Beranda / Fantasi / Dewi Medis Kesayangan Kaisar / Bab 54 - Teman Masa Kecil

Share

Bab 54 - Teman Masa Kecil

Penulis: Xiao Chuhe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-31 15:10:37

Petang hari, Yinlan sudah kembali ke Paviliun Hua Rong, dia berjalan di antara pelayan-pelayan yang sedang membersihkan rumah dan halaman.

Sepanjang jalan, dia tidak melihat A-Yao sama sekali. Saat bertanya pada salah satu dari pelayan-pelayan itu, mereka menjawab bahwa mereka tidak melihat A-Yao sejak berjam-jam yang lalu.

Yinlan mendengus pelan, “Ke mana bocah itu?”

Dia membuka pintu kamar, mengedarkan matanya ke segala sisi. Hari sudah petang dan A-Yao belum menyalakan lilin.

Yinlan menyalakan semua lilin yang ada. Ketika ruangan sudah terang, dia menyapukan pandangannya untuk mencari A-Yao.

“Astaga, anak itu.” Yinlan menghela napas pelan, menatap A-Yao yang tertidur pulas di atas meja.

Kertas-kertas berserakan di lantai, kuas yang mengeras dan tinta yang mulai mengering. Ruangan itu lebih berantakan dari biasanya.

“Dia benar-benar mempelajarinya seharian.” Yinlan tersenyum simpul, membereskan kekacauan itu sebelum membangunkan A-Yao dan menyuruhnya pindah ke kamarnya sendir
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 55 - Berlagak Seperti Penasihat

    Di tengah obrolan Xie Yinlan dan Shangguan Zhi, Mao Lian tiba-tiba datang dan membuat keduanya berhenti berbincang. “Ah, Nona Kedua Shangguan sedang ada di sini.” Mao Lian tersenyum menyapa. Yinlan menatap waspada ke arahnya, kalau-kalau Mao Lian melaporkan kunjungan Shangguan Zhi ini kepada Jing Xuan, entah apa yang akan dia dapatkan nanti. Mao Lian tertawa kecil melihat tatapan Xie Yinlan yang tampak mencurigainya. Dia mengangkat tangannya sambil menggeleng, “Tenang saja, Selir. Aku datang bukan untuk menindasmu.” “…”Perkataan itu, tidakkah keterlaluan?“Aku datang untuk menyampaikan titah Kaisar. Hukumanmu sudah dicabut.” Wajah Yinlan tiba-tiba berseri, dia menatap Shangguan Zhi yang sudah tersenyum. “Tapi kau masih tidak boleh meninggalkan Istana. Lagi pula, tidak baik bagimu terlalu sering keluar, Selir.” Mao Lian memperingatinya. “Baiklah, baiklah, aku tahu.”“Selir, kau tidak lupa ini hari apa?” Hari apa? Yinlan berpikir apakah ada hal yang dia lupakan hari ini. Setela

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 56 - Kisah Masa Lalu Yang Tak Terlupakan

    Dari puncak menara bernama Paviliun Longwei ini, terhampar pemandangan yang memanjakan mata. Atap-atap istana yang berwarna emas itu terlihat berkilauan diterpa cahaya matahari. Yinlan tersenyum tipis, ada tempat setinggi ini untuk menikmati seluruh keindahan dari tempat ini. Di ruangan ini, dia juga melihat sebuah rak berisi banyak buku. Matanya menatap Jing Xuan yang duduk tenang dengan mata terpejam, dari raut wajahnya, tampaknya dia masih menahan sakit. Mao Lian mendekatinya dan bertanya, “Selir, maukah berjalan-jalan di paviliun ini bersamaku sambil menunggu Yang Mulia? Bagaimana pun, satu jam adalah waktu yang lama.” Yinlan berbalik dan mengangguk. Seperti yang dia ketahui, ada satu lantai lagi di atas sana. Mao Lian menyebutnya Kamar Putra Mahkota. Yang sebenarnya itu bukan kamar untuk Putra Mahkota. Melainkan ruangan favorit Jing Xuan semasa kecil. Karena sering menghabiskan waktunya di sini bersama Kaisar Terdahulu, Jing Xuan kecil nyaris tidak pernah tidur di kamarnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 57 - Menu Mematikan

