan ini untuk memulihkan kesehatan warga. Hiduplah dengan damai.’Niuniu menatap balik ke desa yang mulai diterangi cahaya matahari. "Nona, mereka pasti kecewa," ucapnya pelan.Zhao Xueyan mengangguk kecil. "Lebih baik begitu. Mereka tidak perlu terikat dengan rasa terima kasih yang berlebihan."Sementara itu, para warga yang telah mempersiapkan pesta sederhana dengan bunga dan makanan khas desa merasa kecewa saat menyadari kedua penyelamat mereka telah pergi."Sayang sekali ... aku ingin berterima kasih langsung," ujar seorang wanita tua sambil menghela napas.“Benar!” seru warga desa lainnya yang ingin berterima kasih langsung kepada sang penyelamat. Namun, kepala desa tersenyum bijak
Dari balik kabut yang bergelayut di atas sungai, tiba-tiba muncul makhluk roh gelap dengan tubuh besar berwarna hitam pekat, matanya menyala merah dengan aura jahat yang begitu kuat. Makhluk itu mengeluarkan suara geraman seram sebelum melompat menyerang ke arah Zhao Xueyan dan Niuniu.Zhao Xueyan dengan sigap menghunus pedang roh birunya, kilauan cahaya dari bilahnya memotong kabut gelap yang semakin pekat. "Niuniu, waspada! Serangan dari sisi kiri!" serunya tegas."Siap, Nona!" balas Niuniu dengan penuh semangat. Cambuk emas di tangannya bergerak cepat, menghasilkan bunyi tajam yang memecah udara, menciptakan lingkaran pelindung untuk menangkis cakar tajam makhluk tersebut.Makhluk roh itu kembali menyerang dengan kekuatan yang lebih besar, cakarnya menyapu tanah dan meninggalkan retakan besar di sekitar mereka. Zhao Xueyan melompat ke udara, memutar tubuh dengan elegan dan menyerang langsung ke kepala makhluk tersebut. Pedangnya menebas sisi kanan makhluk itu, membuatnya meraung ke
Zhao Xueyan dan Niuniu terus melajukan kuda mereka melewati hutan lebat dan jalan berbatu. Meski perjalanan penuh dengan bahaya, mereka menanganinya dengan mudah. Hewan roh yang menyerang hanya menjadi latihan ringan, sedangkan bandit yang mencoba menghadang mereka malah berakhir terkapar, tak mampu melawan kemampuan kultivasi Zhao Xueyan.Niuniu, yang menunggang kuda di samping Zhao Xueyan, tersenyum lebar. "Nona, aku rasa perjalanan kita ini mulai menjadi petualangan yang seru. Setiap kali kita bertarung, aku merasa semakin kuat."Zhao Xueyan meliriknya sekilas, wajahnya tetap tenang. "Jangan terlalu menikmati. Kita masih belum tahu apa yang menunggu di depan."Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, mereka akhirnya tiba di sebuah desa bernama Fengmu. Desa itu terletak di dataran tinggi, dikelilingi oleh pegunungan yang hijau dan sungai yang jernih mengalir di tepinya.Zhao Xueyan dan Niuniu memasuki desa Fengmu setelah perjalanan panjang yang penuh tantangan. Desa itu tampak su
Saat pertandingan berpedang dimulai, suasana arena menjadi riuh. Para peserta menunjukkan kemampuan mereka dengan beragam teknik yang memukau para penonton. Namun, saat giliran Zhao Xueyan dan Niuniu tiba, gelombang tawa kecil terdengar di antara penonton dan peserta lain."Benar-benar pemuda nekat! Dengan tubuh kecil seperti itu, bagaimana mereka bisa bertarung dengan pedang?" salah satu peserta mengejek, suaranya cukup keras hingga terdengar oleh semua orang."Betul! Mereka bahkan tidak terlihat memiliki energi kultivasi. Apa mereka pikir ini tempat bermain anak-anak?" tambah yang lain sambil tertawa.Zhao Xueyan tetap tenang, wajahnya datar tanpa ekspresi. Dia menggenggam pedang kayu yang disediakan oleh panitia pertandingan, tampak ringan seperti sedang memegang ranting biasa. Di sisi lain, Niuniu tersenyum jahil, menikmati keraguan orang-orang terhadap mereka."Nona, sepertinya kita harus memberi mereka sedikit pelajaran, ya?" bisik Niuniu, matanya berkilat penuh semangat."Janga
