Saat pagi menjelang, Zhao Xueyan dan ketiganya duduk bersama di meja makan penginapan. Aroma teh hangat dan hidangan sederhana memenuhi ruangan, namun suasana terasa agak berbeda.Niuniu dengan semangat menyuapkan makanan ke mulutnya, sementara Wu Liang tampak lebih tenang, sesekali melirik ke arah Tian Ming yang tampak lebih pendiam dari biasanya.Zhao Xueyan yang menyadari hal itu meletakkan sumpitnya dan bertanya, “Ada sesuatu yang mengganggumu, Tian Ming?”Pria itu sedikit tersentak dari lamunannya, lalu menggeleng pelan. “Tidak ada. Kita akan berangkat setelah sarapan.”Zhao Xueyan mempersempit matanya, merasa Tian Ming menyembunyikan sesuatu, tapi dia tidak ingin memaksa. Setelah menyelesaikan makanan mereka, mereka pun bersiap untuk kembali melanjutkan perjalanan.Saat Tian Ming kembali ke kamarnya, pengawal elitnya sudah menunggu di sana, berlutut dengan hormat.“Yang Mulia, situasi di kekaisaran semakin genting. Para pejabat mendesak agar Anda segera kembali,” lapor pengawal
Saat Zhao Xueyan terus memacu kudanya, pikirannya dipenuhi pertanyaan tentang Tian Ming. Kenapa pria itu pergi tanpa memberitahunya langsung? Bukankah mereka sudah banyak melewati hal bersama?Niuniu yang berada di belakangnya sesekali melirik majikannya, mengetahui kalau Zhao Xueyan sedang memikirkan sesuatu. “Nona, apa Anda baik-baik saja?” tanyanya hati-hati.Zhao Xueyan tidak langsung menjawab. Matanya tetap fokus ke jalan di depan, tapi bibirnya sedikit melengkung. “Aku hanya berpikir, Tian Ming pergi terlalu tiba-tiba.”Wu Liang yang mendengar itu hanya diam, tapi Zhao Xueyan bisa merasakan pria itu sedikit menegang. Sepertinya dia tahu sesuatu, tapi tidak bisa mengatakannya.“Apa dia dalam bahaya?” Zhao Xueyan akhirnya bertanya, suaranya tenang tapi tajam.Wu Liang tetap diam sejenak, lalu akhirnya menjawab singkat. “Tuan bisa menjaga dirinya sendiri.”Jawaban itu membuat Zhao Xueyan mendengus pelan. “Bukan itu pertanyaanku, Wu Liang.”Namun, Wu Liang tidak menjawab lagi. Seper
Setelah berjam-jam menunggangi kuda, akhirnya Zhao Xueyan, Niuniu dan Wu Liang tiba di desa Yingshi. Udara di desa Yingshi terasa lebih sejuk dibandingkan ibu kota. Pepohonan hijau membentang di sepanjang jalan setapak, dengan ladang gandum yang menguning di kejauhan. Rumah-rumah kayu berjejer rapi, menandakan desa ini adalah tempat yang makmur, meski jauh dari pusat kekuasaan. Zhao Xueyan menatap sekeliling dengan tatapan tenang. Jubah sutra ungu lembut yang dikenakannya berkibar perlahan tertiup angin. Dia menurunkan kerudung tipis yang menutupi sebagian wajahnya, memperlihatkan kecantikan dingin yang menawan meski telah berpenampilan pria. Di sisinya, Niuniu, sang pelayan setia, dengan sigap memperhatikan setiap langkah majikannya. Di belakang mereka, seorang pria bertubuh tegap dengan jubah hitam khas pengawal kekaisaran berdiri tegak, matanya waspada mengamati sekitar. Wu Liang, tangan kanan Kaisar Tian Ming, ditugaskan untuk menjaga Zhao Xueyan dalam perjalanannya ke desa ini