    Satu jam telah berlalu sejak dia menusukkan jarum-jarum itu di tubuh Jing Xuan. Karena telah mengatur waktunya, dia bergegas turun menuju lantai empat setelah selesai mendengar cerita masa lalu dari Mao Lian. Dilihat dengan matanya, Jing Xuan sedang memejamkan mata dalam posisi lotus. Xie Yinlan tersenyum tipis, ‘Tampan sekali.’ Melihatnya duduk tenang seperti itu, tidak tampak lagi kalau dia adalah sosok kaisar dingin yang suka menindas selirnya. Xie Yinlan menghampirinya dan bertanya, “Bagaimana keadaanmu sekarang, Yang Mulia?” “Hm.” Jing Xuan hanya menjawab dengan gumaman pendek. Xie Yinlan sudah melepas semua jarumnya, dia merapikan barang-barangnya dan bersiap kembali ke Paviliun Hua Rong secepatnya. “Karena sudah di sini, kenapa tidak makan siang bersama saja?” Pertanyaan spontan dari mulut Jing Xuan itu sukses membuat tubuh Yinlan mematung di tempat. Dia bahkan merasakan jantungnya berdetak semakin cepat. Yinlan berbalik menatapnya dengan senyuman kikuk, “Ah …, tapi sepe

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 58 - Makna Di Balik Gelar Terpilih

    Makan siang akhirnya dihidangkan di meja. Yinlan tersenyum yakin. Ikan di atas meja ini buatannya sendiri, meski ada campur tangan A-Shu di sana, setidaknya rasanya meyakinkan. “Duduklah.” Jing Xuan menutup bukunya. Dia menatap Yinlan yang sedang menata peralatan makan, dia menyiapkan nasi dan menuangkan air. Dia melakukannya dengan sungguh-sungguh, itu terlihat dari senyumannya yang lebar. “Kau tahu, Yinlan? Ini pertama kalinya aku membawa seseorang makan bersamaku di Paviliun Longwei.” Yinlan membeku, dia menatap Jing Xuan yang tampak sungguh-sungguh dengan kalimatnya. Pelan-pelan dia meletakkan mangkuk nasi di depan Jing Xuan. Dia tersenyum, “Itu artinya, ini juga pertama kalinya kau dibuat menunggu begitu lama di saat makan siangmu. Aku minta maaf, sebagai gantinya, cobalah makanan ini.” “Kau yakin tidak meletakkan apa pun di dalamnya, kan?” Jibg Xuan menatap tajam. ‘Astaga, pikiran buruknya itu menyakiti hati sekali.’ “Tenang saja, aku tidak punya motif yang mengharuskank

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 59 - Orang Gila Dari Gunung Xuanwu

    Dalam perjalanannya menuju Nanzhou, Xi Feng sempat beristirahat di sebuah kota mati. Dalam perjalanan panjangnya di Dunia Persilatan, Kota Mati adalah lokasi paling sakral yang dilewati setiap pendekar di kalangan tersebut. Xi Feng menyebutnya ‘Surga Bagi Para Tabib’ karena di dalam tempat sebesar ini, hanya dapat dihidupi berbagai spesies binatang melata dan reptil beracun seperti kalajengking dan ular. Suhu udara yang tinggi membuat tanah di sini cenderung tandus dengan warna cokelat terang. Tidak ada bangunan megah seperti pada kota-kota pada umumnya. Meski pun berada di wilayah Kekaisaran Jing, tempat ini merupakan daerah otonom yang memiliki hukum tersendiri.Kota ini bernama Jinghe, hanya ada tiga bangunan utama di dalamnya. Yaitu Paviliun Yige, Balai Utama Youhuang dan Rumah Judi Pu’er. Xi Feng melangkahkan kaki ke dalam Paviliun Yige. Orang pertama yang melihat kehadirannya adalah pria besar dengan bekas luka besar di kepalanya yang tak ditumbuhi rambut, mata kirinya rusak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 60 - Informasi di Perjamuan Bunga