Pertandingan memanah dimulai dengan sorak-sorai penonton yang bergemuruh. Peserta pertama hingga terakhir mulai menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Beberapa berhasil mendapatkan nilai tinggi dengan menembakkan anak panah tepat di lingkaran tengah, sementara yang lain hanya mampu mengenai pinggiran sasaran.Ketika giliran Niuniu tiba, penonton mulai bersorak dengan nada mengejek. "Apa anak kecil ini akan memanah, ataukah dia hanya bermain-main dengan busur itu?" salah seorang dari kerumunan berteriak.Niuniu, yang awalnya terlihat sedikit gugup, mengingat kata-kata Zhao Xueyan. Dia menarik napas dalam-dalam, meraih busur, dan memasang anak panah. Dengan konsentrasi penuh, Niuniu menarik tali busur hingga mencapai titik maksimal, lalu melepaskannya dengan gerakan tegas.Swish!Anak panah meluncur cepat dan menghujam lingkaran tengah sasaran, tepat di tengah!Penonton terdiam sejenak, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat. "Apa itu tadi?!" bisik seseorang, diikuti oleh s
Zhao Xueyan dan Niuniu akhirnya tiba di sebuah desa yang cukup ramai, suasananya begitu meriah dengan tenda-tenda berwarna cerah yang berjajar rapi. Mereka mengenakan pakaian laki-laki, dengan rambut yang disembunyikan di balik topi bulu agar identitas mereka sulit dikenali. Desiran angin membawa aroma manis dari berbagai makanan yang dijual di sudut desa, bercampur dengan sorakan riuh warga yang berkumpul di sekitar sebuah arena besar."Apa ini semacam festival?" tanya Niuniu pelan, matanya berbinar melihat keramaian di depan mereka.Zhao Xueyan mengangguk kecil, matanya menyisir area sekitar dengan penuh waspada. "Sepertinya. Tapi lihat arena itu, ada pertandingan memanah dan pedang. Sepertinya ini lebih dari sekadar hiburan," ujarnya, tangannya merapatkan jubah untuk memastikan penampilannya tetap menyamar.Arena itu memang menjadi pusat perhatian. Di satu sisi, beberapa pemuda gagah sedang bersiap dengan busur dan panah, sementara di sisi lain, ada sekelompok pria yang berlatih p
Zhao Xueyan dan Niuniu melanjutkan perjalanan mereka dengan menunggang kuda melewati jalan setapak di tengah hutan yang sunyi. Langit cerah pagi itu mulai mendung, seolah menandakan sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi.Saat mereka melewati tikungan tajam di tengah hutan, tiba-tiba sekelompok pria bertampang kasar muncul dari balik pepohonan, menghadang jalan dengan senjata di tangan. Mereka tertawa seraya memandang kedua wanita itu dengan tatapan serakah."Hei, lihat siapa yang datang!" seru salah satu pria bertubuh besar dengan bekas luka di wajahnya. "Seorang wanita cantik dan pelayannya yang mungil. Sepertinya keberuntungan berpihak pada kita hari ini!"Niuniu terlihat menatap datar, matanya seolah siap menerjang. "Nona, biar saya yang menghabisi mereka semua. Nona diam sajal!" bisiknya dengan suara datar. .Namun, Zhao Xueyan tetap tenang seperti biasa. Dia memandang para bandit itu dengan dingin, tak sedikit pun terlihat takut. Sambil turun dari kudanya dengan anggun, di
Keesokan paginya, suasana desa Baiyun dipenuhi tangisan dan penyesalan. Para warga yang sebelumnya terpengaruh ritual gelap kini perlahan mengingat segala hal yang terjadi. Mata mereka kosong, beberapa terlihat gemetar, sementara yang lain menangis histeris di depan altar yang kini hancur lebur.Seorang ibu tua jatuh berlutut, menggenggam tanah di depan altar, menangis pilu. "Anakku ... aku ... aku sendiri yang menyerahkannya ...." Tangisannya menggema, mengungkap rasa bersalah yang begitu mendalam. Di sekitarnya, para warga lain juga mulai menyadari perbuatan mereka di bawah kendali sang kultivator hitam.Seorang pria muda duduk terpaku di tanah, menatap tangannya yang gemetar. "Kami ... kami tahu ... tapi tubuh kami tak bisa bergerak melawan ... Kami dipaksa ... Aku bahkan melihat saudaraku mati di depan mataku sendiri." Suaranya bergetar, penuh kesakitan dan trauma.Melihat pemandangan itu, Zhao Xueyan menghela napas panjang. Berdiri di tengah kerumunan dengan pakaian putih bersihn