Langit malam menggantung kelam di atas desa Yingshi. Cahaya bulan menerangi jalanan yang sepi, hanya suara jangkrik dan desir angin yang terdengar samar. Di dalam rumah kayu sederhana tempat Zhao Xueyan, Niuniu, dan Wu Liang menginap, suasana terasa tenang, meski ada ketegangan yang sulit dijelaskan. Ketukan pelan terdengar di pintu. Wu Liang, yang sejak tadi duduk dengan waspada di sudut ruangan, segera menoleh tajam. Namun, sebelum dia bergerak, Zhao Xueyan memberi isyarat agar dia tetap tenang. Niuniu dengan ragu berjalan ke pintu dan membukanya perlahan. Di luar, beberapa penduduk desa berdiri dengan senyum ramah, membawa nampan kayu berisi makanan. "Tuan Muda, kami membawa makanan untuk kalian," ujar seorang wanita paruh baya dengan nada lembut. Zhao Xueyan bangkit dari duduknya, melangkah dengan tenang ke depan pintu. Matanya meneliti wajah-wajah mereka. Tidak ada yang aneh jika dilihat sekilas—mereka tersenyum, bersikap sopan, dan menawarkan hidangan dengan tulus. Namun, se
Suasana di aula utama terasa mencekam. Para pejabat berdiri dengan kepala tertunduk dalam, wajah mereka pucat pasi. Tidak ada yang berani mengangkat kepala, apalagi menatap pria yang duduk di singgasana emas dengan ekspresi dingin membekukan.Kaisar Tian Ming menatap tajam ke arah bawahannya, matanya menyala penuh amarah. Jubah hitam berlapis emas yang dikenakannya berkibar pelan, memancarkan aura kekuasaan yang tak terbantahkan."Sekali lagi .…" suaranya bergema dingin, "Siapa yang mengusulkan perjodohan itu?"Tidak ada yang berani menjawab. Beberapa pejabat bahkan terlihat gemetar ketakutan.Akhirnya, salah satu menteri tertua yang berdiri di barisan depan memberanikan diri bicara, suaranya gemetar. "Yang Mulia … kami hanya berpikir … sudah waktunya Yang Mulia memiliki permaisuri dan keturunan untuk menjaga kestabilan kekaisaran."Tian Ming menyipitkan matanya, tatapannya menusuk seperti pedang tajam. "Menjaga kestabilan kekaisaran, katamu?" desisnya. "Apakah kalian meragukan kekuas
Para pejabat keluar dengan wajah tidak puas, terlihat mata mereka memancarkan kegeraman dan juga obsesi akan sebuah jabatan tinggi. Tentu mereka sangat geram dengan penolakan yang dilakukan oleh kaisar Tian Ming. Di dalam hati mereka berkata, apa salahnya mencoba. Bukankah putriku gadis yang paling cantik dan berbakat di kekaisaran Tianyang. ‘Dasar kaisar sialan! Kau terlalu sombong untuk menolak putriku yang cantik jelita,’ rutuk menteri kiri yang bernama Bao Ling. Bukan hanya Bao Ling yang memaki kaisar Tian Ming dalam hati. Tapi hampir sebagian para pejabat melakukan hal yang sama. *****Angin berhembus pelan, menggoyangkan tirai sutra yang menjuntai di paviliun megah itu. Kaisar Tian Ming berdiri dengan tegak, punggungnya lurus, dan kedua tangannya disilangkan di belakang punggung. Matanya yang dingin menatap jauh ke arah taman bunga teratai yang tenang di bawah sana.Langkah kakinya mantap saat meninggalkan aula istana, amarahnya masih terasa membara setelah pertemuan dengan
Zhao Xueyan merapikan pakaiannya dan memasukkan beberapa alat kecil ke dalam kantong di pinggangnya. Matanya yang tajam menyapu seluruh halaman, lalu beralih pada Wu Liang dan Niuniu yang berdiri tak jauh darinya.“Aku akan menyelidiki desa ini malam ini,” ujar Zhao Xueyan dengan suara tegas namun tenang. “Ada sesuatu yang aneh di sini. Senyuman penduduk terlihat dipaksakan, dan jumlah anak-anak di desa ini tidak wajar. Seolah-olah mereka menyembunyikan sesuatu.”Niuniu mendekat, ekspresi khawatir tergambar jelas di wajahnya. “Nona, biarkan aku ikut dengan Anda. Aku tidak ingin Anda pergi sendirian.”Wu Liang mengangguk setuju. “Saya juga akan ikut menjaga Anda, Nona Zhao. Desa ini terlalu tenang di permukaan, dan itu justru yang paling mencurigakan.”Zhao Xueyan menggeleng pelan, tatapannya tegas dan penuh keyakinan. “Tidak, kita tidak bisa bergerak dalam kelompok. Terlalu mencolok. Jika memang ada yang mencurigakan di desa ini, kita tidak boleh membuat mereka curiga.”Zhao Xueyan me