    Sejumlah wanita bangsawan yang diundang dalam perjamuan telah berkumpul. Mereka berkerumun, didampingi pelayan pribadi masing-masing. Salah satu yang paling menonjol adalah Liu Yanran, Putri Kabupaten dari Nanzhou, yang juga adik Liu Xingsheng. Dia tiba di Istana Chengzhi beberapa menit lalu bersama pelayan pribadinya, Yunchang. Liu Yanran langsung menghampiri Permaisuri dan menyapanya dengan ramah. Dari kejauhan, Xie Yinlan mengamati. “Kudengar kakakmu juga akan hadir di perjamuan, Xianzhu.” Permaisuri menyentuh pundaknya sambil tersenyum senang, dia menunjuk kursi yang berhadapan dengan tempat duduk Tuan Putri Changle. “Terima kasih, Yang Mulia. Tapi, untuk apa seorang Tabib Istana juga datang?” Liu Yanran mendudukkan tubuhnya di kursi itu, sementara Permaisuri mengambil posisi di kursi sampingnya. “Dia mendampingi Yang Mulia Ibu Suri. Karena Yang Mulia Ibu Suri harus menjaga makanannya, jadi beliau membawa seorang tabib di sampingnya.” Yinlan duduk di samping Tuan Putri Chang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 61 - Pertunjukan Sihir

    Perjamuan berjalan meriah setelah Selir Agung Qin datang bersama Ibu Suri. Di belakang dua wanita itu, ada Tabib Liu dan dua orang pelayan pribadi mereka. Semua peserta perjamuan membungkuk dan memberi hormat pada kedua wanita yang berkuasa sejak era Kaisar Terdahulu itu. Xie Yinlan masih berdiri bersisian dengan Shangguan Zhi di dekat taman bunga. Sementara paviliun tempat perjamuan diadakan sudah dikerumuni oleh wanita-wanita yang hadir. Paviliun itu adalah tempat bagi para tamu khusus, mereka adalah Ibu Suri, Selir Agung Qin, Tuan Putri Changle, Liu Xianzhu dan Selir Rong. Undangan lain dipersiapkan untuk duduk di sepanjang halaman taman. “Terima kasih Nona-Nona sekalian sudah datang memeriahkan perjamuan bunga ini.” Ibu Suri tersenyum ramah. Xie Yinlan mengamati dari jauh, wanita tua itu tak seburuk yang dipikirannya ketika berhadapan dengan orang banyak. Tapi tentu saja, baginya, dia sama sekali bukan tipe mertua yang baik pada menantu kedua dari putra pertamanya. “Selir,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 62 - Hanya Cangkir Arak Biasa

    “Di ujung pedang berdarahmu yang telah tumbangHidup seseorang kau renggut tiada kasihanArak Bunga Persik menyisakan penyesalanSendirian menangis menyelami lautan awanMenggenggam setangkai bunga persik, kesepian.”Tepuk tangan dan seruan kagum menggema begitu Xie Qingyan menyebutkan nama penyair terkenal dari zaman dulu. Dia tersenyum, baru saja menyelesaikan puisinya. “Puisiku tadi terinspirasi dari syair awan milik penyair legendaris di Kekaisaran Jing, Wang Yue An.” “Wang Yue An adalah penyair yang pernah hidup di medan perang. Semua kisah yang dia sembunyikan di dalam syair-syairnya pasti berkaitan dengan penyesalannya di medan perang.” Selir Agung Qin memberikan komentar. “Puisimu barusan, terlihat hidup sekali, Yang Mulia. Seakan-akan kau adalah Wang Yue An yang baru saja keluar dari medan perang yang mengerikan.”Xie Qingyan menanggapinya dengan senyuman, “Ayahku pernah pergi berperang. Setiap kali kembali ke markas, Ibu selalu mengucapkan kalimat-kalimat indah seperti itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04

Bab terbaru

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 160 - Mengunjungi Kediaman Adipati Xie

    Jing Xuan turun dari kereta kuda. Mao Lian membawa sebuah kotak berisi sesuatu yang sepertinya berharga. Kereta kuda itu berhenti tepat di depan Kediaman Adipati Xie yang masih dipenuhi kain berwarna putih di setiap sudutnya. Membuat warga-warga rendahan yang melintas refleks menjatuhkan lutut demi menunjukkan perasaan hormat mereka pada Kaisar. Jing Xuan mengedarkan pandangannya di jalanan, wajah datarnya berubah menjadi senyum ramah yang menyenangkan—dia memang telah banyak berubah setelah mengenal Yinlan lebih dekat. “Berdirilah.” Jing Xuan melangkahkan kakinya di gerbang Kediaman Adipati Xie. Yang ternyata, pemilik rumah itu sudah keluar dari kediaman demi mendengar keributan di luar bahwa Kaisar datang untuk berkunjung. “Yang Mulia, selamat datang.” Mereka segera berlutut dan menautkan kedua tangan untuk mengucapkan salam penghormatan. Jing Xuan buru-buru menyentuh siku mereka dan meminta agar berdiri, “Ibu Mertua, Ayah Mertua, tidak perlu begitu formal.” Keduanya saling m

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 159 - Jin Pei

    Shangguan Yan berdiri di depan gedung utama Balai Opera Jiulu. Kedua tangannya mengepal, raut wajahnya datar dan serius. Seorang pelayan pria mendekatinya, “Tuan Muda, apakah kau membutuhkan sesuatu yang baru?” pelayan itu berbisik. Dia bernama Jin Pei. Salah satu informan yang dipekerjakan Shangguan Yan dan menjadi satu-satunya orang yang paling dipercayainya. Dia sangat ahli menyelinap tanpa jejak dan memiliki teknik beladiri yang hebat. Dia memutuskan untuk menyatakan sumpah setia pada Shangguan Yan sejak Shangguan Yan menyelamatkan nyawanya dari jebakan mematikan kelompok seniman beladiri aliran sesat. Orang ini dulunya juga pernah hampir dibunuh Liu Xingsheng, tapi nyawanya selamat setelah Shangguan Yan menyatakan sumpah setia padanya dan bersedia bersembunyi di Balai Opera Jiulu di bawah pengawasan Liu Xingsheng untuk bekerja sama dengannya. Dalam arti, Jin Pei menganggap nyawa yang dimilikinya ini adalah milik Shangguan Yan karena telah diselamatkan dua kali dari kematian.

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 158 - Separuh Suram, Separuh Cerah

    Xi Feng mengangguk setuju. “Sejak dulu, Shangguan Zhi hanyalah nona keluarga kaya yang manja dan bergantung pada pelayannya. Sedangkan aku dan Liu Xingsheng sudah terbiasa hidup sendiri dan tidak pernah bergantung pada siapa pun, termasuk keluarga.”“Bukankah Tabib Liu itu orang kaya, ya?” Xi Feng juga mengangguk, “Ayahnya bupati di Nanzhou. Liu Yanran, adik Liu Xingsheng dianugerahi gelar Xianzhu (Putri Kabupaten) setelah ayahnya berjasa mempertahankan Heyang dari suku bar-bar di prefektur selatan Nanzhou.” “Tapi Liu Xingsheng sudah tinggal bersama Biksu Baiyuan sejak usianya lima tahun. Dia mempelajari banyak teknik pengobatan, hingga jimat dan ramalan dari Biksu Baiyuan.” “Sementara Biksu Baiyuan mengadopsi seorang anak perempuan yang usianya lebih tua dari Liu Xingsheng. Anak perempuan itu Ye Yunshang. Kudengar dia sudah tidak diasuh Biksu Baiyuan lagi sejak Liu Xingsheng belajar di sana.”“Lalu aku hanya seorang pengembara Dunia Persilatan yang tak memiliki rumah. Biksu Baiyua