Zhao Xueyan mundur perlahan, tidak ingin keberadaannya terdeteksi. Setelah berada cukup jauh dari rumah itu, Zhao Xueyan berhenti sejenak di bawah pohon besar yang teduh. Pikirannya berpacu cepat, merangkai potongan informasi yang ia dapatkan.Anak-anak yang hilang … warga desa yang lenyap … ancaman misterius .…Zhao Xueyan mengepalkan tangannya. Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Siapa yang cukup kuat dan berkuasa hingga mampu membuat seluruh desa hidup dalam ketakutan?Matanya menatap lurus ke arah pusat desa. Malam ini, ia belum selesai menyelidiki.Dengan tekad bulat, Zhao Xueyan kembali bergerak, melangkah dalam keheningan, membiarkan bayang-bayang malam menyelimutinya. Rahasia kelam Desa Yingshi harus terungkap.Desa Yingshi – Bagian Utara, Dekat Jurang TerjalWu Liang bergerak cepat dalam kegelapan, menyelinap di antara pepohonan yang rimbun. Dengan keahlian yang dimilikinya sebagai tangan kanan Kaisar Tian Ming, gerakannya begitu ringan dan nyaris tanpa suara. Ia tiba di bagi
Di Timur Desa Yingshi – Tengah MalamZhao Xueyan melangkah ringan di bawah cahaya bulan, menyusuri jalanan desa yang semakin sunyi. Matanya tajam, telinganya waspada terhadap setiap suara sekecil apa pun. Malam ini, dia punya satu tujuan: mencari wanita yang sempat memperingatkan mereka.Saat dia berjalan, suara berat yang familiar tiba-tiba bergema dalam benaknya."Nona Xueyan."Zhao Xueyan tersenyum tipis. "Bai Long, akhirnya kau muncul juga."Dari dalam ruang kesadarannya, sosok seekor naga hitam besar tampak melingkar, matanya yang berwarna keemasan menyala dalam kegelapan."Dari awal kita masuk desa ini, aku sudah merasakan ada sesuatu yang tidak beres." Suara Bai Long dalam dan penuh kewibawaan.Zhao Xueyan mengangkat alis. "Lalu, kenapa kau baru bicara sekarang? Ke mana saja kau selama ini?"Bai Long menghela napas panjang, suaranya sedikit lelah. "Aku baru saja memulihkan kultivasiku. Butuh waktu untuk mengatur energi agar bisa berkomunikasi denganmu lagi."Zhao Xueyan mendeng
Saat Zhao Xueyan, Wu Liang, dan Niuniu berjalan kembali ke rumah sederhana tempat mereka menginap, langkah Zhao Xueyan tiba-tiba terhenti. Di sudut jalan, matanya menangkap sosok wanita yang semalam menangis di rumahnya.Wanita itu berdiri di depan rumahnya dengan tatapan penuh ketakutan. Saat melihat Zhao Xueyan, matanya membesar, seolah ingin mengatakan sesuatu. Tangannya sedikit terangkat, bibirnya bergetar, tetapi sebelum suara keluar, seorang pria datang dengan cepat dan menarik lengannya."Jangan ikut campur urusan orang lain!" suara pria itu terdengar tajam, hampir seperti peringatan.Zhao Xueyan menatap pria tersebut dengan dingin, tapi tetap diam. Wanita itu masih mencoba melawan, matanya berkaca-kaca, namun genggaman suaminya terlalu kuat."Cepat masuk!" pria itu mendesis tajam di telinga istrinya, menyeretnya ke dalam rumah. Pintu kayu itu tertutup dengan suara brak yang keras.Wu Liang melipat tangannya, matanya tajam. "Jelas sekali ada sesuatu yang mereka sembunyikan."Ni