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 157 - Tidak Pernah Satu Pendapat

    Mao Lian mengangguk, “Sepanjang perjalanan, kami berhenti di banyak tempat. Yang pertama kami datangi tepat setelah Ning'er kabur dari Biro Pusat Keamanan adalah Rumah Lianhong.”“Kami mendapatkan kesaksian dari Nona Mu Dan. Yang mengatakan ada seorang pria aneh yang datang tepat saat terjadi kebakaran di Biro Pusat Keamanan.”“Pria itu meminta tolong padanya untuk dipinjamkan surat jalan atas namanya, dia berkata akan pergi ke Tingzhou.” “Lalu kami melakukan perjalanan menuju Tingzhou. Bertemu lima saksi lain yang melihat pria muda, atau wanita paruh baya, bahkan seorang nenek tua yang datang ke tempat-tempat tertentu sesuai perkiraan waktu kami.” “Xi Feng berkata kalau Penyihir Hitam selalu menyamar menjadi orang lain sepanjang jalan. Jadi kami mengikuti petunjuk itu, mencurigai nenek tua, wanita paruh baya, hingga seorang pria muda yang datang di waktu yang sesuai dengan perkiraan kami.”“Ternyata dugaan itu tepat. Nenek tua muncul setelah kami kehilangan wanita paruh baya. Juga

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 156 - Bekas Pertarungan di Gunung Tingzhou

    bab 156Tepat setelah rapat pagi dibubarkan, Jing Xuan kembali ke Istana Guanping untuk menemui dua tamu yang sudah ia undang. Di belakangnya, Mao Lian san Xi Feng tampak mengikuti. Masih memakai pakaian ringkas yang nyaman dikenakan saat bepergian. Sepertinya, mereka berdua langsung bertemu Jing Xuan yang dalam perjalanan menuju Aula Pertemuan untuk rapat pagi. Lalu merundingkan hasil perjalanan mereka bersama beberapa menteri yang terlibat. Sebelum itu, Jing Xuan mengutus bawahannya untuk mengirim pesan pada Shangguan Yan dan Shangguan Zhi untuk membicarakan hasil perundingan itu. Setelah mengetahui identitas asli Ning'er, yang merupakan seorang master bela diri tingkat tinggi dari sebuah sekte terpencil yang misterius bernama Ye Yunshang, yang juga sekaligus seorang Penyihir Hitam yang keberadaannya selalu dipertanyakan, Jing Xuan merasa harus melibatkan orang-orang yang terlibat dengan masa lalunya untuk menggali lebih banyak petunjuk. Seperti mengapa Ye Yunshang memiliki den

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 155 - Kaisar Suka Bergosip

    Matahari telah tenggelam. Kereta kuda itu kembali merangkak di jalanan Ibu Kota. Suasana di dalamnya sangat senyap, Yinlan sibuk memakan kue persik yang dibelinya di kedai itu. “A-Yin.” Jing Xuan memanggilnya dengan suara pelan. Yinlan menjawabnya hanya dengan gumaman. Terlihat sekali tidak ingin diganggu dengan kesenangannya. Jing Xuan menatapnya lamat-lamat. ‘Dia menggemaskan saat sedang lahap makan.’ “Ada apa?” Yinlan balas menatapnya, mulutnya masih penuh dengan kue persik. Jing Xuan mengulas senyum tipis. “Kamu mau pergi ke mana setelah ini?” Yinlan menelan makanannya, “Ke mana lagi? Kita tidak langsung pulang?” “Awalnya memang sepakat pulang setelah matahari tenggelam. Tapi sepanjang sore aku tidak menemanimu keliling ke mana pun. A-Yin, aku minta maaf atas kekacauan yang dibuat adikku. Acara jalan-jalanmu jadi tidak berjalan lancar. Jadi, aku ingin menemanimu di luar lebih lama lagi.” Jing Xuan memasang raut penuh rasa bersalah. Yinlan menyeringai, “Aku s