Wu Liang menatap Zhao Xueyan dengan serius. "Lalu, apa yang kau temukan, Nona?" tanyanya, suaranya terdengar dalam dan penuh kewaspadaan.Zhao Xueyan menghela napas ringan sebelum akhirnya bersandar pada kursi kayu di dekatnya. Mata tajamnya memandangi langit-langit rumah sejenak sebelum berbicara."Aku melihat kepala desa berbicara dengan seseorang," ucapnya pelan, namun setiap kata mengandung tekanan. "Tapi aku tidak bisa melihat jelas siapa orang itu. Sepertinya mereka sangat berhati-hati agar tidak ada yang mengetahui percakapan mereka."Wu Liang menyipitkan matanya, berpikir sejenak. "Seseorang yang berbicara dengan kepala desa di tengah malam? Jelas itu mencurigakan."Zhao Xueyan mengangguk kecil, lalu melanjutkan. "Selain itu, aku juga melihat seorang wanita yang tampaknya berusia tiga puluhan menangis di dalam rumahnya. Dia terlihat begitu merindukan anaknya … tapi suaminya membentaknya dengan kasar. Bahkan, pria itu sampai mengancamnya untuk tidak bicara lagi."Niuniu yang se
Niuniu berjalan mondar-mandir di dalam rumah kayu sederhana itu. Malam semakin larut, tapi baik Zhao Xueyan maupun Wu Liang belum juga kembali. “Nona, anda kemana?” gumam Niuniu. Hatinya mulai dipenuhi kecemasan, meskipun dia tahu bahwa majikannya bukan orang sembarangan. Namun, tetap saja, perasaan gelisah itu tak bisa ditepis begitu saja.Tok!Tok!Tok! Tiba-tiba, suara ketukan pintu menggema di keheningan malam, membuat Niuniu refleks berhenti bergerak. Jantungnya berdegup kencang, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Dia menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri.Perlahan, Niuniu melangkah menuju pintu dan membukanya dengan hati-hati. Di balik pintu, terlihat beberapa warga desa berdiri, membawa nampan kayu berisi makanan, seperti yang mereka lakukan kemarin malam. Senyum mereka tetap ada, namun Niuniu menangkap sesuatu yang berbeda dalam tatapan mereka kali ini—lebih tajam, lebih mengawasi.“Selamat malam, Tuan Muda,” ujar salah seorang warga, seorang pria paruh baya yan
Zhao Xueyan mundur perlahan, tidak ingin keberadaannya terdeteksi. Setelah berada cukup jauh dari rumah itu, Zhao Xueyan berhenti sejenak di bawah pohon besar yang teduh. Pikirannya berpacu cepat, merangkai potongan informasi yang ia dapatkan.Anak-anak yang hilang … warga desa yang lenyap … ancaman misterius .…Zhao Xueyan mengepalkan tangannya. Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Siapa yang cukup kuat dan berkuasa hingga mampu membuat seluruh desa hidup dalam ketakutan?Matanya menatap lurus ke arah pusat desa. Malam ini, ia belum selesai menyelidiki.Dengan tekad bulat, Zhao Xueyan kembali bergerak, melangkah dalam keheningan, membiarkan bayang-bayang malam menyelimutinya. Rahasia kelam Desa Yingshi harus terungkap.Desa Yingshi – Bagian Utara, Dekat Jurang TerjalWu Liang bergerak cepat dalam kegelapan, menyelinap di antara pepohonan yang rimbun. Dengan keahlian yang dimilikinya sebagai tangan kanan Kaisar Tian Ming, gerakannya begitu ringan dan nyaris tanpa suara. Ia tiba di bagi
Zhao Xueyan merapikan pakaiannya dan memasukkan beberapa alat kecil ke dalam kantong di pinggangnya. Matanya yang tajam menyapu seluruh halaman, lalu beralih pada Wu Liang dan Niuniu yang berdiri tak jauh darinya.“Aku akan menyelidiki desa ini malam ini,” ujar Zhao Xueyan dengan suara tegas namun tenang. “Ada sesuatu yang aneh di sini. Senyuman penduduk terlihat dipaksakan, dan jumlah anak-anak di desa ini tidak wajar. Seolah-olah mereka menyembunyikan sesuatu.”Niuniu mendekat, ekspresi khawatir tergambar jelas di wajahnya. “Nona, biarkan aku ikut dengan Anda. Aku tidak ingin Anda pergi sendirian.”Wu Liang mengangguk setuju. “Saya juga akan ikut menjaga Anda, Nona Zhao. Desa ini terlalu tenang di permukaan, dan itu justru yang paling mencurigakan.”Zhao Xueyan menggeleng pelan, tatapannya tegas dan penuh keyakinan. “Tidak, kita tidak bisa bergerak dalam kelompok. Terlalu mencolok. Jika memang ada yang mencurigakan di desa ini, kita tidak boleh membuat mereka curiga.”Zhao Xueyan me
Para pejabat keluar dengan wajah tidak puas, terlihat mata mereka memancarkan kegeraman dan juga obsesi akan sebuah jabatan tinggi. Tentu mereka sangat geram dengan penolakan yang dilakukan oleh kaisar Tian Ming. Di dalam hati mereka berkata, apa salahnya mencoba. Bukankah putriku gadis yang paling cantik dan berbakat di kekaisaran Tianyang. ‘Dasar kaisar sialan! Kau terlalu sombong untuk menolak putriku yang cantik jelita,’ rutuk menteri kiri yang bernama Bao Ling. Bukan hanya Bao Ling yang memaki kaisar Tian Ming dalam hati. Tapi hampir sebagian para pejabat melakukan hal yang sama. *****Angin berhembus pelan, menggoyangkan tirai sutra yang menjuntai di paviliun megah itu. Kaisar Tian Ming berdiri dengan tegak, punggungnya lurus, dan kedua tangannya disilangkan di belakang punggung. Matanya yang dingin menatap jauh ke arah taman bunga teratai yang tenang di bawah sana.Langkah kakinya mantap saat meninggalkan aula istana, amarahnya masih terasa membara setelah pertemuan dengan
Suasana di aula utama terasa mencekam. Para pejabat berdiri dengan kepala tertunduk dalam, wajah mereka pucat pasi. Tidak ada yang berani mengangkat kepala, apalagi menatap pria yang duduk di singgasana emas dengan ekspresi dingin membekukan.Kaisar Tian Ming menatap tajam ke arah bawahannya, matanya menyala penuh amarah. Jubah hitam berlapis emas yang dikenakannya berkibar pelan, memancarkan aura kekuasaan yang tak terbantahkan."Sekali lagi .…" suaranya bergema dingin, "Siapa yang mengusulkan perjodohan itu?"Tidak ada yang berani menjawab. Beberapa pejabat bahkan terlihat gemetar ketakutan.Akhirnya, salah satu menteri tertua yang berdiri di barisan depan memberanikan diri bicara, suaranya gemetar. "Yang Mulia … kami hanya berpikir … sudah waktunya Yang Mulia memiliki permaisuri dan keturunan untuk menjaga kestabilan kekaisaran."Tian Ming menyipitkan matanya, tatapannya menusuk seperti pedang tajam. "Menjaga kestabilan kekaisaran, katamu?" desisnya. "Apakah kalian meragukan kekuas
Langit malam menggantung kelam di atas desa Yingshi. Cahaya bulan menerangi jalanan yang sepi, hanya suara jangkrik dan desir angin yang terdengar samar. Di dalam rumah kayu sederhana tempat Zhao Xueyan, Niuniu, dan Wu Liang menginap, suasana terasa tenang, meski ada ketegangan yang sulit dijelaskan. Ketukan pelan terdengar di pintu. Wu Liang, yang sejak tadi duduk dengan waspada di sudut ruangan, segera menoleh tajam. Namun, sebelum dia bergerak, Zhao Xueyan memberi isyarat agar dia tetap tenang. Niuniu dengan ragu berjalan ke pintu dan membukanya perlahan. Di luar, beberapa penduduk desa berdiri dengan senyum ramah, membawa nampan kayu berisi makanan. "Tuan Muda, kami membawa makanan untuk kalian," ujar seorang wanita paruh baya dengan nada lembut. Zhao Xueyan bangkit dari duduknya, melangkah dengan tenang ke depan pintu. Matanya meneliti wajah-wajah mereka. Tidak ada yang aneh jika dilihat sekilas—mereka tersenyum, bersikap sopan, dan menawarkan hidangan dengan tulus. Namun, se