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 154 - Seorang Pria dan Wanita Opera

    Terlihat, Pangeran Chi berdiri dengan kondisi terkejut. Menyentuh pipinya yang merah, menatap pria tiba-tiba datang menamparnya. “Apa-apaan kau!” Pangeran Chi berseru marah. Matanya membulat sempurna begitu menyadari kalau pria ini adalah kakaknya, Kaisar Kekaisaran Jing. “Ka-Kakak …?” Pangeran Chi bungkam seketika. Wanita opera yang duduk di atas paha Pangeran Chi menundukkan kepala, bahunya bergetar, seolah takut diterkam oleh pria yang dipanggil Kakak oleh pria yang bersamanya. Tanpa mengatakan apa pun, dengan raut wajah menahan marah, Jing Xuan menyeret adiknya keluar dari gedung itu. Nyonya Zhao terlihat bingung kenapa pengusaha dari Yangzhou ini keluar lagi sebelum operanya dimulai. Yinlan bergegas menyusul. Jing Xuan memasukkan Pangeran Chi ke dalam kereta kuda, bersiap menginterogasinya di dalam sana. Saat A-Yao hendak membantu Yinlan naik ke dalam, Yinlan mengangkat tangannya, “Biarkan mereka mengobrol dulu, A-Yao. Lebih baik kita berkeliling di dekat sini sambil men

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 153 - Pengusaha dari Yangzhou

    Beruntung, hari ini Balai Opera Jiulu sedang memiliki opera besar. Orang-orang di pinggir jalan membicarakannya. Bahwa itu adalah karangan Guru Bai Hua dari kelompok opera besar di Kota Qingzhou. Bai Hua datang ke Ibu Kota bersama tiga orang muridnya atas undangan Kekaisaran pada saat acara perayaan tahun baru beberapa hari yang lalu. Tapi insiden itu membuat penampilan mereka dibatalkan begitu saja. Ada banyak warga yang menyayangkan kegagalan itu.Jadi, pengelola Balai Opera Jiulu mengundang mereka untuk tampil atas izin pejabat pemerintah. Biaya pun ditanggung pemerintah untuk menebus pembatalan yang tiba-tiba itu. Mereka dijadwalkan akan tampil sore ini hingga malam hari di panggung opera utama Balai Jiulu. Meski banyak yang menyayangkan karena Shangguan Yan tidak berpartisipasi dalam pertunjukan besar ini, mereka tetap menantikannya dengan antusias. Kereta kuda berhenti di depan Balai Opera Jiulu, A-Yao membuka tirai di pintu, kepalanya melongok ke dalam, “Yang Mulia, apakah

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 152 - Tuan Muda Kaya yang Suka Mabuk-mabukan

    Ketika hari semakin siang, hujan salju berhenti, menyisakan kesiur angin yang dingin menusuk kulit dan langit berwarna abu-abu yang suram. Jing Xuan duduk di dekat jendela, Yinlan berada di pangkuannya. Jing Xuan memeluknya dengan erat, mengusir hawa dingin ini. “A-Yin, apakah kau sungguh tidak merindukan orang tuamu?” Jing Xuan tiba-tiba menceletuk. Memilih untuk membahas hal yang selama ini selalu ia hindari. Yinlan tidak memberikan jawaban, menyandarkan kepalanya pada dada bidang Jing Xuan, terlihat menghela napas pelan. “Maksudku adalah, kita akan menikah, tapi kau tidak pernah memintaku untuk datang kepada mereka untuk meminta restu. A-Yin, apakah hubunganmu dengan mereka baik-baik saja?” Jing Xuan bertanya lebih lembut. Ia takut pembahasan ini ternyata melukai hati Yinlan. Jika mengingat hubungan Yinlan dengan Qingyan yang memang tidak pernah akur, Jing Xuan tiba-tiba saja menebak kalau Yinlan memang tidak dekat dengan keluarganya. “Jing Xuan …, kamu mengetahuinya lebih ba

DMCA.com Protection Status